Chapter Zero

82 4 0
                                    

"The worst thing is falling for someone and knowing that they won't be there to catch you."

Rashida Rowe

-0-

Bagi sebagian remaja SMA, duduk di bangku kuliah adalah sebuah impian yang ingin segera diwujudkan. Mulai dari hanya ingin sekadar merasakan belajar tanpa mengenakan seragam SMA dan menggantinya dengan pakaian kekinian supaya bisa menarik perhatian pujaan hati sampai ingin merasakan lingkungan baru dan belajar tanpa jadwal seketat ketika duduk di SMA dulu. Ya, di bangku kuliah kita bisa mengenakan pakaian yang relatif bebas asalkan masih sopan. Di bangku kuliah juga kita bisa mengatur jadwal mata kuliah yang kita ambil secara relatif lebih fleksibel sehingga kita bisa memanfaatkan jam kosong atau malah mencuri-curi agar kita bisa mendapat hari kosong tanpa ada mata kuliah satupun! Tetapi yang tidak mereka tahu, beban tugas di bangku kuliah malah jauh lebih berat. Memang benar apa kata pepatah. Rumput tetangga lebih hijau.

Kampus adalah salah satu tempat favoritku selain di rumah. Aku sudah menandai kampus sebagai salah satu zona nyamanku. Di kampus, setiap orang pasti memiliki tujuan. Ada yang memang ingin menghadiri kelas. Ada yang ingin mengajar. Ada yang ingin rapat organisasi. Ada yang ingin berlatih di UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa). Ada yang ingin melaksanakan praktikum di laboratorium. Ada yang ingin belajar di perpustakaan. Ada yang ingin menikmati makan siang di kantin. Ada yang ingin mengobrol di beberapa titik nongkrong di kampus. Ada yang ingin menumpang tidur di sekretariat himpunan. Ada juga yang ingin sekadar melamun sepertiku. Bagiku melamun dan let my mind wanders without any specific destination di kampus merupakan suatu terapi memperbaiki mood. Alasannya sederhana saja, melamun di tempat yang identik dengan suasana akademis dan produktif seperti ini membuatku merasa melakukan sesuatu yang sifatnya produktif dan akademis walaupun yang sebenarnya kulakukan hanyalah sekadar melamun. So silly memang.

I don't know why exactly I love to let my mind wander to places that I don't expect it to wander to. Sometimes, I let my mind to question me like what do I want in life, how I see my life in five years, etc. Truth is I am just 21 years old, well not exactly 21 but next month I will be officially 21. Tetapi pikiranku sudah seperti berusia 30-an saja. Mungkin itu sebabnya salah satu sahabatku pernah berseloroh bahwa aku ini sudah tua sebelum waktunya. "Pikiran lo itu udah kayak emak-emak Ki," begitu katanya waktu itu.

Ada perasaan nyaman tersendiri ketika aku larut dalam pikiranku yang mengalir begitu saja tanpa perlu kuatur. Lain halnya jika aku harus melakukan sesuatu yang teratur secara berulang-ulang seperti belajar, membantu ayahku di toko, running errands, atau things that i frequently do every day lainnya. Doing nothing but daydreaming adalah satu-satunya escape plan dari aktivitas rutin monoton yang kupunya saat ini. Secara alamiah otakku langsung memancarkan sinyal meminta escape plan ini setiap kali aku sudah mencapai titik jenuh mengerjakan pekerjaan rutinku yang memang monoton tersebut. There's just something liberating yet soothing about it.

Saat itu aku bertemu dia.

Aku sedang terbaring di atas padang rerumputan di Arboretum Kampus di pinggir danau.

"Sejuk ya disini." Saat itu dia berkata demikian sambil mendudukkan dirinya di sebelahku. "Lo yang tadi ikut Pra PMB fakultas 'kan, kenalin gue Dika," senyumnya sambil mengulurkan tangan kanannya.

Aku membalas senyumannya sambil berusaha untuk duduk dan membalas uluran tangannya. "Kiki Azka, panggil aja Kiki."

"Ngomong-ngomong lo kenapa pilih masuk FIB?" tanyanya dengan nada penasaran. Aku baru sadar suaranya terdengar berat. Manly sekali kontras dengan suaraku.

Reach For The StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang