Sejak seminggu ini Loli mengikutiku, kami memiliki pengunjuk jika Lala dan Mrs. Clara bersama mencari Loli.
Kami mengetahuinya dari salah satu roh yang ada di situ. Ia juga termasuk korban pembunuhan berantai itu.
Selama seminggu Loli sama sekali tidak merepotkan, dia anak yang sopan, manis, bahkan dia bisa membantuku untuk membereskan kamar jika roomateku sedang keluar.
Hahaha, mungkin itu hal yang bodoh dan tidak mungkin bagi kalian. Tapi aku melihatnya sendiri Loli membantuku merapikan kamar.
Aku dan Loli sedang berada di depan kamar Loli dan keluarganya di bunuh secara tidak wajar. Jika kau tahu, sekarang aku sedang mengendap-endap ke sini agar tidak ketahuan. Kami dilarang oleh guru ke lantai paling atas, mungkin karena pembunuhan itu.
Besok hari libur, jadi Loli mengajakku ke sini untuk menemukan sebuah petunjuk. Dan sekarang sudah jam 02.00 tepat.
Kata Loli, pada jam segini semua roh atau yang sering di sebut hantu bermunculan. Sebenarnya aku takut jika melihat yang tidak ingin ku lihat.
Tapi aku bisa apa? Aku sudah berjanji membantu Loli untuk menemukan keluarganya.
"Kakak, Loli punya teman di sini. Kakak mau aku kenalkan?" Tanya Loli kepadaku.
"Hah? Teman yang sama sepertimu?"
"Iya, dia tidak jahat dia juga membantu Loli, jika kakak mau Loli bisa memperkenalkan dia kepada kakak," jawab Loli.
"A-ahh iya boleh," jawabku ragu.
Bagaimana jika teman yang di maksud Loli adalah roh yang menyeramkan? Apakah aku berani melihatnya? Pikirku dalam hati.
Seketika aku tidak melihat Loli di dekatku, kemana dia? Mengapa dia meninggalkanku di sini sendirian. Apa mungkin dia memanggil teman yang dia maksud itu? Banyak sekali pertanyaan yang ada di otakku.
Aku masih berada di depan kamar bernomor 150 itu. Entah mengapa aku merasa risih seperti banyak orang yang memandangiku.
Aku harap aku tidak melihat roh yang wujudnya membuatku takut. Pikiranku membayangkan roh roh yang nanti aku lihat. Betapa seramnya mereka.
"Kak!" Tiba tiba Loli muncul di sampingku membuatku sedikit terkejut. Dan dia tidak sendiri, ada seorang laki-laki yang berada di belakangnya.
"Ini kak Briand, yang Loli maksud," Kata Loli. Briand mengulurkan tangannya sambil tersenyum manis kepadaku. Aku pun membalas tangannya dan tersenyum kepadanya.
"Yerin," balasku. Brian, dia tidak menyeramkan, wujudnya bersih sama seperti Loli. Umurnya mungkin sama sepertiku, dan dia juga memakai baju Asrama ini, tapi baju itu termasuk baju yang sangat lama.
"Senang berkenalan denganmu, dan terimakasih sudah menemani Loli," ucapnya lagi.
"Ahh iya sama sama," jawabku kikuk.
"Apakah kalian yakin ingin masuk ke kamar ini?" Tanya Briand kepadaku dan Loli.
"Iya, Loli ingin memeriksa siapa tau Lala dan Bunda meninggalkan sesuatu untuk Loli di situ," balas Loli.
"Benar, apa salahnya mengecek," lanjutku.
"Yasudah kita langsung masuk saja, jika berlama lama bisa ketahuan," ajak Briand.
"Ayo!" Balasku dan Loli serempak.
Briand dan Loli masuk ke dalam kamar dengan cara menembus pintu kamar, dan aku...
Oh iya! Bagaimana caraku untuk masuk ke kamar ini? Aku kan tidak bisa menembus seperti mereka!
"Yakk! Loli Briand! Bagaimana caraku masuk ke dalam?!" Ucapku kesal sambil menggedor-gedor pintu itu.
"Oh iya kami lupa," balas Briand tiba tiba muncul dari pintu. Dia sangat mengagetkanku!
"Hei! Tidak bisakah kau tidak muncul tiba tiba? Kau sama persis dengan film film yang aku nonton, hantu yang muncul tiba tiba di pintu!" Omelku.
"Ahaha maaf maaf aku lupa," katanya dan langsung membukakan pintu itu dengan kunci yang tertempel dari dalam kamar.
Dengan segera aku masuk ke dalam kamar tanpa memperdulikan Briand. Kamar yang sangat kotor, namun masih terlihat rapi.
"Apakah ada sesuatu?" Tanyaku menghampiri Loli yang sedang memandangi foto keluarga yang terpajang di atas ranjang.
Aku tahu apa yang dia rasakan, dia pasti sangat merinduka kembarannya, bundanya, dan juga Ayahnya. Aku mengusap pelan punggung Loli, berharap dia tidak sedih lagi.
"Kita pasti akan menemukan mereka," ucapku menyemangatinya.
"Beneran kak? Loli pasti ketemu sama mereka kan? Kakak pasti bantuin Loli sampai Loli bertemu dengan mereka kan?" Tanya Loli, aku dapat melihat matanya berlinang air mata.
"Iya, kakak pasti akan membantu Loli kok,"
"Aku capek memandangi kalian terus, kita harus ngapain lagi?" Tanya Briand yang sangat tidak tahu suasana itu! Padahal waktu aku berkenalan dengannya dia sama sekali tidak terlihat menyebalkan.
"Tidak bisakah kau melihat Loli sedang merindukan keluarganya?" Tanyaku kesal.
"Tidak apa apa kak, kak Briand memang seperti itu," balas Loli dengan senyum manis yang ada di wajahnya.
Aku pun mengabaikannya dan segera mencari apapun itu yang dapan membantu kami.
Aku membongkar setiap laci yang ada di sana namun tidak ada apapun di dalamnya. Loli dan Briand juga ikut mencari, namun aku tidak mempedulikan mereka.
Aku membuka lemari pakaian yang sangat besar dan terbuat dari kayu yang sangat bagus. Dengan ukiran ukiran zaman dulu. Aku membuka lemari itu perlahan hingga menimbulkan bunyi berderit dari pintu lemari itu.
Lemari ini masih penuh dengan pakaian pakaian yang mungkin pakaian Mrs. Clara, bunda Loli. Dengan perlahan aku membongkar lemari itu agar pakaiannya tidak terhambur.
Aku membuka kecil yang ada di lemari itu, aku menemukan benda yang berbentuk kotak besi dan sebuah buku di sebelahnya.
Segera aku mengambil kotak besi dan buku itu. Aku pun memberikannya kepada Loli. Hanya dia yang berhak mengetahui isi dari kotak dan buku itu.
Loli membuka kotak itu dan menemukan foto foto polaroid keluarga lengkapnya. Briand yang ada di sebelahnya hanya memandangi foto foto itu, begitu juga denganku.
Dan ada sebuah foto yang membuat kami bingung. Jelas itu bukan foto keluarga, melainkan foto...
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerita OneShoot
De TodoOneShoot. Genre acak tidak beraturan. Genre romance, horor, mistery, fanfiction dll Cover by: @Kaaangchoding