Bagian 5

1.9K 352 89
                                    

"Maaf ya Mas, saya jadi ngrepotin." Tenten memasang wajah menyesal di depan Naruto. Cowok itu telah berhasil membuat mobilnya kembali hidup. Sedangkan Sasuke—cowok itu bertugas untuk mengantar Sakura pulang. Sembari menunggunya, mereka berdua ngobrol cantik di bahu jalan.

"Santai aja. Btw kayaknya kita seumuran, kenalin gue Naruto, lo?" cowok periang itu mengulurkan tangannya.

"Gue Tenten, masih kelas dua belas," kata Tenten sambil menerima uluran tangan itu.

"Wih sama dong, gue juga kelas dua belas, cuma gue sekalian mondok di pesantren depan," kata Naruto sambil menunjuk bangunan gedung di sebelah masjid. Tenten mengangguk mengerti.

"Makasih juga buat temen lo yang tadi."

"Oh Sasuke?"

"Sasuke?" gadis itu terkesiap seperkian detik.

"Maksud gue, temen gue tadi namanya Sasuke. Santai aja nanti gue sampai'in ke dia," ujar Naruto.

Sementara itu Tenten malah terlihat bengong. Otaknya mencerna dengan baik kata-kata cowok itu. "Sasuke? kaya pernah denger tuh nama."

"Sasuke? bukannya orang itu yang bikin Sakura misuh-misuh akhir-akhir ini?"

****

Di tempat lain, Sasuke terpaksa menggendong Sakura karena gadis itu sudah tak bisa berjalan dengan normal. Sempoyongan ke sana kemari membuatnya kerepotan. Di sepanjang perjalanan pula, telinganya serasa akan pecah saat racauan gadis itu terus terdengar karena efek alkohol. Dari mulai nyanyi-nyanyi tak jelas, ketawa-ketawa, sampai curhat sesuatu yang tak penting. Bisa saja ia melempar gadis itu ke selokan jika saja ia tak ingat dosa menelantarkan anak orang.

"Dan lo tahu? tadi pagi gue ketemu sama orang paling ngeselin sedunia hahahaha!" tawa Sakura meledak. Menepuk punggung cowok yang menggendongnya dengan keras. Namun Sasuke tak bereaksi apapun. Untuk apa meladeni gadis gila ini?

"Sok-sokan gak mau disentuh lagi!"

"Ngomongnya judes kaya juragan kosan!"

Teg

Sasuke reflek menghentikan langkahnya. Dia ingin menyela kata-kata Sakura namun ia tahan.

"Gue heran aja sama cowok sok alim kaya dia hahaha!"

"Bisa diem gak?" akhirnya Sasuke mengeluarkan Kata-katanya. Sumpah, racauan gadis gila ini sangat mengganggu. Asli.

"Lhoh, cara ngomongnya kok sama kaya lo hahahaha!" Sakura kembali tertawa dengan wajahnya yang memerah.

"Kalau lo gak bisa diem, gue turunin disini!"

"Tuh beneran mirip hahahaha!"

Sasuke menghela napas. Ternyata benar. Meladeni orang mabuk sama saja ikutan gila. Buang-buang waktu dan tenaga.

"Dasar cowok munafik hahahaha!"

Sasuke sempat menghentikan langkahnya kembali saat Sakura mengeluarkan kata-kata itu. Tapi sedetik kemudian dia melanjutkannya. Membiarkan ocehan itu terus menggema di tengah jalanan yang sepi. Sabar, sebentar lagi sampai.

Sasuke terus berjalan hingga sampai di ujung komplek. Di sana berdiri sebuah rumah bercat putih abu-abu berukuran sedang yang teduh dengan berbagai tanaman bunga dan bonsai di halaman rumah.

Di depan garasi tampak mobil berwarna merah terparkir dengan rapi. Untuk sesaat, Sasuke menyipitkan matanya. 'Kog rasanya kaya kenal itu mobil'

"Permisi!" Sasuke berteriak dari depan rumah. Berharap ada penghuni rumah yang membukakan pagar.

"Permisi!" teriaknya lagi.

Tak ada sahutan siapapun dari dalam. Punggungnya mulai pegal dan kesemutan. Ternyata gadis ini lumayan berat. Sangat menyiksa.

"Permisi!"

Pintu rumah itu terlihat bergerak. Sasuke menghela nafas lega. "Ayolah cepet, siapapun di sana bantu gue, badan gue udah pegel encok begini."

"Sakura!"

Teriakan murka dan marah terdengar di telinga Sasuke. Cowok yang baru saja keluar dari dalam rumah itu buru-buru berjalan ke arah pagar menghampirinya.

"Sakura! dasar bocah aargh!" Sasori berusaha menggapai Sakura yang berada dalam gendongan.

"Bang Sasori?" tanya Sasuke tiba-tiba. Sasori reflek menolehkan kepalanya ke arah cowok yang sedang menggendong adeknya itu.

"Lhoh Sasuke?" katanya setelah menyadari siapa sosok yang bersama adiknya itu.

"Abang tinggal di sini?"

Mereka saling pandang satu sama lain. Sampai akhirnya Sasuke menyadari kalau pria di depannya ini adalah kakak dari gadis gila yang berada di punggungnya.

Begitu pula dengan Sasori. Cowok itu sangat mengenal Sasuke karena mereka sering bertemu di berbagai kegiatan masjid. Apalagi mengingat jabatannya sebagai ketua REMAS.

"Kok Sakura bisa sama lo, Sas?"

"Nanti Bang saya jelasin, yang penting Sakura'nya mau taruh di mana? Pinggang saya udah sakit Bang."

Sasori seketika menepuk jidatnya lalu menyuruh Sasuke masuk ke dalam rumahnya.

Sakura mendarat di sofa dengan Sasuke yang meletakkannya di sana. Gadis itu menggeliat mencari posisi ternyaman. Ia sudah tak lagi meracau karena tertidur pulas. Saat ia bergerak, tak sengaja sebuah tali BH berwarna ungu tersingkap dari balik bajunya yang minim bahan. Bertengger di dekat leher yang kontras dengan warna kulitnya yang putih. Sasuke langsung memalingkan wajahnya saat tak sengaja melihat pemandangan itu. Dalam hati ia mengucapkan istighfar berkali-kali.

"Maafin kelakuan adek gue ya Sas," kata Sasori setelah mendengar cerita lengkapnya. Ia memang sangat frustasi dengan sikap Sakura akhir-akhir ini. Pembangkang dan tak mau di atur. Hampir tiap akhir pekan gadis itu pulang malam dan berakhir tak sadarkan diri.

"Nggakpapa Bang, saya ikhlas membantu. Saya balik dulu ya Bang udah malem, takut gerbang asrama digembok." Sasuke akhirnya pamit. Terlalu panas jika ia terlalu lama di rumah ini.

"Makasih sekali lagi," kata Sasori.

"Sama-sama Bang."

....

Sambil menyusuri jalanan komplek menuju jalan utama, pikiran Sasuke melayang tentang kejadian tadi pagi. Batinnya tak menyangka kalau Sakura adalah adik dari Sasori, orang yang ia kenal baik, ramah dan sopan. Kenapa sifat keduanya begitu kontras, sangat berbeda.

Dan yang membuat pikirannya semakin bingung adalah, apa penyebab Sakura bisa sampai tumbuh seperti itu? Pulang malam, mabuk-mabukkan tak jelas. Sasori? Kenapa cowok itu hanya bersikap biasa saja, seolah kenakalan yang dilakukan Sakura bukan suatu hal besar.

"Hah...kenapa gue jadi pengen tahu urusan orang sih?"

Drrrttt drrrrt

Ponsel miliknya tiba-tiba bergetar. Sebuah pesan masuk telah diterima. Sambil terus berjalan ia membaca pesan itu lalu membalasnya. Setelahnya, terlihat seutas senyum tersemat di bibir manisnya.

From.081xxxxxxxx
Assalamualaikum, maaf ganggu, gue Hinata...gue dapat nomor lo dari Matsuri, sekali lagi makasih ya Sas udah mau nolongin gue.

Klik'🌟 if you like this story'

The Real loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang