Shadowhunters

74 3 0
                                    

Mina memperhatikan setiap foto Ibunya bersama seorang pria dan juga Luhan disebuah buku yang ia pandangi saat ini.

"Dia salah satu yang terbaik. Ibumu" ucap seseorang yang membuat Mina mengalihkan atensinya dari buku.

"Tapi, aku tak mengerti--"

"Kemarin kau hanyalah gadis biasa. Dan hari ini kau merasa duniamu dijungkir balikkan" ucap pria itu memotong ucapan Mina. Pria bertubuh tinggi dengan dibaluti jas formal yang melekat ditubuh atletisnya mulai menuruni anak tangga dan mendekat kepada Mina.

"Hanya ada satu hal yang perlu kau tahu. Cerita yang diceritakan padamu saat kau masih kecil tentang monster, mimpi buruk, kisah legenda yang diceritakan saat api unggun, itu semua benar" tambah pria itu setelah berdiri berhadapan dengan Mina.

---

"Iblis?" Tanya Ten ketika melihat makhluk-makhluk mengerikan dihadapannya.

"Ya" jawab wanita cantik yang bersama Ten. Ten pun melihat sebuah patung serigala.

"Iblis?" Tanya Ten lagi.

"Bukan, itu manusia serigala. Kami berdamai dengan 'dunia bawah'" jawab wanita itu lagi.

"Dunia bawah? Mereka yang tinggal dibawah jalan 14?" Celetuk Ten menatap wanita tersebut.

"Dunia bawah adalah kumpulan para vampir, manusia serigala dan penyihir"

"Penyihir? Keren. Bagaimana kalian membunuh zombi?" Tanya Ten lagi saat beralih melihat patung makhluk yang tak kalah menyeramkan juga.

"Kami tidak membunuhnya" jawab wanita itu kembali dengan ekspresi bingung, namun Ten tidak menyadarinya.

"Oh, tentu saja mereka sudah mati" seru Ten kembali.

"Mereka tidak ada" celetuk wanita itu membenarkan.

"Oh.." ucap Ten singkat. Lalu, ia beralih melihat replika cangkir fana yang sangat tersohor itu didalam sebuah lemari kaca.

"Ini cangkir fana itu?" Tanya Ten lagi sambil memperhatikan cangkir itu dari luar lemari.

"Benar, tapi itu hanya tiruan saja" ujar wanita itu tersenyum. Ten menatap wanita itu kembali.

"Kenapa aku melihat seperti ada amarah tersembunyi didalam diri Taeyong?" Celetuk Ten penasaran.

"Tentu saja, seperti bagaimana jika kau melihat orang tuamu dibunuh didepan mata kepalamu sendiri. Dia telah banyak berkorban dan menolong kami dalam semua masalah. Jika tidak ada dia, mungkin kami sudah mati" seru wanita itu sedikit sendu. Ten menatap iba kepada wanita dihadapannya saat ini.

---

"Menurut legenda, para tentara salib memanggil seorang malaikat. Malaikat raziel" ucap Changmin menatap patung malaikat raziel yang memegang cangkir kefanaan tersebut.

"Raziel menuangkan darahnya dicangkir tersebut, sehingga yang meminumnya menjadi setengah manusia dan setengah malaikat"

"Shadowhunters" seru Mina menatap patung malaikat raziel didepannya. Changmin menatap kearah Mina.

"Darah mereka diwarisi oleh anak cucu mereka. Makhluk yang luar biasa kuat. Cukup kuat untuk mengembalikan keseimbangan melindungi dunia dalam perang melawan kejahatan" seru Changmin.

"Perang yang takkan pernah dimenangkan dan akan selalu berkecamuk" tambah Changmin menatap patung malaikat raziel dan mulai berjalan mengelilingi patung tersebut. Mina hanya terfokus kepada patung malaikat raziel yang ada didepannya saat ini.

"Tidak mudah untuk membunuh iblis, sedangkan kita? Hanya makhluk fana" ucap Changmin menatap Mina, lalu bersandar dimeja yang berdekatan dengan patung malaikat raziel.

"Mengapa mereka tidak menggunakan cangkir itu untuk menambah shadowhunter?" Celetuk Mina penasaran dengan Changmin. Changmin menatap terkejut kepada Mina.

"Persis dengan apa yang dikatakan oleh Siwon. Sang penjaga, yang menjaga cangkir itu. Mereka takut menggunakan kekuatan cangkir itu. Mereka tahu tidak akan ada yang selamat setelah meminum cangkir itu" ucap Changmin kepada Mina.

"Choi Siwon, mengumpulkan semua teman-temannya. Para shadowhunter muda yang idealis. Mereka membantunya mencuri cangkir kefanaan dari sang penjaga. Tapi dia tidak ingin melindungi manusia, dipercaya harus ada evolusi untuk para shadowhunter. Sesuatu yang jauh lebih kuat. Dia pun mulai bereksperimen dengan cangkir itu, dia juga mempelajari cara memanggil iblis. Dia bahkan menyuntikkan darah iblis kedalam tubuhnya agar ia dapat mengendalikannya. Dia ingin berkuasa. Untuk mencegah itu Ibumu mencuri cangkir itu dan menghilang tanpa jejak" tambah Changmin.

"Tapi, jika hanya dia yang tahu dimana cangkir itu--"

"Mungkin tidak. Mungkin ia mengatakannya kepada orang lain. Seseorang yang tanpa sadar bahwa ia tahu" potong Changmin mendekat kepada Mina.

CEKLEK

Mina dan Changmin mengarahkan atensinya kepada pintu yang dibuka dan nampaklah Taeyong sang shadowhunter.

"Silent brothers telah menunggunya" ucap Taeyong.

---

Taeyong dan Mina berjalan ditengah kuburan untuk menunggu sang Silent brothers.

"Kenapa Changmin tidak ikut kita?" Tanya Mina kepada Taeyong.

"Sudah bertahun-tahun ia tidak pernah keluar dari Institut. Kata orang dia dikutuk" jawab Taeyong santai.

"Dia agorafobia (takut ruangan terbuka)" sahut Mina.

Mina dan Taeyong pun sampai disebuah bangunan tua dengan pagar yang menghalangi sebuah jalan dibangunan tua tersebut. Mina dan Taeyong membalikkan tubuh mereka dan melihat sekeliling batu nisan didepan mereka.

"Apakah itu dia?" Celetuk Mina.

"Bukan itu penjaga makam" jawab Taeyong santai.

"Itu dia!" Lanjut Taeyong.

Mina mengikuti arah pandangan Taeyong kepada orang yang sedang berjalan kemari dengan postur tubuh yang sangat tinggi dengan dilengkapi pakaian jubah abu-abu dan tudung yang menutupi bagian kepalanya.

Mina semakin terkejut dengan orang yang disebut sebagai Silent brothers yang sudah berada didekat dirinya dan Taeyong. Bagaimana tidak? Orang itu sangat tinggi perkiraan tingginya melebih 2 meter. Mina terfokus dengan kedua mata maupun mulut sang Silent brothers yang dipenuhi dengan jahitan benang hitam. Orang itu mendekat kepada Mina, refleks Mina memundurkan sedikit badannya karena takut.

"Apa kau yakin ingin melakukannya?" ucap orang itu tanpa menggerakkan mulutnya.

Mina menatap Taeyong sekilas dengan ekspresi takut dan bingung, lalu menganggukkan kepalanya dengan ragu.

"Kami akan membantumu untuk mengingat" lanjutnya lagi.

Orang itu pun berjalan dan membuka pagar dibangunan tua itu. Taeyong mengikuti langkah orang itu, namun ia menolehkan kepalanya dan menatap Mina yang masih terdiam ditempatnya.
Mengerti dengan tatapan Taeyong, wanita itu mulai mengikuti langkah Taeyong dan orang itu memasuki bangunan tua tersebut dengan rasa gugup, takut dan ragu.

THE MORTAL INSTRUMENT : CITY OF BONESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang