devil mommy {

27 6 0
                                        

.
.
.
.
.
.
.
.
.

Setelah cukup merenungkan banyak hal. Sekarang aku berada disini, di sebuah cafe daerah Gangnam. Menunggu seorang penyelamat untuk ditemui.

"Hey" Kris melambaikan tangannya dari arah pintu cafe.

Aku tersenyum.

"Bagaimana kabarmu?" Tanyanya saat dia sudah duduk di kursi.

"Kau terlihat kurusan" lanjutnya.

"Im bad Kris"

"Kenapa? Apa ada masalah?" Dia menampilkan wajah gelisah.

See dia masih sangat baik.

"Apa aku boleh meminta bantuanmu?"

Kris menampakkan wajah bingungnya.

"Tolong jaga Hanni dan Jeno untukku, bisa?"

"Kau mau kemana? Apa yang terjadi? Jangan membuatku khawatir Ren" Kris menggenggam tanganku yang dari tadi ada di atas meja.

"Entahlah, penyakit ini menyiksaku. Aku merasa waktuku di dunia tidak akan lama lagi"

"Kau sakit apa!?"

Aku menggeleng

"Aku tidak pernah memeriksanya" jawabku menunduk, rasanya ingin menangis saat melihat wajah Kris. Aku merasa ada satu orang yang mengkhawatirkanku kali ini.

"Aku tidak mengerti Ren, tolong jelaskan"

"Daripada aku membuang uang untuk diriku sendiri, lebih baik uang itu untuk sekolah anakku Kris"

Sudahlah, bentengku hancur. Aku menangis.

Kris menarik ku secara paksa, menuju mobilnya.

Dia melajukan mobilnya tanpa bicara satu patah katapun.

"Kita mau kemana?"

"Rumah sakit"

"Tapi aku memintamu menjaga anakku, bukan membawaku ke rumah sakit"

"Diamlah"

~~~~~~~~~

Ruangan putih dengan bau obat-obat an yang menyeruak, aku sudah selesai menjalani beberapa pemeriksaan. Sang dokter juga menanyakan gejala apa yang kurasakan. Ingin sekali mengatakan 'im okay' tapi Kris selalu menatapku dengan tajam, entahlah aku takut dengan tatapan itu.

"Hasil tes sudah keluar"

Dokter itu menjeda kalimatnya, aku punya perasaan buruk tentang diagnosis yang dia berikan.

"Nyonya Irene

mengalami kanker otak stadium 3"

Aku tidak tau harus bagaimana cara menanggapi diagnosisnya. Kris sudah panik, dia menanyakan banyak hal kepada sang dokter.

Aku tidak bisa merekam dengan jelas apa yang Kris katakan. Semuanya terlihat semu, mataku sudah penuh dengan air yang siap jatuh kapan saja.

Hanni dan Jeno berlarian di benakku, aku merindukan mereka. Hatiku hancur, aku ingin memeluk mereka.

Menghabiskan sisa hidupku dengan mereka, aku sedikit menyesal. Kenapa aku harus mengalami gangguan kejiwaan, dan menyakiti mereka?. Bukankah aku mommy yang buruk?.

"Ren, Irene"

Kris menyadarkan lamunanku.

"Apa?"

"Are u okay?"

"Im okay" jawabku dengan nada datar.

-----------

Mataku terbuka, aku melihat langit-langit kamarku. Bukankah kemarin masih di rumah sakit?

Kakiku menuruni tangga.

Betapa terkejutnya, aku melihat Hanni memasak dan Kris menggendong Jeno.

"Lihatlah mommy sudah bangun" ucap Kris tersenyum kepadaku. Hanni dan Jeno menoleh.

Apa yang harus aku lakukan? Kenapa kaku sekali?

Bibir ini coba ku buat tersenyum. Aku melihat Hanni menambah senyumannya hingga matanya hampir tertutup.

Hancur semua egoku terhadap anak itu, aku berlari dan memeluknya. Dia membalas pelukanku.

"Maafkan mommy"

"Tidak apa mommy, Hanni tau mommy memiliki beban yang sangat berat untuk dipikul sendiri"

"Tapi seharusnya aku tetap menyayangimu~ mommy tidak pantas untuk hidup, mommy adalah monster yang mengerikan"

Aku menangis sejadi-jadinya. Kris dan Jeno berada dibelakangku, dan Hanni dia sedang menenangkan ibunya ini.

"Tidak, bukan, yang tidak pantas hidup itu Oh Sehun dan teman-temannya itu. Mommy adalah malaikat bagi Hanni dan Jeno"

Hanni marah, tangannya mengepal.

"Bagaimana kau tahu nama itu?"

"Maafkan aku mommy. Waktu itu saat membersihkan rumah, Hanni melihat buku Mommy, dan Hanni membacanya"

Anak itu menunduk. Astaga, aku bahkan tidak perlu lagi menceritakan dari awal. Tuhan selalu memberiku takdir yang unik.

"Daddy, mommy , Jeno ayo makan! Hanni memasak makanan yang istimewa"

Hanni menarik tanganku menuju meja makan. Kali ini aku tidak marah, bahagia malah.

"Ren, setelah ini aku ingin berbicara denganmu"

Kris angkat bicara, setelah sekian lama dia dan Jeno menonton ku dengan Hanni.

Apa yang akan ia bicarakan? Mungkin penyakitku(?). Entahlah, aku bukan orang yang berpendidikan. Aku tidak tau apa yang akan terjadi pada tubuhku selanjutnya.

Yang ku tahu, aku terkena kanker otak. Sudah hanya itu. Terkadang pusing, mataku buram, dan aku sering tidak teratur dalam tidur.

Kadang aku bertanya kepada diriku sendiri. Kapan aku mati? Kapan tubuh ini akan menyerah?. Aku harus menyiapkan kepergianku demi Hanni dan Jeno. Menghabiskan waktu yang ku punya untuk mereka. Supaya aku bisa sedikit tenang nanti, saat aku sudah tak berada di sekitar mereka.

'last word'

21/10/18

For Mommy✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang