.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Kembali lagi, hidupku kembali ke taraf 0 untuk 6 tahun yang hampir sempurna.Kini aku kembali menjadi Hanni yang rapuh, tak ada penyangga.
Mataku masih menatap sayu pemandangan yang ada dihadapanku.
Aku ingin menggantikan posisi nya, pasti berat untuk hidup bagi mommy. Belum lagi ditambah kedatangan ku dan Jeno di dalam dunia mommy.
Kalau takdir itu berhadapan denganku, sudah pasti aku akan tumbang sebelum memulai.
Mommy adalah orang yang sangat hebat, aku menyayanginya, aku suka saat mommy marah dan membentak kepadaku. Ya... Walaupun sedikit takut, tapi aku tahu.
Mommy butuh pelampiasan, mommy pasti lelah meyimpannya sendiri, mommy pasti lelah menjalaninya sendiri. Aku hanya ingin mommy bahagia.
Bangga seorang Hanni mempunyai ibu seperti mommy. Walaupun pekerjaan mommy hina, walaupun aku dihasilkan dari hubungan yang haram. Aku tidak pernah menyesal mempunyai mommy seperti dia.
Berani sekali mereka, membuat hidupku dan mommy jadi sulit. Semakin lama mommy tidur, Hanni semakin dendam mommy.
Orang itu sama sekali tak punya peri kemanusiaan. Suatu saat dia akan mendapatkan karmanya. Sungguh!!
Dan karma itu akan datang dari tangan anaknya sendiri.
Lihatlah, aku akan membuat hidupnya lebih menderita dari hidup ku.
Daddy akan setia membantuku, aku akan membuat kalian berada dititik 0.
Ah tidak, aku akan membuat kalian berada di titik negatif.
----------------------------
"Hanni"
Siluet itu datang lagi.
"Ada apa Daddy?" Tanyaku sambil menoleh.
"Kau belum makan kan? Mari kita makan dulu"
Aku memang belum makan, melihat mommy terbaring membuatku nafsu makanku lenyap bersama kesedihan.
Aku menggeleng
"Ayolah Hanni, mommy ingin anak perempuannya sehat"
"Tapi aku tidak lapar dad" mataku masih menatap sayu tubuh yang terbaring lemah disana.
Daddy berjalan menghampiriku di sofa.
"Mommy mau Hanni jadi anak yang sehat supaya kuat. Jangan menyiksa fisik Hanni sendiri, kalau mommy bangun kamu pasti dapet omelan dari mommy" dia mengusap surai ku penuh kasih sayang.
Aku mengangguk, menarik tangan daddy.
Astaga... Daddy memang selalu bisa membuatku berubah pikiran dengan cepat. Kata-kata yang dilontarkannya selalu menjadi nasihat dan penyemangat.
"Ayo kita makan, Hanni ingin jjangmyeon di seberang jalan"
"Baiklah"
Daddy berjalan iring-iringan dengan ku menuju restoran di depan rumah sakit.
Kring
-------------
"Ahjuma jjangmyeon 2 sperti biasa"
Daddy memesan kepada bibi itu, kami adalah langganannya sejak 7 bulan yang lalu. Aku tidak pernah meminta daddy makan di tempat yang jauh dari rumah sakit, kadang daddy yang membawakan makanan untuk ku dan Jeno.Aku tidak ingin jauh jauh dari mommy. Detik ku sangat berharga untuk mommy.
"Setelah ini kita akan menjemput Jeno, daddy tidak menerima penolakan"
Belum sempat aku menjawab, mendengar nada tegas yang di keluarkan daddy membuatku harus patuh.
Aku menunduk
Dia menghela nafas berat, aku bisa mendengarnya. Mungkin dia kasihan melihatku yang terus bergantung terhadap kesadaran mommy.
"Hanni angkat kepalamu! Mommy tidak pernah mengajarkanmu cara menjadi lemah. Kau harus menghadapi semua ini Hanni. Daddy ada disini untuk membantumu, daddy akan selalu ada untuk kalian. Daddy berjanji..."
Dia menjeda kalimatnya
"Apakah kau tidak kasihan kepada adikmu? Dia sangat membutuhkan kasih sayang ibu, dia lebih menderita darimu Hanni. Mommy masih belum bisa menerimanya, Jeno sangat tegar selama ini. Walaupun daddy tahu disekolah Jeno selalu di bully, dikatai 'anak haram'. Kau masih lebih baik, masih tau siapa ayah kandungmu. Tapi Jeno? Dia belum merasakan kasih sayang ibu, dia tidak tahu siapa ayahnya yang sebenarnya. Dia tidak bersalah disini, tapi dia harus menanggung beban yang begitu berat"
Daddy menggenggam tanganku.
Apakah selama ini aku jahat? Apakah selama ini aku tidak pernah memperhatikan adikku? Akhhhh. Memang benar, aku masih bisa merasakan 5 tahun an bersama kasih sayang yang mommy limpahkan. Tapi bodohnya aku yang melupakan Jeno yang sendirian, dia pasti sangat kesepian.
Hanni sangat tidak becus mommy, mianhae...
Air mataku sudah menggenang di pelupuk, daddy selalu berhasil membuatku tersadar. Mungkin selama ini aku selalu terfokus dengan mommy hingga melupakan adik kecilku, Jeno.
Ya tuhan, aku harus bangkit. Jeno membutuhkan seorang ibu, Jeno juga pasti dendam dengan mereka. Tunggulah sebentar adik kecilku. Aku akan membuat mereka merasakan rasanya di bunuh secara perlahan.
Rencanaku sudah tersusun rapi, tinggal laksanakan. Dan dengan segera aku akan melihat 7-9 liang lahat yang digali secara bersamaan.
Dan setelah itu, aku akan hidup bahagia dengan keluargaku.
11-11-18
