Mina, Taeyong dan Ten pun pergi kerumah Luhan. Hujan yang deras tak menyusutkan semangat mereka untuk memecahkan teka-teki misteri hilangnya Ibu Mina. Tiffany. Mina menggoyangkan pagar besi Luhan resah karena tak kunjung dibuka oleh pemiliknya.
"Aneh, mobilnya ada disini" resah Mina menatap mobil Jeff berwarna hitam milik Luhan yang terparkir didepan mereka.
"Ayo, lewat sini!" lanjut Mina mengajak Taeyong dan Ten untuk lewat pintu samping.
"Kau tunggu disini!" perintah Taeyong.
"Hey, apa kau bos disini?" Gerutu Ten.
"Tak apa, kau jaga disini jika ada orang nantinya beritahu kami" sahut Mina. Ten pun pasrah dan hanya menunggu diluar seperti yang dikatakan oleh Mina.
Mina dan Taeyong pun masuk kedalam dan melalui beberapa barang ditempat tersebut.
"Aku tidak pernah lagi kesini" seru Mina. Namun, ia berhenti ketika melihat sebuah ruangan kecil yang berwarna putih dengan dindingnya yang dipenuhi dengan cakaran.
"Apa ini?" Gumam Mina bingung.
"Hey, ayo katakan dimana cangkir fana itu?" Teriak seseorang yang membuat Mina dan Taeyong mengalihkan atensinya dan mulai mendekat untuk melihat apa yang terjadi.
"Katakan!!!" Teriak pria bertubuh kecil sambil memukul wajah Luhan yang saat ini tengah duduk dengan kedua tangan dan kakinya yang dirantai dengan kuat.
"Ayo, katakan! Dimana cangkir itu!?" kesal pria tersebut.
"Aku ingin melihat kau berubah!" Tambah pria itu dengan memukul wajah Luhan dengan lebih keras.
"Ayo, berubahlah. Ayo!" Teriak pria itu melihat kuku-kuku jari Luhan yang mulai memanjang.
Mina dan Taeyong bersembunyi dibalik rak buku yang cukup besar. Taeyong pun mengeluarkan tongkat pembuat simbolnya dan mulai mengarahkan kearah rak buku dan terlihatlah cahaya berwarna biru yang memperlihatkan Luhan dengan kedua pria asing yang dipenuhi dengan simbol diwajah dan kedua lengan mereka.
"Ayo, pria serigala. Katakan!" Teriak pria itu kembali.
"Kita harus menolongnya" seru Mina pelan.
"Kita tidak bisa, mereka adalah anak buah Siwon" sahut Taeyong pelan. Mina menahan tangan Taeyong agar tetap memperlihatkan Luhan dengan pria itu.
"Please tolong dia" mohon Mina tanpa menatap Taeyong.
Taeyong pun memberikan tongkat pembuat simbolnya ketangan kanan Mina. Ia pun mulai menarik sebuah penjepit berukuran besar dengan pelan-pelan agar tak ketahuan.
"Ayo, katakan! Jika kau mengatakan kau bisa kembali dengan Tiffany" seru pria kembali. Luhan mendekatkan wajahnya kepada pria itu dengan raut wajah kesalnya.
"Aku tidak ingin ia kembali, aku tidak peduli. Aku sudah bertahun-tahun harus menjaga dirinya dan juga anak sialannya itu. Aku tidak peduli" jawab Luhan santai dan tak peduli.
Mina terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Luhan, kedua matanya berembun ingin menangis karena merasa sakit hati dengan perkataan Luhan. Mina pun menjauhkan alat Taeyong dan mulai berdiri, namun fatal ia bergerak tanpa lihat-lihat dan membuat sebuah vas jatuh dan pecah.
BRAK!
Luhan dan kedua pria asing itu menatap kearah Mina. Tatapan Luhan tersirat bersalah karena Mina pasti mendengar perkataannya.
"Tangkap dia!" ucap pria betubuh kecil kepada pria satunya yang memiliki tubuh lebih tinggi.
"YAAAA!!" teriak Taeyong memukul pria tersebut dengan sekuat tenaganya.
Tak ambil pusing Taeyong menjepit tangan kanan pria yang lebih tinggi. Taeyong pun beralih mendorong rak buku itu hingga mengenai pria yang lebih kecil. Taeyong langsung berlari mengikuti Mina yang sudah lebih dahulu lari. Pria bertubuh tinggi menatap kearah Luhan untuk membantunya melepas jepitan yang mengenai tangan kanannya, namun Luhan hanya bisa mengisyaratkan kedua tangannya yang dirantai dengan kuat.
---
Ten pun menunggu Mina dan Taeyong kembali, namun seketika ada mobil polisi yang bertepatan datang dan berhenti didepan dirinya.
"Ah.. tolong pak polisi. Saya ingin melaporkan orang hilang dan pembobolan" ucap Ten, namun tak diubris oleh pak polisi tersebut.
---
Pria bertubuh kecil itu menyusul Taeyong dan Mina. Namun, ia tak menyangka dengan keberadaan Taeyong yang langsung menendang pria tersebut hingga termasuk kedalam ruangan putih yang penuh dengan cakaran itu. Tanpa tanggung-tanggung Taeyong langsung mengunci pria tersebut dan menekan sebuah tombol yang entah untuk apa kegunaannya.
---
Mina pun berhasil keluar dan menemukan Ten dan seorang polisi. Mina merasa lega, namun kelegaannya itu seketika sirna ketika melihat polisi itu menatapnya dengan kedua matanya yang tiba-tiba berputar keatas hingga kedua matanya hanya berwarna putih.
"Ten, ayo lari!!" teriak Mina menarik Ten, namun tangan satunya ditahan oleh polisi tersebut.
BRUK!
SRING!
Taeyong datang dan langsung menyerang polisi yang menahan Mina dengan pedangnya, tak tanggung-tanggung ia langsung melesat kemobil polisi dimana ada satu polisi yang siap untuk melayangkan peluru kearah Taeyong, namun polisi tersebut kalah cepat dengan Taeyong yang langsung menikam punggung polisi tersebut.
"KAU MEMBUNUH DUA POLISI!??" teriak Ten panik.
"Mereka bukan polisi" seru Taeyong mendekat kepada Mina dan Ten.
Mina, Ten dan Taeyong pun berlari pergi menjauh dari sana. Tetapi, disebuah tempat sepi Mina terjatuh teduduk disebuah dinding. Ia tak peduli dengan dirinya yang tertinggal oleh Taeyong dan Ten. Mina juga tak mempersalahkan hujan yang mengguyur dirinya saat ini yang Mina ingin lakukan saat ini ialah menangis dengan keras dan sekencang-kencangnya.
"Hikss.. hikss.." tangis Mina. Taeyong mendekat kepada Mina.
"Mina, kau harus kuat" seru Taeyong.
"Ah.. hiks.. a-aku hanya tidak percaya Luhan berkata seperti itu hiks... Ialah yang selalu mengantarku pergi sekolah, membacakan aku buku cerita sebelum aku tidur dan ia juga yang selalu melindungi aku dan Ibu hiks.." tangis Mina pecah. Taeyong memegang kedua pundak Mina.
"Itu mungkin ingatan yang tidak nyata" ucap Taeyong menatap Mina yang berpandangan kosong.
"Kau tidak bisa percaya dengan siapapun" tambah Taeyong kepada Mina.
"A-AKU HARUS MENEMUKAN IBUKU" teriak Mina kepada Taeyong. Taeyong langsung saja menenangkan Mina yang memberontak kepadanya.
"Kita akan menemukannya. Aku shadowhunter aku janji akan membantumu. Aku rela mati demi melindungimu Mina. Tenang saja" ucap Taeyong kepada Mina dalam.
"Aku kira kalian tidak ada dibelakangku" celetuk Ten tiba-tiba. Mina langsung menjauh dari Taeyong dan mendekat kepada Ten.
"Kau membunuh polisi!?" seru Ten panik kembali.
"Mereka bukan polisi!" sahut Taeyong dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE MORTAL INSTRUMENT : CITY OF BONES
FantasíaDisaat Mina genap berumur 18 tahun tanpa disangka hal-hal aneh mulai terjadi. Dimulai dari dirinya yang mulai mengingat masa lalu yang seharusnya ia lupakan dan simbol kuno yang dikenal dengan rune symbol yang tiba-tiba selalu ia lihat dan tak senga...