Perusahaan rekaman milik Sean Okada semakin berkembang pesat dan memiliki gedung besar yang berada di pusat kota New York. Sean membangun usahanya itu sejak usia yang masih sangat muda. Dua puluh satu tahun. Tepatnya lima tahun yang lalu. Awalnya, ia menjadi pencipta lagu lepas untuk salah satu band indie yang kurang dikenal namanya. Namun, berkat kerja keras dan usahanya ia mampu mendirikan perusahaan rekaman atas namanya sendiri.Kini, ia telah memiliki banyak artis di bawah naungan agensinya dan beberapa diantara mereka namanya sudah diperhitungkan di seluruh Amerika bahkan dunia. Kesuksesan mereka berbanding lurus dengan kesuksesan Sean sebagai pemilik sekaligus produser. Namanya semakin dikenal sebagai produser yang sukses dan berpengaruh bagi musik Amerika. Ia seringkali dipanggil ke berbagai acara pencarian bakat sebagai juri dan acara talkshow untuk berbagi pengalaman kesuksesannya.
Ia merasa bahagia atas pencapaiannya itu. Dengan itulah sebagai pembuktian pada orang-orang yang berbuat kejam padanya di masa lalu bahwa dirinya bisa berhasil dengan kakinya sendiri.
Setidaknya hal itu ia rasakan sampai ia bertemu dengan Gwen, gadis yang sudah mencuri atensinya. Semenjak keluar dari rumah sakit satu bulan lalu kerjaannya di kantor hanya melamun atau marah-marah. Ia terlihat gusar tiap waktu.
Ia belum berhasil menemukan Gwen. Mungkin kebahagiaannya akan kembali jika ia bisa menemukan gadis itu dan menjadikannya penyanyi di perusahaannya, atau mungkin lebih dari itu.
Korban dari kekesalannya itu tentu saja siapa lagi kalau bukan Jason Cook, sahabat sekaligus asistennya. Layaknya asisten harus rela disuruh ini-itu, bahkan rela jadi ‘tempat sampah’ bosnya. Untungnya, Jason sudah mengenal Sean sejak kecil jadi ia sudah tahu bagaimana menangani lelaki itu.
Tapi, hari ini Sean terlihat berbeda. Setidaknya lelaki itu tidak marah-marah saat ia memanggil Jason ke ruangannya.
“Sepertinya mood-mu sudah kembali.” Ujar Jason begitu duduk di sofa panjang dalam ruangan kebesaran milik Sean di lantai teratas gedung perusahaan rekamannya.
“Biasa saja.” Ujar Sean datar di atas kursi kebesarannya.
“Gadis itu lagi?”
Sean mengangguk.
“Sudah satu bulan ini kau masih memikirkannya. Sangat bukan Sean yang kukenal.” Jason memicing, “Jangan bilang diam-diam kau menyukainya.”
Sean tak menjawab dan hanya memandang Jason datar. Seperti menggunakan telepati, Jason langsung menyadari arti tatapan Sean.
“Jadi benar kau menyukainya? Woah...” ujar Jason hiperbolis.
“Memang apa yang salah jika aku menyukainya? Sangat menyeramkan jika aku menyukai pria, kau tahu?”
“Sejujurnya, aku sempat berpikir begitu mengingat kau tidak pernah dekat dengan gadis manapun.”
Jason tergelak ketika Sean menatapnya tajam.
“Diam kau!”
“So, kali ini tugas apa yang kau berikan padaku?” tanya Jason usai tawanya berhenti.
“Carikan apartemen untukku. Yang mewah.”
“Memangnya kenapa dengan apartemenmu sekarang?”
“Terlalu kecil. Aku bosan.” Jawab Sean santai.
Jason mendengus, “Produser yang sombong.”
“Uangku banyak. Aku bebas melakukan apapun. Apartemen itu untukmu saja. Kau bebas membawa wanita manapun kapan pun kau mau.”
“Hei, aku bukan pria seperti itu.”
“Ya, karena itulah kita dikira pasangan homo. Berhentilah menempeliku kemana pun.”
“Aku itu asistenmu. Kau lupa?”
Sean mengibaskan tangan, “Whatever. Cepat carikan apartemen untukku untuk menunjukkan kalau gosip itu tidak benar. Toh, kau mendapat keuntungan apartemen gratis dariku.”
“Baiklah.” Sahut Jason pada akhirnya. Buat apa membantah. Lagipula ia mendapat apartemen gratis.
“Ada satu lagi.” Sean memasang wajah serius, “Bantu aku lagi mencari Gwen.”
“Masih belum menyerah juga, bung?”
“Seriously, Jas. Penyanyi-penyanyi baru itu tidak ada yang beres. Mereka semua tidak bisa menyanyi dan memuaskan telingaku. Hanya Gwen yang menurutku pantas.”
“Pantas menjadi penyanyimu atau kekasihmu?”
Sean mengangkat bahu, “Kalau bisa keduanya kenapa tidak?”
Jason tergelak. Sementara Sean hanya tersenyum tipis.
Diam-diam Jason bernapas lega. Setidaknya Sean sudah bisa bercanda walaupun sedikit dan Jason senang akan hal itu karena beberapa hari semenjak Gwen hilang, Sean jadi tak berekspresi.
“Ngomong-ngomong, aku lupa wajah gadis itu. Aku hanya bertemu dengannya sebentar. Bagaimana aku bisa menemukannya?”
Sean lalu mengambil ponselnya yang tergeletak di atas meja lalu mengotak-atiknya sebentar. Ia lalu menyerahkan ponselnya pada Jason dan menunjukkan sesuatu disana.
“Itu fotonya.”
“Kau dapat ini dari mana?”
“Aku mengambilnya saat ia tertidur.”
Jason terperangah tak percaya dibuatnya.
***
Ngga apa2 ya sedikit.
Yg penting double up hehehe
See you later,
♥♥♥
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost Love [COMPLETED]
RomanceGwen Stevanzka mendapat tawaran ke New York untuk menjadi penyanyi sekaligus penulis lagu oleh seseorang. Ternyata sampai di New York ia ditipu. Alamat yang diberikan oleh orang tersebut palsu. Padahal Gwen sudah membayar orang tersebut karena orang...