Chapter 5: Berulah

17 2 0
                                    

Gue  cuma mau semua orang tau. Lo punya gue, dan gue bangga akan hal itu

Abel menggelengkan kepalanya singkat, Berlin bersama teman-temannya memang tidak bosan berulah. Hari ini mereka bertiga sedang mengadakan mini konser di tengah kantin yang membuat keadaan kantin semakin ricuh

"Liat deh boyband abal-abal lagi mau manggung" Elina tertawa melihat tingkah mereka, berbeda dengan Abel yang sudah muak

"Jangan di liat nanti sawan"

Ilham mulai bernyanyi, Tayler memukul meja sedangkan Berlin bermain gitar. Perpaduan suara yang mereka keluarkan rasanya sukses membuat Abel yang sedang makan bersama Elina pusing tujuh keliling. Di tambah lagi teriakan dari murid-murid lain

Namun entah karena apa tiba-tiba semuanya menjadi sepi, Ilham tak lagi bernyanyi sambalado yang mana malah membuat orang mules mendengarnya, Tayler berhenti memukul meja yang hampir membuat orang tuli, Berlin tak lagi memetik gitarnya serta sorakan dan teriakan ricuh tak lagi terdengar

"GUE MAU NYANYI SESUATU BUAT CEWEK GUE. ABELIA" teriak Berlin yang mana membuat seluruh penghuni kantin menatap ke arah Abel sebenarnya Berlin tidak hanya teriak namun ia juga menunjuk ke arah Abel

Cewek itu malu, kesal dan rasanya ia ingin sekali menjambak rambut Berlin dan menarik pipinya agar senyuman menyebalkan itu enyah dari wajahnya

"Berlin sweet lho bel, lo ga mau coba buka hati buat dia?"

Abel menatap sinis ke arah Elina "Buka pintu maaf buat dia aja gue ga mau apalagi buka hati"

Petikan gitar mulai terdengar. Jujur saja suaranya memang merdu dan menenangkan

I found a love for me
Darling, just dive right in and follow my lead
Well, i found a girl, beautiful and sweet
Oh, i never knew you were the someone waiting for me

'Cause we were just kids when we fell in love- YHA KAN KABUR

Berlin langsung berlari menghampiri Abel. Sebenarnya apa yang salah? Apa suara Berlin terlalu jelek hingga Abel kabur atau justru sebaiknya suara Berlin terlalu merdu hingga Abel terharu

Abel menghentikan langkahnya di depan bangku yang ada di taman sekolah. Untung disana sepi jadi tidak ada yang memperhatikan Abel

Cewek itu terdiam, sebenarnya ia juga tidak mengerti mengapa ia lebih memilih berlari padahal suara Berlin tadi cukup merdu untuk di dengar. Hanya saja Abel risih menjadi pusat perhatian di kantin

"Kenapa lari?"

Abel menoleh dan menemukan Berlin yang masih mengatur pernafasannya "Gue  gasuka"

"Gue udah tau. Lo emang ga suka sama gue tapi kan kita bisa coba"

"Bukan. Gue ga suka jadi bahan perhatian"

Berlin tersenyum miring kemudian mengambil duduk tepat disamping Abel "Jadi lo suka sama gue?"

"Dih siapa bilang?!"

"Tadi"

"Gue juga ga suka sama lo"

"Bodo yang penting lo tetep jadi pacar gue"

Abel menghembuskan napasnya "cuma sebulan kan"

"Kalo bisa sih selamanya"

"Kalo mau selamanya pacaran aja sama batu nisan lo" ucap Abel sarkas. Bukannya marah Berlin justu terkekeh singkat

"Udah ada lo ngapain sama batu nisan"

AberlianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang