Berakhir?

540 98 6
                                    

.
.
.
.
.

Untuk kesekian kalinya, Yoongi harus terhempas diatas tanah dengan cara yang mengenaskan. Tubuhnya nyaris penuh lebam disana sini. Ia terbatuk hingga memuntahkan darah, nafasnya yang pendek-pendek, terdengar begitu kasar dan memilukan. Susah payah mencoba untuk berdiri, ia kembali meringis kesakitan.

Male sungguh berniat ingin membunuh Yoongi dengan cara menyiksanya terlebih dulu.

Ditambah lagi, dengan adanya belasan penyihir berjubah hitam yang mengepung Yoongi sejak tadi, telak menjadikannya kesulitan untuk balas melawan. Mulut mereka tak henti berkomat-kamit—merapal mantra, yang terdengar berdengung seperti suara lebah berisik.

Kilatan listrik yang menjalari tubuh Yoongi, berhasil mengunci dan membuatnya tak bisa bergerak. Hingga perlahan-lahan asap putih menguap dari tubuhnya yang sontak melayang kearah Male dan kemudian menghilang.

Yoongi sudah merasa lemas tak berdaya. Jangankan untuk melawan, untuk bergerak pun tubuhnya terasa  begitu kaku dan berat. Mereka berhasil menyerap sebagian kekuatan Yoongi dengan segel pengendali yang mereka gunakan.

Male masih mengawasi dalam diam, ia tidak menyangka jika hal ini akan berlangsung cukup lama. Pertahanan yang Yoongi miliki, membuatnya tak habis pikir. Bagaimana bisa keturunan campuran memiliki kekuatan sebesar itu? Sementara untuk level penyihir dewasa saja belim tentu memilikinya.

Male memincing sangsi saat merasakan suasana yang terasa semakin aneh. Ia memutar otak untuk kemungkinan terburuk yang akan terjadi.

Benar, atas firasat apa yang terbersit. Tak selang berapa lama, teriakan kesakitan mengiringi suara ledakan yang membuat beberapa penyihir terpental dari barisan. Menjadikan sisanya goyah ketika Yoongi sudah mampu kembali berdiri tegak.

Melihat kepanikan terjadi, Male menggeram penuh kewaspadaan. Ia harus segera bertindak jika tak ingin rencananya gagal. Tepat saat itu juga, Male mengucap sejurus mantra sebelum kilatan cahaya sukses meluncur kearah Yoongi.

Pekikan tertahan keluar dari bibir tipisnya, Yoongi sontak memegangi kepalanya yang terasa dihantam oleh batu. Seketika itu, tubuhnya limbung dan memaksanya kembali terjatuh.

Male melesat cepat dihadapan Yoongi. Berdiri pongah dengan seringaian mengancam dan tatapan dingin yang mematikan.

Nafas Yoongi yang nyaris kosong, harus rela dirampas oleh Male yang tiba-tiba mencengkeram lehernya begitu kuat. Menarik paksa tubuh ringkih itu hingga terangkat dari tanah. Yoongi berusaha meronta dengan sisa tenaga yang hampir habis. Namun, semuanya sia-sia. Hanya rintihan yang keluar dari mulutnya.

"Kau begitu naif, berpikir ingin mengalahkanku sendiri, bocah kecil", desis Male terdengar tak bersahabat. "Sebaiknya kau menyerah jika tak ingin menyaksikan mereka mati satu persatu didepan matamu", Male berkilat muak.

Meski setengah sadar, Yoongi tahu apa maksud dari ucapan Male barusan.

Haruskah kehancuran Eclipse Moon akan terulang kembali?

Tidak cukupkah pengorbanan mereka semua?

Yoongi mulai merasakan tarikan nafasnya yang terasa sesak. Dan kini, dadanya pun ikut terasa panas saat dipaksa mengais udara yang ada. Maniknya yang terpejam rapat, membuatnya nampak begitu memprihatinkan.

Yoongi kembali dirundung penyesalan yang teramat dalam tatkala terlintas beberapa potongan memori silih berganti. Mulai dari kematian orang tuanya, kematian Chanyeol dan Baekhyun, kenangan bersama kawanan pack-nya—lalu Taehyung, kemudian kematian Raja Park... Seketika itu juga Yoongi terhenyak membisu.

Haruskah ada kematian lagi untuk mengakhiri peperangan ini?

Yoongi masih mencoba menghirup nafas meski tersendat-sendat.

Eclipse Moon | Taegi•Minyoon•KookgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang