Chapter 3: Kita pacaran!

20 3 0
                                    

Gue ga maksa. Tapi suka ga suka lo harus terima

Berlin menghembuskan asap rokoknya ke udara. Ia sudah tidak peduli akan tatapan orang-orang yang lewat di dekatnya, Berlin sendiri bingung mengapa orang-orang memperhatikanya dengan pandangan aneh, entahlah mungkin mereka heran melihat Berlin

Ini masih cukup pagi untuk terlihat seperti brandalan. Seragam yang tidak di masukan ke dalam celana, rambut sedikit basah yang acak-acakan namun tidak meninggalkan kesan tampan diwajahnya, ditambah rokok di tangannya

Jika orang lain melihat Berlin tentu saja mereka akan bertanya dalam hati. Berlin itu sebenarnya pelajar atau preman terlebih lagi sekarang ia sedang memparkirkan motornya di depan rumah orang

Yup. Berlin berada di depan rumah Abel sejak jam 05.00 entah mengapa Cowok tampan itu ingin sekali melihat wajah cantik Abel di pagi hari

Namun tetap saja Abel belum keluar dari rumahnya, ia bahkan belum membalas satupun pesan yang dikirim oleh Berlin

05.00
Berlin: Abel
Berlin: gue udah di depan rumah lo
05.30
Berlin: lo belum bangun?
06.00
Berlin: Bel udah jam 6 :)
Berlin: 1 jam gue nunggu

Berlin masih menunggu sambil sesekali memainkan handphone nya. Menunggu Abel adalah hal menyebalkan sekaligus menyenangkan bagi Berlin, kenapa menyenangkan? Karena siapa tau Cewek itu sadar sama perjuangan Berlin terus kasian eh deket jadian terus langgeng kaya di novel-novel romansa punya Berlian adik sekaligus kembaran Berlin yang ada di luar kota

Jam sudah menunjukan pukul 6 namun tanda-tanda kehidupan dari Abel sama sekali belum Berlin dapatkan

06.15
Abel: berlin? Masih di luar rumah

Berlin: iya

Abel: udah sarapa belum? Pasti belum kan
Abel: jangan kemana mana gue bikinin sarapan dlu

Berlin: okay

Berlin tersenyum senang saat Abel berjalan tergesa-gesa dengan 2 kotak makan di tanganya

Ia pikir perkataan Abel yang menyiapkan makanan hanya penipuan semata namun ternyata Cewek itu benar

Setelah berada di hadapan Berlin ia menyerahkan salah satu kotak makannya ke arah Berlin namun hanya dibalas gelengan halus Berlin

"Nitip dulu" Berlin mempamerkan senyum lebarnya

Abel mendengus kesal "Kenapa sih?"

"Apa?"

"Kenapa dateng ke sini jam 5 pagi?"

Berlin mengedikan bahunya sambil tersenyum manis "Waktu jalannya lambat kalo gaada lo disamping gue" mendengar jawaban Berlin Abel hanya mengangkat sebelah alisnya

"So?"

"Jadi gue pengen cepet-cepet ketemu lo"

Abel masih setia mengangkat sebelah alisnya "Biar apa?"

"Biar waktu cepat berjalan"

"Terus kalo waktu udah berjalan cepat mau apa?"

"Nanya mulu udah kaya pembantu baru"

"Kalo gue kaya pembantu baru emang kenapa? Emang salah gue nanya sama lo?"

Berlin hanya menggeleng sambil tersenyum manis, entah kenapa cowok aneh itu sama sekali tidak menghilangkan senyumanya "Yaudah ayo naik nanti kita telat"

AberlianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang