JANJI KANG PARNO

114 10 0
                                    

     Kang Parno terlihat tidak bersemangat. Biasanya lelaki itu rajin ke sawah, mengantar si kecilnya sekolah, mengurus rumah dan mengurus ternak. Ketekunan dan keuletannya membawa berkah. Secara materi lebih dari cukup. Bahkan bisa untuk membangun rumah mungil mereka.

      Sudah sepekan, selepas sholat subuh hanya diam terpekur. Memandang langit-langit kamarnya, atau sekedar duduk dikursi teras rumahnya. Matanya yang cekung menyimpan beban yang teramat.

     Terbayang dimata Kang Parno, tujuh belas tahun yang lalu, ketika memulai hidup baru dengan dik Ratri. Tetangganya sendiri. Perempuan lulusan S1 di universitas swasta di kota. Paras manisnya telah membuat Kang Parno kepencut. Gadis pujaannya itu bukan hanya manis, tetapi juga ramah dan pintar.

      Rasa cintanya hanya dalam impian. Ratri terlalu tinggi untuk dijangkau. Kang Parno tahu diri. Ijazah SMP menjadi penghalangnya.

      Beruntung Pakde Sardi, ayah Ratri mengetahui perasaannya. Orang tua itu mengamati sikap lugu dan tulus kang Parno. Sampai datanglah rezeki jodoh untuk Kang Parno. Meski harus menerima kenyataan,kalau Ratri terpaksa menikah dengannya.

      Malam itu Ratri akan melangsungkan ijab qobul dengan pangerannya, teman kuliahnya. Agus Purnomo S.E. Tetapi urung. Agus terbukti telah menipu Ratri, dia sudah punya pacar yamg sedang hamil.

     Kehebohan dan kepanikan terjadi di rumah Pakde Sardi. Rumah sudah diihias dan tamu-tamu sudah datang. Kang Parno tampil sebagai penyelamat keluarga yang cukup terpandang itu. Kang Parno betul-betul ingin  memenuhi janjinya. Membuat Ratri bahagia!

     Ratri mulai luluh dan dua buah hati menambah kelengkapan kebahagian keduanya.

***

    "Aku, mau reuni mas, besok pagi," Ratri berbicara pagi itu dengan suaminya. Bahasa pemberitahuan, bukan izin.

    "Lho, besok acara pengajian di sekolah Alif to dik? Aku nunggu orang-orang yang panen di sawah." suara Kang Parno pelan.Wajah Ratri langsung merah. Jawabnya ketus.

    "Ah, sawah lagi, sawah lagi. Kapan mas itu ngurusu aku? Ngerti aku? Jujur aku malu kalau ditanya teman-teman di kantor. Belum lagi penampilan mas yang itu-itu saja."

     Bijaksana Kang Parno menyikapi istrinya. Selisih sepuluh tahun dengan usianya terkadang membuat Ratri bertingkah kekanakan.

    "Biarkan saja orang bicara. Mas suka kesederhanaan. Yang penting kamu Dik. Kamu bahagia sama aku," ucapnya lembut berusaha menenangkan Ratri. Di pegangnya tangan Ratri. Tetapi Ratri menepisnya kasar.

    "Nggak usah pegang-pegang..." dan terdengar isakan ,"A aku sebenarnya cuma kasihan sama mas selama ini, aku nggak cinta! Nggak cinta."

     Ratri berdiri dan pergi dari rumah. Maticnya menderu entah kemana. Kang Parno terpaku. Suara Ratri pelan, tapi dihati Kang Parno melebihi guntur di siang hari. Tega kamu dik, hanya itu yang keluar dari mulutnya. Kang Parno menjadi beku. Tanpa disadari perlahan jiwanya ikut beku.

     Ratri kembali pada cinta pertamanya. Agus yang sudah cerai dengan istrinya. Hancur dan luluh semua keindahan dalam hidup Kang Parno. Ratri tidak membutuhkannya. Ketulusannya bukan apa-apa bagi Ratri. Buah cintanya terluka.

     Malam itu Kang Parno bertarung dengan hatinya. Janjiku tidak bisa kupenuhi, dik Ratri tidak bahagia. Aku tidak sanggup melihatnya bersama Agus. Aku tidak bisa hidup tanpamu Ratri.

      Tubuhnya menggigil. Nafasnya memburu. Keringat mengucur, bayangan Ratri mencemooh dan mencibirnya terus menguasai jiwa Kang Parno. Dunia menjadi tertawa, menertawai kebodohannya. Aku tidak berguna!!!

     Dengan air mata berlinang diminumnya kopi rasa sianida. Aku mencintai dik Ratri...maafkan tidak bisa membahagiakanmu., desisnya menahan sakit yang teramat dan panas disekujur tubuhnya.

    Si Alif memandang bapaknya yang kejang menangis meraung-raung. Maafkan Bapak Alif, Arifa....dan ruhnya melayang kesakitan menuju ruang gelap gulita.

***

Juli 2018.

Kumpulan FIKMIN, CERPEN Dinamika Kehidupan Tentang Cinta, Bahagia, Rindu. Marah.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang