"So it's true, when all is said and done, grief is the price we pay for love."
E.A. Bucchianeri
-0-
Aku pernah membaca di suatu buku bahwa otak kita memiliki mekanisme tersendiri untuk mengelola ruang penyimpanannya. Semakin sering otak kita dirangsang dengan suatu informasi maka otak kita akan merekam informasi tersebut dan menyimpannya untuk jangka waktu yang lama. Jika setelah beberapa lama otak kita tidak mengalami rangsangan lagi tentang informasi tersebut maka otak akan menggunakan mekanisme alaminya untuk menghilangkan bagian informasi tersebut dari ruang penyimpanannya. Ini yang disebut mekanisme "gunakan atau hilangkan saja".
Aku juga pernah membaca di suatu artikel yang aku temukan di internet tentang lacunar amnesia. Lacunar amnesia artinya adalah kehilangan ingatan mengenai suatu peristiwa tertentu, umumnya peristiwa traumatik yang menimpa seseorang. Bahasa mudahnya sih, amnesia sebagian. Aku mencari tahu tentang istilah ini setelah menonton film yang dibintangi oleh Kate Winslet berjudul Eternal Sunshine of the Spotless Mind. Dua tokoh utama dalam film ini, Joel dan Clementine mencoba prosedur ekstrem untuk melupakan ingatan mereka tentang hubungan yang pernah mereka jalani. Ya, mereka mencoba untuk mengalami lacunar amnesia supaya mereka bisa melupakan bahwa mereka pernah menjalin sebuah hubungan yang sangat dekat.
Seandainya saja aku juga bisa menjalani prosedur tersebut, aku harap aku bisa melupakan kejadian satu setengah tahun lalu. Satu setengah tahun yang lalu aku bertemu dengan dia, Mahardika Wibowo. Aku lelah harus selalu berpura-berpura tidak memiliki perasaan apapun padanya setiap kali kami berjumpa. Kalaupun aku tidak berhasil mengalami lacunar amnesia, at least I wish i can change my memory about him. Aku ingin mengubah ingatanku tentangnya yang semula berupa memori emosional menjadi hanya sekadar informasi umum supaya nantinya ketika otakku menerima informasi tentang namanya, ia akan otomatis mengartikan Mahardika Wibowo sebagai Mahardika Wibowo, sama seperti ketika otakku menerima informasi tentang Joko Widodo atau Larry Page, bukan Mahardika Wibowo yang merupakan seorang lelaki yang saat ini kucintai.
But look at me now! Berharap bisa melupakan sosok yang kucintai sambil menatap fotonya di layar ponselku. Tolong itu otak dipake dong Ki!
Minggu lalu di kelas Pendidikan Agama, Romo Mikael menjelaskan bahwa kita sebagai manusia memiliki kendali penuh atas tubuh kita sendiri maka dari itu kita diharuskan untuk selalu melakukan sesuatu demi Tuhan Sang Maha Pencipta. Namun kenyataannya, saat ini aku mencoba untuk mengambil kendali penuh atas memori dan perasaanku untuk dapat mengubah perasaan dan pandanganku pada Mahardika Wibowo tidak berhasil. Malah aku yang diperbudak oleh memori dan perasaanku. Dasar budak cinta kamu Ki!.
Di suatu buku, aku membaca bahwa emosi positif dapat meningkatkan kekuatan otak, keberhasilan, dan kehormatan diri. Hal ini pun diamini oleh motivator kondang yang sering kita lihat di televisi. Aku yakin bahwa perasaan cinta merupakan suatu emosi positif. Tetapi yang aku tidak habis pikir adalah kenyataan bahwa perasaan cinta yang kurasakan saat ini justeru malah membuat kekuatan otakku menurun, keberhasilanku yang berada pada angka nol dan kehormatin diriku yang nyaris tidak ada. Apa mungkin buku dan motivator tersebut hanya memberikan harapan kosong ya?.
Pada suatu kesempatan, salah seorang sahabatku, Irene, mengatakan padaku untuk mengungkapkan perasaanku yang sesungguhnya pada Dika agar aku tidak tersiksa karena selalu memendam perasaanku ini sendirian. Setelah kupikirkan masak-masak, ada benarnya juga apa yang Irene katakan padaku. I have to stop lying to myself and to him. I have to stop living in secrecy because secrecy just leads you into another problem.
Satu semester berlalu sejak aku mengenalnya. Kuputuskan saat itu aku akan jujur pada dirinya tentang siapa aku sebenarnya dan bagaimana perasaanku terhadapnya. Waktu itu secara kebetulan ia memintaku untuk menginap di kamar kost-nya. "Eh Ki, entar malem lo nginep di kosan gue ya! Gue mau curhat nih!" pintanya kala itu ketika kami tidak sengaja bertemu di tangga Gedung C. semenjak ia berkuliah di Bandung ini memang kami sudah cukup dekat. Aku salut padanya karena mau berteman denganku yang sering disebut banci atau bencong oleh teman-temannya karena aku yang cukup effeminate ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reach For The Stars
RomanceLife is not as dramatic as a movie and yet it is never as easy as a movie. Di film Sci-Fi kita bisa melihat berbagai kemudahan seperti menghapus ingatan seseorang. However, in real life such convenience is as impossible as you're trying to reach for...