Rupanya kesialan masih menghampiriku kali ini, setelah insiden macet parah yang mana masih bisa diatasi dengan baik berkat abang ojek. Tapi tidak dengan yang satu ini, bagaimana aku menghadapi manusia yang sekarang ada di hadapanku?
"Kok diem aja sih, lo ga kenapa-napa kan? Jangan-jangan lo kesambet ya, tadi senyum-senyum sendiri dan sekarang giliran gue tanya ga ngejawab." Ucapnya ngasal sambil pura-pura mengamati wajahku dengan serius. Iya kan, setiap kata-katanya hanya akan memancing emosiku saja.
"Lo gila ya?" sungutku. Sepertinya aku harus menstock kesabaran ekstra untuk menghadapi manusia satu ini. Bahkan hanya berhadapan dengannya saja bisa membuatku mengumpat lebih sering. Astagfirullah.. ucapku buru-buru sambil menggelengkan kepala.
"Nah gini dong, gue kan jadi ga mikir macem-macem."
Aku hanya memutar bola mata dengan malas, menanggapinya hanya membuang waktuku saja.
Ting, terdengar bunyi lift menandakan sudah sampai di lantai satu. Segera ku langkahkan kaki keluar tanpa menghiraukan Randeas bahkan aku tidak bersusah payah untuk berpamitan dengannya. Hello..emang dia siapa???
Aku berjalan ke parkiran berharap si over pede itu ga mengikuti lagi. Ku cari kunci mobilku dari dalam tas. Loh..kok ga ada? Ku aduk-aduk isi tasku sekali lagi, namun nihil. Aku baru ingat kalau aku hari ini tidak naik mobil kesini. Sial..aku sampai lupa.
Segera ku buka aplikasi ojek online di hape, terpaksa aku harus memesannya lagi. Bakalan butuh waktu lama kalau minta tolong Clara atau Merinda untuk menjemputku kesini. Tidak ada pilihan lain.
"Mau gue antar ga?" tanyanya.
Tidak perlu menengok untuk tahu siapa dia, siapa lagi yang mau bersusah payah mengikuti ke parkiran jika bukan Randeas. Sebenarnya dia kerja atau hanya jalan-jalan aja sih. Perusahaan ini benar-benar rugi besar jika karyawannya semua seperti ini.
"Ga usah, makasih banyak. Gue bisa pesen lewat aplikasi ini." ucapku sambil mengacungkan hapeku di depan mukanya.
"Ah lama, lebih cepat lo gue anter sekalian gue juga mau arah ke kantor lo. Gimana?" tanyanya sekali lagi.
Sebenarnya aku akan dengan senang hati menerima tawaran itu jika saja itu bukan dari Randeas, entah mengapa keberadaannya selalu membuat emosiku naik dengan cepat. Dan hal itu tentu saja tidak baik untuk kesehatanku. Aku harus waspada.
Emang dia virus sampe lo harus waspadain Sa? Iya, dia virus yang harus dihindari. Virus yang bisanya cuma bikin wanita patah hati.
"Ga lama, tuh drivernya udah sampe di depan lobby. Gue duluan.." ucapku sambil berlalu. Ku putuskan untuk berpamitan dengannya, tidak sopan meninggalkannya begitu saja setelah dia menawariku untuk memberi tumpangan meski ku tolak. Setidaknya aku masih menghargainya.
"Oke, hati-hati di jalan. Kita pasti bakalan sering ketemu nanti." Ucapnya sambil mengedipkan mata. Dasar aki-aki genit. Aku hanya mengedikkan bahu kemudian benar-benar pergi dari sana.
Hello..bakalan sering ketemu? Ga salah? Emang siapa yang bakalan mau sering bertemu dengannya? Ku rasa kepercayaan dirinya sudah berada dalam level yang mengkhawatirkan.
🍂🍂🍂
Suasana restoran jepang langgananku kali ini masih lengang, sepertinya aku terlalu cepat sampai kesini. Ku lihat jam baru menunjukkan pukul setengah tujuh. Oke dugaanku tidak salah lagi, aku terlalu cepat setengah jam.
Ku ambil hape dari dalam tas mencoba menghubungi Merinda, mudah-mudahan dia bisa datang tepat waktu.
"Hallo.." ucapnya setelah panggilanku diangkat.
"Hallo..lo udah on the way kan Mer? Gue bakalan mati karena bosan nih kalo lo masih ngaret lagi. Gue udah nyampe disini dari sepuluh menit yang lalu." Ucapku.
"Yah..lo yang kecepetan kenapa jadi gue yang disalahin nek? Makanya jangan kelamaan jomblo dong biar punya kesibukan baru. Jadi lo ga harus bingung mau ngapain." Ledeknya seperti biasa.
"Udah ah, jangan rese lo cepetan dateng kesini kalo mau gue traktir." Ucapku ga mau kalah.
"Yah..lo mah gitu. Bisa banget, gue masih on the way, tadi yayang gue telat ngejemput."
"Ga mau tau, bodo amat. Pokonya lo harus sampe disini tepat jam...
Tut tut tut. Sial..
Telepon di matiin sepihak oleh Merinda. Kurang ajar banget kan, orang ngomong belum selesai sudah dipotong.Kisah Merinda dan Miko itu lucu dan menggemaskan menurutku. Kenapa lucu, karena dulu pas SMA Merindalah yang lebih dulu menembak Miko. Bisa sampai ubanan kalo menunggu seorang Miko Harleyno yang nembak duluan, padahal mereka sudah saling suka dari kelas sepuluh. Bisa dibayangkan kan betapa luar biasanya seorang Merinda?
Miko adalah pria yang kalem dan pemalu, untuk itulah kenapa mereka berdua terjebak fiendzone dalam waktu yang lama. Kelebihan Miko adalah dia pria yang sangat penyayang dan lebih banyak mengalah, dia setype denganku yang tidak menyukai keributan. Jika semua hal bisa diselesaikan dengan mudah kenapa harus ribet. Berbeda dengan Merinda, dia adalah pacar type penjajah sejati. Apapun kemauan dia harus dituruti, jika tidak dia akan mengusahakan berbagai cara dari merayu sampai merajuk agar kemauannya tersebut dipenuhi. Dan jika sudah begitu Miko tidak bisa berbuat apapun selain mengalah dan mengiyakan setiap permintaan sang kekasih. Dan buktinya hubungan mereka baik-baik saja sampai sekarang, mereka mungkin sudah pacaran lebih dari tujuh tahun. Biarpun sering berantem dan ribut tapi ujung-ujungnya pasti akan baikan lagi.
Hal itulah yang terkadang membuatku iri dengan Merinda. Tidak, aku tidak iri dalam artian yang jahat seperti berusaha menghancurkan hubungannya seperti peran-peran antagonis yang ada di film. Aku hanya iri kenapa Merinda beruntung sekali mempunyai Miko yang akan selalu ada di sampingnya dan mensupportnya dalam keadaan apapun. Dia sangat menyayangi Merinda lebih dari apapun, type kekasih yang benar-benar memuja pasangannya dan rela berjuang apapun demi sang kekasih bisa tersenyum setiap harinya. Luar biasa sekali bukan??
Tetapi bukankah jalan takdir setiap orang berbeda-beda. Tidak seperti Merinda yang Tuhan berikan padanya kekasih yang luar biasa. Mungkin memang beginilah jalan takdirku. Mungkin Tuhan sudah mempunyai rencana ke depan yang jauh lebih indah sehingga memberiku ujian seperti ini. Mungkin Tuhan juga ingin mengajarkan sesuatu kepadaku, bahwa di dunia ini tidak ada yang kekal. Segalanya datang silih berganti dan kita harus siap kapanpun dan bagaimanapun.
Tidak apa-apa. Mungkin ini hanya masalah waktu saja...
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Move on Or Stay on??
RomanceClaryssa Adelia yang mengalami trauma mendalam dengan masa lalunya harus dihadapkan dengan kenyataan, bahwa kini dirinya mau tidak mau harus berhadapan dengan seorang lelaki lagi. Selama ini dia selalu menjaga jarak dengan makhluk yang bernama lelak...