Part IV-benar-benar!!!

23 7 0
                                        

Dengan langkah cepat aku menghampiri Beni pacarku
"Ayo ben! " aku menggandeng Beni dan pergi meninggalkan Arsend lalu masuk ke mobil Beni

"Jadi itu? " tanya Beni yang mulai peka bahwa pria yang baru saja bercengkrama dengannya tadi, adalah pria yang dijodohkan denganku. Aku menjawab pertanyaan Beni dengan mengangguk. Aku masih kaget dan panik dengan kejadian tadi.

"Aku mau turun! " bentak Beni yang merasa emosi
"Udah Ben ga usah, udah kita jalan aja" ujarku menyuruh Beni untuk kembali santai. Beni pun memutuskan untuk jalan meninggalkan Arsend yang sedari tadi tersenyum tipis melihatku memilih pulang dengan Beni.

"Jadi masmas tadi orang yang dijodohin sama kamu? " tanya Beni sambil mengemudikan mobil
"Iya" jawabku dengan singkat

"Aku sudah memikirkan perkataanmu kemarin Van. Kalau ayah kamu masih ngotot atau pria itu masih deketin kamu, kita kawin lari" Beni memberi ide

Tiba-tiba...
Drrreeett... Dreeettt suara nada deringku hpku bunyi tanda seseorang menelpon.

"Hai Van coba liat kebelakang!" dengan nada sedikit tertawa seseorang dari telpon itu berbicara. Aku mengenali suara khas ini.
Yaps siapa lagi kalau bukan Arsend. Aku menoleh kebelakang aku melihat mobil Arsend mengikuti mobil yang aku tumpangi bersama Beni.

Bener-bener ni anak, ada aja yang akalnyaujarku heran dalam hati. Beni pun ikut menengok ke belakang seperti tahu apa yang aku fikirkan.

"Ini ga bisa dibiarin, aku harus turun!" ujar Beni yang tidak terima diikuti Arsend.
"Udah ga usah Ben" bantah ku karna aku fikir hal itu hanya membuang waktu.

Tapi ntah apa yang ada difikiran Beni dia menghentikan laju mobil dan turun dari mobil. Aku pun turun dari mobil meyusul Beni. Mobil Arsend pun ikut berhenti.

"Maksud lo apa ngikutin gue sama pacar gue? Mau jadi jagoan lu? Turun lo sekarang!" ujar Beni memaksa Arsend untuk turun.

"Maaf mas saya hanya mengikuti calon istri saya" jawab Arsend dengan muka tidak bersalah.
"Apa lu bilang calon istri?" tanya Beni sambil bertolak pinggang.

"Udah sayang hajar aja tu orang. Aku mendukungmu" aku menyuruh Beni untuk menghajar Arsend, dan sambil mengeluarkan handphone untuk merekam kejadian itu.

Beni loncat-loncat kecil dan memasang kuda-kuda bersiap untuk menyerang dan meninju-ninju udara kosong. Aku hanya bisa melihat dan merekam kejadian itu.

"Ayo sayang semangat jangan sampe kalah" ujar ku menyemangati Beni.

"Sebelumnya saya minta maaf nih mas" ujar Arsend santai.

Beni mendahului menyerang dengan meninju Arsend, tapi Arsend berhasil mengelak. Tinjuan yang kedua berhasil ditangkis oleh Arsend. Tangan Beni dipegang Arsend dan ditarik serta didorong oleh Arsend, sehingga Beni hampir tersungkur ke aspal jalan. Orang-orang yang berjalan di jalan itu pun ikut melihat ada beberapa orang yang ikut mengabadikan moment itu.

"Ayo dong sayang jangan sampe kalah" teriakku menyemangti Beni yang sudah siap menyerang.
"Haduh mas maaf sekali lagi" ujar Arsend yang membuat kesal Beni yang menganggap itu adalah ejekan.
"Maaf lo ya mas sekali lagi, jangan salahin saya" tambah Arsend.

Dengan tendangan 1 2 Beni tetap saja si Arsend tidak bisa dikalahkan. Tinjuan berikutnya dari Arsend mengenai wajah Beni. Beni membalas dengan tinjuan tapi tangan Arsend terlebih dahulu menangkap dan mempiting tangan Beni. Aku hampir tertawa melihat hal itu.

"Lepasih gue kampret!" suruh Beni yang merasa ke sakitan. Aku tetap mengabadikan hal itu.

"Eh kok kampret sih, sayang dong, masa kampret" dengan nada mengejek Arsend berkata kepada Beni.

"Lepasin kampret, kampret lu ah" paksa Beni kepada Arsend.
"Lah kok kampret lagi. Lepasin sayang, gitu geh" paksa Arsend dengan nada tertawa.

"Whaha sayang, haha..."
Ucapku yang sedari tadi memegang handphone merekam.

"Ehh sayang kok kamu malah ketawa sih bukannya bantuin" ujar Beni yang sadar bahwa aku tidak membantunya.

"Eh Arsend lepasin pacar gue!" bentak ku kepada Arsend. Arsend pun melepaskan tangan Beni yang dipiting dari tadi.
Beni menuju ke mobil aku mengikutinya.

"Ngapain ngikutin aku, sana sama calon suami kamu!" ujar Beni kesal dan malu. Kesal karena aku tidak menolong dia serta mengetawai. Malu karena kalah dari Arsend. Beni masuk mobil, dan melaju.

"Beni tungguin, ngga kayak gitu, Beni ben!!!" aku berteriak sambil mengetok-ngetok jendela mobil Beni yang mulai jalan meninggalkan aku.

"Kebangetan lo!" aku menunjuk Arsend yang berdiri yang sedari tadi melihat aku. Orang-orang yang tadi melihat pertengkaran Arsend dan Beni beranjak pergi.
Aku memutuskan masuk kemobil Arsend duduk dibangku kemudi. Lalu melaju meninggalkan Arsend yang belum sempat masuk ke mobil.

~Mau tau apa yang dilakukan Vanya terhadap mobil Arsend. Lihat di part selanjutnya yaa😋~

Merry me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang