5.Naveeza?

123 8 0
                                    

Setelah itu, ustadz Zamzam menjawab pertanyaan dari Naveez.

"Baiklah, sekarang ustadz akan menjawab pertanyaan dari Naveez. Caranya yaitu dengan melihat kesungguhan hatinya, jika ingin tau bagaimana dibelakangnya, tanyakan pada orang terdekatnya, bisa juga dilihat dari tingkah lakunya. Jika memang ia wanita taat beragama, maka jika ia mendapat kebahagiaan, ia tidak akan jingkrak-jingkrak, tidak akan menjerit histeris, tapi ia cukup mengucapkan hamdallah ketika mendapat kebahagiaan. Ketika banyak yang ingin tau seperti hafalan Al-Qur'an, nilai pelajaran, nilai akhlaq pada wanita itu, wanita itu dalam hati sangat takut kalau ia akan dianggap riya oleh orang lain. Ia akan ragu, dan bilang takut riya pada orang tersebut. Tidak ada watak centil dalam dirinya. Berbicara pun lemah lembut, ia jaga pandangannya, ia jaga lisannya, jaga pendengarannya, juga ia jaga hatinya. Lebih kurang seperti itu, Naveez." Jawab ustadz Zamzam panjang lebar.

"Terimakasih, ustadz." Ucap Naveez tersenyum.

Kuliah pagi pun selesai pukul 08.00

Para santri akhwat kembali ke asrama, begitupun santri ikhwan. Terkecuali Naveeza, Naveez, ustadz Zamzam, dan ustadzah Maryam.

"Naveeza, kenapa kamu belum kembali ke asrama?" Tanya ustadzah Maryam.

"Saya mau shalat dhuha, ustadzah. Tadi saya udah ajak Hana, Syifa, dan Dienisa. Tapi katanya, mereka mau tidur lagi. Jadi, saya sendiri." Jawab Naveeza tersenyum.

"Oh, begitu. Ustadzah baru aja selesai, kalau begitu ustadzah duluan, ya." Ucap ustadzah.

"Baik, ustadzah." Ucap Naveeza tersenyum.

Setelah shalat dhuha, Naveeza melanjutkan dengan membaca Al-Qur'an. Ia melantunkan ayat demi ayat suci Al-Qur'an dengan irama murattal yang menenangkan hati, membuat orang yang mendengarnya ingin terus mendengarkannya. Suaranya menggema ke segala penjuru. Tanpa Naveeza ketahui, ternyata ada ustadz Zamzam dan Naveez yang sedang berdzikir. Mereka mendengar suara indah yang dilantunkan Naveeza. Namun mereka tidak mengetahui siapa pemilik suara tersebut, yang mereka ketahui suaranya berasal dari tempat shalat akhwat.

Tak lama, Naveeza pun selesai. Saat keluar dari mesjid..

"Lho? Naveeza?" Ujar ustadz Zamzam yang sama-sama baru keluar dari mesjid berbarengan dengan Naveez disampingnya.

"Naveeza?" Gumam Naveez dalam hati.

"Iya, ustadz." Jawab Naveeza tersenyum, namun mata yang menatap ke bawah.

"Habis ngapain?" Tanya ustadz Zamzam.

"Saya kira ga ada ustadz Zamzam sama santri ikhwan dimesjid. Saya baru selesai shalat dhuha dan membaca Al-Qur'an, ustadz." Jawab Naveeza lembut.

"Oh, jadi kamu yang baca Al-Qur'an tadi?" Tanya ustadz Zamzam.

"I-iya, ustadz. Tapi, saya mohon jangan bilang siapa-siapa tentang suara saya. Saya ga mau yang lain tau. Saya kira tadi memang udah ga ada siapa-siapa. Jadi, saya baca Al-Qur'an pakai lagam murattal." Jawab Naveeza ragu, karena takut dibilang yang tidak-tidak, apalagi dibilang sombong atau menunjukkan kelebihannya.

"Naveeza, Naveeza. Ya sudah, ustadz tidak akan beritahu yang lain. Sudah, tenang?" Ucap ustadz Zamzam.

"Ta-tapi, itu um.. Santri ikhwan yang lagi disebelah ustadz juga tolong jangan kasih tau siapapun." Pinta Naveeza dengan suara yang pelan dan lembut.

"InsyaaAllaah, saya ga akan kasih tau siapapun. Maaf ya sebelumnya, nama saya bukan santri ikhwan sebelah ustadz. Nama saya Naveez." Ucap Naveez tersenyum ramah dan lembut.

"Oh, iya. Maaf, saya ga tau. Saya cuma denger nama kamu aja tadi waktu nanya ke ustadz." Ucap Naveeza malu, pipinya yang sudah merah merona, semakin merah terkesan membuatnya terlihat menggemaskan.

Namamukah Yang Tertulis Di Lauhul MahfudzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang