part II- huh ayah

36 8 0
                                    

Masih dengan masalah yang sama dengan ayah aku tetap tidak terima dijodohkan dengan pria yang bernama Arsend Cipto Kusumo.

Ayah sempat beberapa kali mengetuk pintu kamarku dan memanggil-manggil namaku tapi aku tidak menhiraukan. Mungkin ayah pikir aku mengurung diri tapi seorang Vanya Subrajo bukanlah wanita yang lemah aku lebih memilih kabur lewat jendela dengan berpakain rock and roll pastinya.

Bibi "tuan seharian nyonya tidak keluar kamar. Bahkan tidak makan" bibi berbicara sambil memberikan kopi kepada ayah yang sibuk membaca buku
"hem nanti biar saya yang urus"
"Vanya, vanya, bukan pintu!" Ayah keluar dan melihat jendela yang terbuka dan kamar kosong. Ayah kurang cepat dengan ku.
...

Di caffe mendengarkan Beni pacarku bernyanyi sangatlah menyenangkan dibandingkan harus memikirkan perjodohan ku dengan Arsend. Sesudah Beni bernyanyi seperti biasa fans-fans alay pasti meminta foto bareng dengan idolanya. Aku lebih memili bercerita dengan sahabatku tentang perjodohan ku dengan arsend, sama seperti aku mereka juga kaget dan si Alya hampir kejang-kejang.
"Ehh lu beneran dijodohi? Lah si Beni gimana? Kalo lu putus, tu fans-fans alay bakal berebut posisi lu" aku hanya bisa berdecak.

Aku melirik ke Beni tiba-tiba aku melihat seorang cewek, cantik sih, eh jelek deng cantikan juga gue. Dia berteriak "Beni! Hai Ben udah lama ga ketemu" sambil cepika-cepiki sama Beni. Cewek mana yang ga cemburu lihat pacarnya deket sama cewek lain. Spontan aku narik Beni keluar.

"Vanya kamu apa-apaan sih?"
"Apa-apaan sih, apa-apaan sih" sambil memutar bola mata. "Dia itu kan cuma fans"
"Fans? Dia bukanya Ica kan mantan kamu?"
"Ohh tadi itu Ica?, beda sih lebih bohay-an sediki" Beni menjawab sambil tertawa sedikit.
"Beni, aku dijodohin sama ayah. Ben gimana dong? Kalo ga kita kawin lari aja?"
"Hah?"
"Ish Benii"
"Gini aja deh kita jalanin aja dulu nanti aku yang ngadepin ayah kamu. Kalo emang terpaksa, kita baru kawin lari. Yah? Percaya kan sama aku? You promise me? Aku sayang kok sama kamu".
Muka Beni mendekat, ya tau lah apa yang mau dilakuin Beni.
Tiba-tiba...

"Punya hak apa kamu mau nyium anak saya?"
"Ayahh?"
"Vanya diam!"
"Ampun om ampun"
"Kamu pria sejati bukan" tangan ayah sambil menggenggam seperti ingin memukul.
"Iya om pria sejati"
"Kalo gitu terima ini kalo kamu pria sejati" Tangan ayah maju di depan muka Beni sambil memegang kerah baju Beni.
"Bukan om, saya bukan cinta sejati" Beni berteriak sambil berusaha melepaskan pegangan ayah
"Dengar itu Vanya si begajulan ini bukan pria sejati! Gimana dia bisa menjadi imammu nanti. Kamu si begajulan jauhi Vanya, dan Vanya jauhi dia! Ayo pulang!
...

Sampai dirumah aku memilih langsung masuk kamar daripada harus medengarkan ocehan ayah. Tapi ayah lebih pintar pintu rumah dikunci dan kuncinya dia bawa
"Eettss disini"
ayah membuka pintu, aku masih merasa kesal dengan kelakuan ayah terhadap Beni.
"Ayah apa-apaan sih, ayah jangan begitu dong ke Beni, kasian si Beni yah"
"Heh si begajulan kayak dia tidak usah dikasihani"
"Nama dia Beni yah bukan begajulan!" Bantahku
"Ayah yakin dia itu tidak kuliah. Kerjaanya hanya teriak-teriak, loncat sana loncat sini"
"Dia itu kuliah yah cuma lagi cuti"
"Cuti ga cuti pun kerjaan anak seperti dia itu hanya lontang lantung dijalanan"
"Tahu ah yah. Vanya mau tidur"
...

Pagi-pagi aku sudah dikejutkan dengan sesuatu yang dilakukan ayah.

~mau tau apa yang dilakuin ayah ke Vanya lihat dipart selanjutnya~

Merry me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang