SEINDAH BENING DI HATI

158 10 0
                                    

Kebahagiaan sedang menyelimuti hidupku. Inilah indah pada waktunya. Perjuangan dan pengorbanan kami bukanlah sesuatu yang mudah. Hampir lima tahun bertahan dalam bingkai rindu yang mendera. Perempuan bermata teduh dan berhati tegar itu kini berada di depan netraku. Dialah yang terus menguatkan ketika rasa lelah dalam menunggu begitu menyiksa.

Bening Di Hati, namanya sebening jiwanya. Bening begitu keukeh untuk tidak bertemu selama jenjang pendidikannya. Dia hanya mau ditelpon. Waktu yang tidak sebentar, kalau aku nekad menemuinya dia akan memutuskan pinanganku. Oh, Bening, kenapa harus begitu berat jalan untuk bersama menuju hari bahagia ini.

Pernah suatu hari tanpa sengaja aku menemuinya di kampus. Perjalanan sehari semalam bersama angin laut yang dingin.
Rasa rindu yang membuncah lenyap begitu melihat sosoknya. Seragam putih dengan kerudung putih, membuatku tidak mengenalinya. Bening benar-benar berubah, lebih dewasa dan tambah cantik.

Dengan tatapan tidak suka dan nada halus dia mengusirku. Bening ingin menguji kesabaran dan kesetiaan. Dua hal yang sulit dalam sebuah hubungan.

"Maafin kakak, kalau Bening nggak suka. Kakak sungguh tidak bisa menahan rasa yang mendera ini." Kataku saat itu.

"Kakak kurang kuat niatnya. Buktinya Bening bisa. Membunuh rasa itu dan berusaha untuk terus sabar!"

"Apa yang Bening lakukan bila kangen sama Kakak?" tanyaku pede. Dia menghela napas.

"Bayangkan saja saat indah pada waktunya. Ketika jiwa kita menyatu dalam satu genggaman, yang tidak mungkin terpisahkan. Meski dengan air mata Bening menahannya, dan semua bisa terlewati. Terus berdoa sama Allah kalau kita berjodoh pasti akan bertemu juga."

"Bening pernah sekangen itu sama kakak?"

"Kenapa? Heran? Normal sebagai manusia meski Kakak hari ini belum takdirku. Tetapi hati harus bisa mengolahnya, agar tidak rindu buta tanpa logika!"

Suaranya ditekan, mungkin menyindirku. Bersyukur Bening memaafkanku hari itu. Setelahnya aku baru menyadari, rasa cintaku semakin mengakar ketika jarak dan waktu belum berdamai. Ketika kita menuju impian dan cita memang
harus ada pengorbanan.

Kumantapkan hati melangkah seperti perjanjian kami. Tidak bertemu sebelum saatnya hari indah itu tiba.
Terbayar sudah rasa rindu dan lelah menunggu. Tak bosan netra ini mengamati di setiap inci wajah cantiknya. Perlahan ku usap lembut sambil menyebut namanya. Mata indah itu mengerjab dan senyum paling manis menghiasi parasnya.

"Kakak, belum tidur?"

"Kenapa masih panggil Kakak? Bukankah aku suamimu?" godaku sembari mengecup keningnya. Dia terlihat bahagia juga.

"Terus panggil apa?"

"Gimana kalau sayang, atau cinta?" dia menggeleng cepat.

"Kenapa, bukannya terdengar romantis. Sayang?"

"Malu ah, orang juga udah tahu kita menikah. Nggak perlu sayang-sayangan gitu."

"Kalau nggak ada orang lain boleh, kan?"

"Untuk yang lain saja boleh, apalagi cuma bilang sayang," godanya membuat jantungku terus berdegup kencang.

Malam ini semua adalah milik kami. Meleburkan jiwa dalam ikatan suci penuh kebahagiaan. Tidak ada yang sia-sia dari sebuah penantian. Menunggu indah pada waktunya.

"Terima kasih telah setia menungguku, sayang." Bisik Bening dengan tatapan kepasrahan yang membucahkan hati dan jiwaku.

***
10 Oktober 2018.






Kumpulan FIKMIN, CERPEN Dinamika Kehidupan Tentang Cinta, Bahagia, Rindu. Marah.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang