Bab 7

8.1K 621 30
                                    

Sudah lima bulan Indra berusaha untuk membangun kembali cafe miliknya. Cafe Indra sempat tutup selama sebulan karena Indra butuh modal untuk kembali membangun usahanya. Untunglah pihak bank masih percaya dengan Indra. Hingga mudah bagi Indra untuk mendapatkan pinjaman.

Namun tetap tak akan semudah dulu, karena koneksi dengan Sanjaya telah lama hilang. Entah di mana Sanjaya sekarang. Semenjak kejadian di pulau, Sanjaya dan istrinya pergi dari kota ini.

Indra harus mencari koneksi bisnis lainnya agar Indra mampu bertahan di persaingan bisnis yang ketat.

Indra sibuk dengan ponselnya, menelpon sana dan sini. Banyak penolakan banyak juga yang mau bergabung, sayang yang mau bergabung hanya segelintir orang yang baru merambah dunia bisnis. Indra tidak bisa merekrut mereka karena Indra butuh cadangan dirinya.

Indra tidak bisa bekerja sendiri sekarang, karena ia harus bisa membagi waktu dengan keluarga nya di rumah. Indra tidak mau waktu tumbuh kembang anaknya tidak bisa ia lihat hanya karena kerjaan.

Namun sepertinya nasib Indra memang harus disibukan dengan pekerjaan. Karena tak juga menemukan orang yang tepat, terpaksa Indra harus terjun langsung seperti dulu. Andai saja Indra memiliki orang seperti pak sananya. Maka Indra bisa duduk dengan tenang di singgasananya. Sayangnya orang seperti Sanjaya sangatlah langka. Cerdas dan baik hati. Dua hal yang tidak semua orang miliki.

💐💐💐

Indra merebahkan diri di sofa. Menarik nafas panjang mencoba membuat tubuh ketiganya kembali rileks. Sarah muncul dengan air dingin pemesanan Indra.
"Ini sayang." Indra langsung meraih gelas itu dan meneguk air dinginnya. Rasanya kerongkongannya terasa segar kembali.

"Apakabar anak-anak?" Tanya Indra. Karena sudah seminggu ini Indra tidak bisa bermain dengan kedua anaknya. Indra berangkat kerja si kembar tidur. Pulang kerja kembar sudah tidur.

"Mereka baik, Indra, apa kamu tidak berlebihan kerja sampai seminggu full?"
Indra meraih Sarah dalam dekapannya. Mengecup pelipis Sarah.
"Maafkan aku ya, aku sedang mencari orang yang bisa membantuku Sar, dan orang seperti itu sulit di dapat. Kau bersabar ya," ucap Indra. Sarah mengangguk dan mendekatkan bibirnya pada bibir Indra.

Satu kecupan ia dapat di sana. Tapi jangan minta lebih karena Indra benar-benar letih.
"Aku mandi dulu, tubuhku kaku semua." Sarah hanya mengangguk dan kembali menghela nafas saat Indra masuk ke dalam kamar. 

Sarah masuk ke dalam kamar, ia mendapati Indra sudah tidur dengan lelap. Sarah melihat jam dinding. Sudah jam 12 malam. Sarah menghampiri Indra yang tidur hanya mengenakan kaos dan celana pendeknya sementara cuaca di luar sedang hujan deras. Bahkan petir terdengar.

Sarah mendekat kepada si kembar. Memastikan kembar tidur dengan nyenyak. Lalu kembali kepada suaminya. Sarah menyelimuti Indra dan mengecup keningnya dengan sayang

"Sehat ya sayang, jaga kesehatan kamu, terima kasih untuk semua kerja kerasmu. Demi anak-anak mu." Sarah merebahkan diri dan memeluk Indra.
Dan balas memeluknya membuat Sarah tersenyum senang.

Pagi ini Sarah bangun lebih pagi lagi, karena harus membuat sarapan untuk Indra. Sarah tidak mau suaminya tidak sarapan atau lupa makan di cafe.
Sarah selesai membuat sarapan. Saat hendak membangunkan Indra. Ternyata Indra sudah terlebih dahulu bangun dan bersiap untuk mandi.

"Kau sudah bangun?" Tanya Sarah. Indra menoleh dan mengangguk pelan. Lalu masuk ke dalam kamar mandi. Sarah langsung merapihkan kamar dan menyapu sebelum kedua anaknya terbangun.

Setelah selesai menyapu, Sarah membuka lemari dan memilihkan pakaian apa yang akan Indra pakai. Semua perlengkapan Indra sudah Sarah siapkan. Selesai dengan Indra. Sarah kembali ke luar kamar. Karena harus memasukan cucian kotor ke mesin cuci.

Setelah sebagaian pakaian kotor masuk ke dalam mesin cuci. Sarah menuangkan ditergen dan pewangi pakaian ke dalam mesin cuci. Lalu Sarah tinggal. Untuk membuat bekal Indra di kerjaan.

Tak lama Indra keluar dan langsung duduk di meja makan. Semua sudah Sarah siapkan tinggal Indra makan tanpa harus menyendok nasi dan lauk pauk lagi.

Indra selesai dengan sarapannya, Sarah memberikan susu kepada Indra. Indra menatap Sarah sejenak dan tersenyum.
"Terima kasih," ucap Indra. Sarah balas tersenyum.
"Aku berangkat ya, salam sama anak-anak. Aku mencintai mereka," ujar Indra. Dan langsung pergi.

Sarah menatap punggung Indra hilang hilang ketika masuk ke dalam mobil. Dan meninggalkan rumah. Sarah masuk dan melihat anak-anaknya. Ternyata Theo sudah bangun dan sedang duduk dengan tatapan bingung. Sarah buru-buru mendekat ke arah Theo.

"Kenapa sayang?" Tanya Sarah. Theo langsung mendekat ke arah Sarah dan memeluknya. "ayah... Mana...ayah?" Tanya theo. Sarah tersentak, karena Theo sudah mencari ayahnya di jam segini.

"Ayah kerja sayang, nanti juga ketemu kok," jawab Sarah. Theo diam. Menatap saudara kembarnya yang masih tidur.
"Theo mau bobo, agi," ujar Theo yang langsung merebahkan kembali tubuhnya dan memejamkan mata. Sarah tahu Theo sangat merindukan sang ayah. Karena Theo begitu dekat dengan Indra.

Kalau Thea cenderung cuek dan masa bodo dengan semuanya. Thea seperti memiliki dunianya sendiri. Sarah kadang takut, bila Thea memiliki kemiripan sifat dengan sang ayah. Sarah membelai wajah Thea di sana.
"Jadilah anak yang penyayang, perhatian akan sekitarmu, jangan jadi anak yang tidak peduli ya, sayang," doa Sarah.

🌱🌱🌱

"Mama, agi apa?" Tanya theo. Sarah dan Thea menoleh lalu tersenyum.
"Sini sayang, mama dan kakak thea lagi nanam bunga, Theo mau ikut bantu?" Tanya Sarah. Theo mengangguk dan ikut jongkok di samping Sarah

Selama menanam bunga Thea diam saja. Tak bersuara sama sekali. Hanya Sarah dan Theo yang bercanda gurau. Sekiranya sudah selesai, Thea langsung bangun dan mencoba membuka kran air. Namun karena terlalu keras ia tak bisa membukanya. Sarah yang melihat itu langsung bangun dan membantu Thea.

"Lain kali, kalau tidak bisa sendiri minta tolong ya, jangan sungkan untuk minta tolong, Thea paham?" Nasehat Sarah sembari membuka air kran. Thea hanya mengangguk dan mulai membasuh tangannya. Di susul Theo dan terakhir Sarah.

"Terima kasih," ucap Thea yang langsung masuk ke dalam rumah. Sarah menghela nafas menatap anak perempuan yang terlihat sangat cuek.

Aku harus bisa merubah sifat anakku, semoga bisa ya Tuhan . Aku tidak mau anakku menjadi gadis yang cuek. Seperti ayahnya. Tidak ...jangan sampai. Doa Sarah.

Ayah TerCuek (Tamat)√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang