Bagian 3

2.1K 380 31
                                    

Bukan Sakura namanya jika langsung menyerah begitu saja. Setelah berkali-kali ditolak secara terang-terangan oleh Sasuke, tetap saja ia tak gentar. Hal memalukan itu justru menjadi cambuk tersendiri untuk lebih bersemangat lagi.

"Hari ini apa yang udah lo lakuin?" tanya Ino. Mereka sedang nongkrong di tempat biasa. Tepatnya di pangkalan nasi goreng milik Mang Teuchi, depan masjid.

Sakura mendengus. Ia sampai melupakan semua yang telah ia lakukan untuk mendapatkan perhatian cowok yang ia claim sebagai titisan nabi Yusuf. Sudah banyak hal yang ia lakukan. Dari mulai mengirim makanan malam-malam, mengirim surat cinta, follow ig, sampai nitip autan tiap malam untuk menemani Sasuke hafalan juz. Namun semua hasil perjuangannya zonk alias gagal total. Yang ia dapat hanyalah rasa malu bahkan sampai sekarang tak ada respon sama sekali.

"Ternyata apa yang lo bilang bener No, dia susah ditaklukan," kata Sakura sambil menyenderkan kepalanya ke meja. Matanya menatap ke depan melihat punggung mang Teuchi yang sedang sibuk menggoreng nasi.

"Gue bilang juga apa, gak percaya sih lo." Ino mencibir dengan rasa kemenangan,"Gimana rasanya ditolak? enak?" Ia terkekeh melihat wajah kesal sahabatnya.

"Ledek aja terus No, gue mah ikhlas lahir batin."

"Iish ambek mulu." Ino mengerucutkan bibirnya sambil menoyor kepala Sakura pelan.

Nasi goreng Mang Teuchi sudah kelar digoreng. Sakura dan Ino langsung melahap makanan itu hingga habis. Es jeruk yang mereka pesan pun juga tandas dalam sekali teguk. Benar-benar tak mencerminkan adat makan anak perempuan. Apalagi Ino yang notabene anak pesantren.

"Sak...Sakura! itu Sasuke." bisikan Ino hampir membuat Sakura tersedak. Gadis itu buru-buru mengambil air putih gratisan yang ada di depannya lalu kepalanya mendongak ke depan.

"Mana mana?" tanya Sakura.

"Itu, dia lagi jalan sama Naruto!" tunjuk Ino ke arah dua orang cowok yang berhenti tepat di depan gerobak Mang Teuchi.

Sakura langsung buru-buru merapikan rambut sebahunya karena malam ini dia tak memakai embel-embel jilbab di kepalanya.

Tiba-tiba Ino menyikut lengannya keras,"Gimana Sasuke mau ngelirik lo Ra, orang lo'nya urakan begini....tipe Sasuke itu cewek solehah, bukan cewek cover cabe kaya begini."

Sakura reflek melihat dirinya sendiri. Sebuah kaos oblong kebesaran dipadu dengan hotpants di atas lutut. Itulah pakaian yang ia pakai saat ini.

"Maksud lo pakaian gue? elah ini nyaman banget dipake, masa udara panas begini gue musti pake gamis," kata Sakura malas.

"Ya minimal kaya gue lah," kata Ino sambil memamerkan pakaiannya. Walaupun hanya memakai kaos panjang dengan celana jins, setidaknya ia memakai jilbab di kepalanya.

"Terus gue harus gimana nih?" Sakura mendadak salah tingkah. Matanya sedari tadi tak bisa lepas dari keberadaan Sasuke yang berdiri tak jauh darinya.

"Samperinlah, sapa-sapa manja." Ino mengedipkan sebelah matanya.

Sakura mengangguk mengerti. Ia berdiri, merogoh selembar uang di saku celananya, "Mang jadi berapa?" tanyanya ke Teuchi namun matanya masih menatap sosok menawan yang berdiri dengan seorang pemuda jabrik yang Ino panggil Naruto.

"Oh, udah selesai Neng, sama Mbak Ino?" tanya Teuchi. Sakura mengangguk.

"Eh ada Mas Sasuke juga?" Sakura memulai aksinya sembari membiarkan Teuchi menghitung tagihan nasi gorengnya. Raut wajah gadis itu dibuat seterkejut mungkin. Ia berjalan mendekat dengan senyum ramah yang terlihat lebay.

The Real loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang