DUA PULUH TIGA

941 152 11
                                    


Sean melirik agenda di tabletnya dengan malas. Sepuluh menit lagi ia dijadwalkan meeting dengan top management perusahaannya. Sudah seharian ini ia mengatur segalanya sendiri. Tidak ada asisten seperti biasa. Jason sudah ia pecat kemarin, secara sepihak. Tidak profesional memang mengingat ia memutuskan kontrak begitu saja lewat pesan singkat.

Dirinya terpaksa harus melanggar kode etik demi tidak bertemu dengan pria itu. Jason tidak menjawab apa-apa, dan hari ini pun ia tidak datang ke kantor. Sean bersyukur ternyata Jason cukup tahu diri.

Sean agak kerepotan seharian ini, sebenarnya. Tapi tidak apa-apa daripada harus melihat wajah Jason yang terus terbayang sudah meniduri kekasihnya, lebih baik ia repot untuk sementara waktu. Sean akan meminta Matt untuk mencarikannya asisten baru nanti.

Sean bangkit dari kursi kerjanya. Ia mengancingkan jasnya dan bersiap-siap menuju ruang rapat. Sebenarnya, tampilan Sean agak berantakan, walau ia dapat menutupinya dengan baik. Sudah beberapa hari ini ia tak dapat menghubungi Gwen. Sean hanya ingin mendapat penjelasan atas sikap gadis itu yang tidak diduganya sama sekali. Tapi, Sean tidak bisa terus terbelenggu dalam masalahnya. Ia harus bergerak maju melanjutkan kelangsungan perusahaannya. Masalah dengan Gwen bisa dipikirkan lagi nanti.

Akhirnya, Sean sampai di ruang rapat. Matt bilang direktur-direktur yang tergabung dalam perusahaannya sudah berada di dalam. Dengan langkah pasti, dan sikap profesional layaknya tidak memiliki masalah berat, Sean memasuki ruangan. Direktur-direktur bawahannya seketika memberi salam hormat yang dibalas sekadarnya oleh Sean seperti biasa.

Dengan wajah datar, Sean duduk di kursi kebesarannya yang terletak tepat di pusat meja besar itu. Tidak ada hal yang aneh. Semuanya berjalan lancar sampai ketika Sean meminta materi rapat pada Matt yang belum tersedia di depan mejanya.

“Matt, mana materi meeting kita hari ini?”

Bukan Matt yang menjawab. Melainkan seseorang yang keberadaannya tak ia duga sama sekali. Sean pikir pesannya kemarin sudah jelas, tapi kenapa pria itu masih disini?

“Ini materi meeting hari ini, Sir.” ujar Jason seraya menaruh sebuah map di atas meja Sean, yang seketika membuat Sean terkejut karena ia pikir Jason mengindahkan larangannya untuk datang ke kantor tapi malah tiba-tiba muncul di ruang rapat.

Jason berusaha untuk tak memedulikan tatapan tajam yang Sean berikan padanya saat ini. Dirinya bukan tidak tahu Sean memecatnya lewat pesan singkat semalam. Jason hanya ingin bertahan. Ia tidak mau lari dari masalah.

Jason tahu Sean hanya sedang emosi. Lagipula, ia tahu kenyataan yang sebenarnya. Meskipun menurut Sean ia bersalah, kenyataannya tidak seperti itu. Ia ingin membantu Sean mengurus perusahaan karena emosi Sean sedang tidak stabil.

Dan lihat saja saat ini. Penampilan Sean sangat buruk. Pria itu jelas butuh bantuan. Terlebih dukungan moril dari dirinya. Jason sudah memutuskan untuk memberitahu kenyataan yang sebenarnya pada Sean secepatnya. Sebagai orang yang mengenal Sean lama, Jason tentu merasa empati. Masa bodoh dengan janjinya dengan Gwen.

Tahu bahwa yang ditatap tidak merasa jengah sama sekali, Sean mengalah. Ia mendengus pelan dan segera meminta agar rapat segera dimulai.

“Segera dimulai rapatnya.”

******

“Kenapa kau masih disini?” Begitu memasuki ruangan setelah rapat selesai, Sean berbalik dan jengah mengetahui Jason mengikutinya. Ia menatapnya tajam. “Aku pikir pesanku semalam sudah jelas. Aku memecatmu, Tuan Jason Cook!”

“Aku tidak akan kemana-mana.” balas Jason terlihat tak gentar.

Sean tertawa sinis. “Kau pria tidak tahu diri juga ternyata. Kau sudah meniduri kekasihku dan sekarang masih berani muncul di hadapanku?!”

Lost Love [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang