"Setiap aturan yang dibuat, ada alasan untuk menaatinya. Seperti aku yang terlahir di dunia, dengan alasan untuk menjaga kamu."
Seluruh kegiatan di kampus akhirnya telah selesai. Kayla menghela napasnya lega, saat upacara penutupan ospek telah ditutup. Itu berarti, tidak perlu lagi berkutat dengan Kakak Tingkat, tugas yang menyebalkan, tidak perlu lagi.
Kayla memasukkan barang-barangnya ke dalam tas, kemudian berjalan keluar aula. Ia bingung, harus menunggu Rio atau bagaimana? Kalau menunggu, Kayla tidak jamin lelaki itu cepat menemuinya, karena pasti anak-anak BEM tidak langsung pulang.
Jadi, yang Kayla lakukan adalah menunggu di parkiran, setelah tadi ia berpamitan dengan Dana juga Fara, dua gadis yang baru ia temui di masa ospek. Semoga nantinya mereka sekelas, karena Kayla tergolong orang yang sulit berinteraksi.
"Dor!" Suara mengagetkan itu menggema di telinga Kayla, berbarengan dengan pundaknya yang ditepuk keras dari belakang.
Hampir saja Kayla berteriak kencang, namun tertahan ia langsung sadar dan menutup mulutnya. Gadis itu melotot saat orang itu muncul di hadapannya. Ya ampun, lelaki gila itu lagi!
"Lo kayaknya hoby banget di parkiran," Lucas menatap Kayla dengan tatapan mengintimidasi, "jangan-jangan, lo beneran mau maling helm?"
"Enggak!" Kayla mengelak, untuk apa ia maling helm?!
"Whoa, galak amat. Lupa sama apa yang gue bilang?" Lucas menampilkan senyumnya, "yah ... silahkan aja sih, galak-galak sama gue kalau mau rahasia lo terbongkar."
"Mau lo sebenernya apa?!" tanya Kayla, pasrah.
"Tadinya gue mau banyak," Lucas mendekatkan wajahnya ke hadapan Kayla, "tapi sekarang gue berubah pikiran, gue cuman mau satu, yang mewakilkan semua keinginan gue."
"Apa?!"
"Gue mau ... lo," Lucas tersenyum miring, "Kayla Khanzania."
"Maksudnya?" Kayla mengernyitkan dahinya.
Lucas menepuk puncak kepala Kayla dua kali, "nanti lo juga paham, gue cabut."
Setelahnya, Lucas benar-benar pergi dari hadapan Kayla. Gadis itu menghela napasnya lega, bersyukur karena Lucas tidak berlama-lama di dekatnya. Lelaki itu cukup membuat Kayla pusing, ditambah lagi, Lucas terlalu banyak teka-teki.
Kembali pada Kayla yang tengah bingung, gadis itu melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya, ya ampun ... baru pukul 7 namun suasana tempat ini sudah seperti pukul sembilan. Jadi, Kayla harus bertahan menunggu Rio, atau pulang sendirian?
Eh, tapikan kunci rumah ada pada Rio? Kalau begitu, percuma kalau Kayla pulang tanpa Rio, kan?
"Apa telepon Dana aja, ya?" gumam Kayla, seingatnya, kos Dana berada tidak jauh dari kampus. Nah, masalahnya lagi, 'tidak jauh' menurut Dana kan karena dia menggunakan sepeda motor. Kalau Kayla berjalan kaki ke sana? Bisa bengkak kakinya ....
"Terus ini harus ke mana, dong?!" Kayla frustasi. Gadis itu memutuskan berjalan pulang, mungkin ia akan menunggu di teras sampai Rio datang.
Kayla memeluk tubuhnya, malam begitu mendung hingga suasana terlampau dingin. Salahkan Kayla tidak memakai jaket, ia sangat jarang menyentuh benda itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Light
RomanceUPDATE SETIAP HARI MINGGU! Light by cantikazhr Menikah muda? Bagaimana rasanya? Menyiksa. Itulah yang dirasakan Kayla Khanzania saat terpaksa menikah dengan Rio Adiwijaya. Memiliki suami tampan rupanya bukan sebuah anugerah, melainkan musibah! Kayla...