is it true?

11 0 0
                                    

"Ave, ada yang harus aku bicarakan"

"ada apa Niall? duduklah terlebih dahulu"

"terima kasih Ave. begini, aku tak mau kau salah paham. aku dan Dea itu hanya teman, dia yang terus mendekatiku padahal aku tak pernah mau. aku terus mengajak teman-teman ku pergi, tapi mereka tak mau"

"jadi maksudnya adalah?"

"aku tak suka padanya, percayalah padaku Ave"

"lalu?"

"maafkanlah aku Ave"

"untuk?"

"karena aku sudah membuatmu cemburu"

"apa? aku cemburu? melihatmu berdua dengan Dea? stop joking Niall, hahaha"

"tapi memang itu yang terlihat diwajahmu"

"lalu kenapa kau khawatir?"

"karena aku tak ingin kau marah padaku Ave"

"aku tak marah padamu Niall"

"kadang perkataan dari mulut itu tak sesuai dengan apa yang dirasakan. lebih baik kau jujur padaku"

"cukup Niall! baik, aku sudah memaafkanmu"

"kenapa?"

"karena kau terus mendesakku"

"aku tidak mendesakmu"

"berhenti mendesakku Ni..."

"aku menyukaimu, sejak pertama kali kita bertemu" NIALL MEMELUKKU! dan percayalah bahwa teman-temanku juga melihat adegan itu.

"a.. apa?!" tanpa kusadari, aku mendorong Niall untuk melepaskan pelukannya

"kenapa?"

"nanti Dea marah padaku"

"sudah kukatakan kan bahwa kami hanya teman, yang kusuka hanya dirimu"

"ahahahah, kau pasti bercanda"

"apa pelukan tadi terlihat bercanda?"

"kurasa begitu, sudahlah. aku banyak urusan dan aku sedang tidak mood , lebih baik sekarang kau jangan bertemu aku dulu" lalu ku pergi meninggalkannya.

entah, percayalah bahwa aku memang sedang dibanyak masalah. aku memang sedang sensi dan tak bisa memilih apa yang benar dan apa yang salah sekarang. mungkin masalah perempuan ini datang lagi. ya, datang bulan. selalu datang setiap bulan yang hampir membuat 90% wanita di dunia sensi. menangis sudah menjadi andalanku setiap saat. dan kau tau soal barusan? Niall memelukku. entah apa yang dipikirkannya, tapi itu menurutku sangatlah GILA! tapi aku memang sedang tidak melihat sekitar, jadi aku tak peduli siapapun melihat Niall memelukku. JIKA DEA PUN MAU MELIHAT KEJADIAN ITU PUN AKU TAK PEDULI.

terlalu sakit untuk dijelaskan, terlalu sesak untuk diungkapkan. sudah terlalu banyak air mata yang keluar dan terlalu lemah untuk berhenti. terlalu banyak masalah yang kuhadapi dan terlalu susah untuk berhenti berpikir. berpikir optimis sudah kulakukan dan apa yang terjadi? merinding dan kesedihanlah yang aku dapat. entah apalagi yang harus aku perbuat, kucoba untuk bertahan namun itu terus membuatku sakit hati.

-to be continued-

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 15, 2015 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Love UniversityWhere stories live. Discover now