Chapter 4: Rasa bersalah

22 2 0
                                    

Jujur, gue ngerasa bersalah pas minta maaf eh lo malah bikin gue pengen marah

Abel sudah pasrah saat Berlin menarik tanganya menuju parkiran motor. Dan kali ini tak perlu perintah dari Berlin seperti biasanya, Abel langsung menaiki motor kesayangan Berlin

Dengan senyum yang mengembang Berlin mulai menjalankan motornya

"Kenapa tadi lari?"

Abel memutar bola matanya malas, walaupun yang ia lakukan percuma karena Berlin tidak dapat melihatnya "Gue ga mau diikutin lo"

"Jangan kayak gitu lagi, gue ga suka. Apalagi sampe lo senggolan sama cowok kaya tadi"

"Lo gila? Gue ga senggolan tapi gue nabrak dia. Harusnya dia yang marah ke gue bukan lo yang marah ke dia"

Berlin menggelengkan kepalanya perlahan "Lo ini cewek bukan sih? Lo pasti tahu dong kata cewek selalu benar"

"Lo tuh kebanyakan baca novel sama kemakan Quotes ga bermutu tau ga! Jadi ga bisa bedain mana yang salah dan yang benar"

Berlin sama sekali tak menjawab ia hanya mengedikan kedua bahunya hingga sebuah pertanyaan keluar dari mulut Abel yang sukses membuatnya panas

"Cowok yang gue tabrak lo kenal?"

"Kenal. Kenapa lo suka? Kalo iya liat aja besok dia udah ga bakal ada disekolah"

"Hah? Kenapa?"

"Gue mutilasi"

Abel menonjok bahu Berlin pelan "Psikopat! Gue ga suka cuma mau tau dia siapa"

"Namanya Nathan Athalla dia kelas XII IPA 1, anaknya emang nerd tapi famous juga. Dia pendiam, selalu bawa buku kemana-mana dan gue jarang banget tuh liat dia ngobrol sama cewek. Gay kali" Ucap Berlin, dari nada bicaranya terdengar jelas bahwa Berlin tidak suka pada Nathan

"Namanya bagus ya. Kayak cowok di film"

Berlin berdecih sambil terkekeh sinis "Namanya doang, tukang sayur depan komplek gue juga Nathan"

"Siapa?"

"Yang nanya"

Mendengar ucapan Berlin, Abel hanya memutar bola matanya malas sambil mengelus dadanya singkat. Berlin memang tipe pemarah dan menyebalkan

"Punya kontak Nathan?"

"Engga dan percuma ga bakal di bales" jawab Berlin jutek. Entah mengapa Abel merasa sepertinya mood Berlin menjadi berubah sejak ia menanyakan tentang Nathan

Padahal Abel tidak bermaksud apapun. Ia bertanya soal Nathan bukan karena cari perhatian atau sekedar modus dengan good boy sekolah. Tapi karena ia ingin minta maaf, karena setelah menabraknya bukan membantu Abel malah lari

Memang menurutnya semua tidak murni kesalahanya karena ia berlari untuk menghindari monster seperti Berlin namun tetap saja ia merasa bersalah

Setelah pembicaraan tentang Nathan. Baik Abel maupun Berlin tidak ada yang bersuara karena mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing

Berlin yang sibuk meredamkan emosinya karena cemburu dan Abel yang sibuk memikirkan bagaimana caranya minta maaf tanpa diketahui oleh Berlin

Tentu saja Berlin tidak boleh tahu. Abel ingin meminta maaf dengan Nathan agar masalahnya selesai tapi jika Berlin tahu yang ada bukan kata maaf yang terlontar dari bibir Abel namun berduka cita

🍃🍃🍃

Abel bersorak kegirangan setelah mengetahui bahwa cerita favoritenya di wattpad telah di terbitkan

AberlianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang