Bagian 7

1.8K 333 65
                                    

BAB 7

Naruto tak berhenti mengekori Sasuke kemanapun sosok itu pergi. Cowok periang itu berubah menjadi wartawan dadakan gara-gara ucapan Sakura tempo hari yang lalu.

"Apa kalau gue mandi lo akan tetep ngikutin gue terus?" gertak Sasuke dengan wajah kesalnya. Dia merenggangkan ototnya sambil menggenggam erat sisi meja miliknya.

"Santai Bos..makanya jawab gue dulu, lo gak ngapa-ngapain anak orang kan?"

Astaghfirullah

Sasuke menggelengkan kepalanya pelan. Harus berapa kali lagi dia menjelaskan semuanya ke Naruto kalau kata-kata Sakura itu tak ada benarnya. Itu semua fitnah.

"Terserah lo mau nyimpulin gimana tapi tolong jangan ngikutin gue terus...pergi sana sana sana." Sasuke mengusir Naruto dengan jari lentiknya.

"Oke gue simpulkan lo ada apa-apa sama dia."

"Sinting!"

"Ngumpat dosa lho Sas."

Astaghfirullah

****

"Jaga lisan kita jangan sampai menyakiti hati orang lain....."

Kata-kata ustadz Kakashi beberapa waktu yang lalu masih terngiang jelas di pikirannya. Tentang menjaga lisan dan menyakiti hati orang lain. Sasuke masih setia merenung di dalam kelasnya yang sepi. Jam istirahat bukannya membuatnya semangat malah membuatnya semakin terpikirkan sesuatu.

Mengingat kejadiannya bersama Sakura di halte bus, sebenarnya dalam hati yang paling dalam ia merasa bersalah atas kata-katanya. Tak seharusnya ia mengatakan hal buruk kepada gadis itu. Seburuk apapun seorang gadis, tetap saja mereka tak akan mau dibilang murahan.

Makanya malam itu ia dengan ikhlas mengantarkannya pulang ke rumah walaupun ia sedikit terganggu dengan keadaannya yang tak sadarkan diri. Ia ingin menebus kata-katanya dengan berbuat baik mengantarkan gadis itu pulang.

Sasuke lalu keluar kelas sambil menariknya nafasnya pelan-pelan. Langkahnya terhenti saat tubuhnya bertabrakan dengan balkon emperan kelas yang hanya setinggi pusarnya. Tangannya memegang sisinya sambil matanya menyapu pemandangan bawah sekolah yang kini ramai siswa yang sedang beristirahat.

"Untung aja gak semua cewek kaya dia." bibirnya pelan tapi pasti tersenyum dengan lembut. Matanya seperti tersihir pada sosok menawan yang sedang bercanda ria di bawah sana.

...

"Hinata, tuh lihat di atas. Kayaknya Sasuke diem-diem lagi lihatin lo deh," kata Tayuya berbisik. Mereka memang sedang asik mengobrol di bangku taman sambil memakan camilan.

Pelan-pelan Hinata mendongakkan matanya ke atas, tepat di teras lantai dua kelas 3A.

Tapi seperkian detik kemudian, ia buru-buru menundukkan pandangannya kembali, "Kamu apaan sih yu, masa Sasuke lihatin gue." Hinata memukul bahu Tayuya pelan.

"Gue gak bohong Nat, lihat aja tuh."

"Apa sih, jangan dilihatin terus. Gak boleh lho cewek sama cowok saling pandang-pandangan."

"Rejeki masa ditolak huh!"

Hinata langsung menggelengkan kepalanya melihat tingkah Tayuya.

***

Sakura menerima selembar kertas hasil evaluasi'nya selama satu semester ini di hadapan Mikoto, ibu guru yang selalu mengawasi perkembangan nilainya.

"Jangan harap kamu bisa main-main seenaknya setelah kamu lihat nilai kamu yang turun drastis seperti ini."

Dengan tampang malas Sakura melirik hasil ujiannya di lembar kertas yang ia terima. Wajahnya datar. Baginya, peringkat 29 dari 30 siswa tak membuat hatinya terkejut atau menyesal. Dia tampak biasa-biasa saja.

The Real loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang