2 - Deva dan ?

20 5 3
                                    

Masih di hari yang sama. Yaitu hari Senin.

Saat ini dua manusia pri bumi Deva dan Dian sedang berada di ruang Tata Usaha karena sebuah urusan.

Setelah urusan mereka telah selesai. Mereka turun ke bawah karena memang ruang Tata Usaha yang berada di lantai dua.

"Dev, udah masuk waktu Dzuhur, yuk Sholat." Ajak Dian pada Deva.

Yang di jawab oleh Deva dengan anggukan.

Beberapa menit mereka sholat akhirnya mereka selesai. Dian dan Deva sedang duduk di atas batas suci.

Maksudnya teras musholla.

Mereka sedang memakai kaus kaki, Dian sedang menunggu Deva yang masih memakai kaus kaki

Tiba-tiba dari arah depan mereka, ada segerombolan anak laki yang sedang bercanda. Walaupun masih berjarak lima meter, tetapi suara tawanya sampai ke telinga Dian dan Deva.

Dian kini sedang memperhatikan anak laki-laki yang sedang bercanda tersebut ada  satu orang yang membelakangi para teman-temannya.

Anak laki-laki itu semakin mendekat dan Dian masih setia memperhatikan para lelaki itu. Sembari menunggu Deva.

Saat Dian tengah memperhatikan segerombolan tersebut, laki-laki yang membelakangi para teman-temannya pun membalikkan badan.

Dan menatap dengan cengiran ke arah Dian, mungkin tadi temannya membuat lelucon yang membuat lelaki itu tertawa yang sampai sekarang belum hilang dari pikirannya.

Deva yang sebenarnya sedari tadi sudah selesai, akhirnya memutuskan untuk melihat Dian yang tengah memperhatikan segerombolan laki-laki itu. Dan melihat Dian yang saling bertatapan.

Dian dan lelaki itu bertatapan, tetapi tidak lama karena Dian langsung memalingkan wajahnya ke arah Deva.

Deva menaikkan kedua alisnya pada Dian seolah bertanya 'ada apa?'

Dian hanya mengangkat bahunya. Dan para lelaki itu akhirnya masuk ke kelas yang berada persis samping musholla yang Dian tahu adalah kelas IPS-III.

Dian pun berdiri menghadap Deva dan mengajak kembali ke kelas. Yang diangguki oleh Deva.

Pada saat melewati ruang guru ada salah seorang guru yang memanggil mereka berdua. Otomatis mereka harus nyamperin.

"Kamu kelas berapa?," tanya guru tersebut.

"Kelas XI-IPA bu." Jawab Dian

"Ibu minta tolong panggilkan ketua kelas sebelas IPS-III ya, suruh ke bu Lina, makasih ya nak." Suruhnya pada Dian dan Deva.

"Oh iya bu," jawab Deva sambil tersenyum.

Mereka pun berbalik arah ke arah yang semula untuk memanggil ketua kelas IPS-III seperti apa yang sudah di amanatkan oleh guru tadi.

Tiga meter belum sampai depan kelas, suara kegaduhan memasuki telinga mereka. Karena memang kelas tersebut tak ada gurunya.

Sampailah mereka di depan pintu kelas, Dian melihat banyak siswa yang sedang bercanda-canda, melempar kertas dari teman satu keteman yang lain, selfi, ngaca, dan lain-lain. Sungguh gaduh.

Sebelum memanggil, ingat! budidayakan mengucap salam dan mengetuk pintu.

"Assalamu'alaikum." Ucap salam Dian sambil mengetuk pintu, sedangkan Deva hanya berdiri di belakang Dian.

"Wa'alaikumsalam, kenapa?," tanya seorang perempuan yang Dian tahu namanya Rina.

"Hm... itu, ketua kelas di panggil sama bu Lina di ruang guru."

"Ohh, iya makasih ya." Yang di angguki oleh Dian.

Akhirnya mereka berdua kembali menuju kelasnya, tak jauh saat mereka melangkah dari tempat berdirinya, ada sebuah teriakan yang memanggil nama 'vika' untuk pergi ke ruang guru.

Dian tahu bahwa yang di teriaki itu adalah ketua kelasnya.

Deva dan Dian memasuki ruang kelas. Deva langsung menjatuhkan tubuhnya ke kursi sambil menghela nafas.

Dian tahu Deva capek, karena sudah bolak-balik, dia hanya tersenyum melihat Deva yang kini menumpukkan kepalanya di atas tangannya yang terlipat di atas meja.

Belum ada sampai lima menit guru yang mengajar mata pelajaran selanjutnya sudah datang. "Dev,dev bangun udah ada pak Ujang." Ujar Dian sambil menggoyang-goyangkan tubuh Deva.

Dengan sangat terpaksa Deva pun bangun dengan wajah mengantuknya.

Ya Allah. Apa salah dan dosaku sayang cinta sucipun kau buang-buang(?)-Deva

30 menit

1 jam

1 jam setengah

2 jam

Bel sekolah pun berbunyi menandakan untuk berganti jam mata pelajaran.

"Yeayyy.... I'm free..." sorak Deva sambil mengangkat kedua tangannya. Dian hanya melihat saja kelakuan temannya itu.

Deva masih saja terus bersorak gembira padahal kelasnya kini tengah hening dan,

"Assalamu'alaikum anak-anak." Guru BK mereka masuk.

Seketika Deva bungkam, sambil menurunkan kedua tangannya perlahan. Deva melihat ke sekitar banyak teman-teman sekelasnya diam-diam menertawakannya.

Bukan aku (͡° ͜ʖ ͡°)☻-Deva

***

Waktunya murid SMAN 6 untuk pulang, kelas sekarang sudah sepi hanya menyisakan Dian dan Deva di dalamnya, Deva tengah menunggu Dian yang sedang membereskan buku-bukunya karena Dian hari ini piket jadi sebelum pulang Dian membereskan kelas.

Mengapa Dian piket sendiri?

Kalian kayak tidak tahu saja murid jaman now itu alesannya bermacam-macam.

Biarkan.

Dian dan Deva berjalan sambil mengobrol-ngobrol, pada saat hendak mencapai gerbang sekolah pandangan mata Deva terfokus ke satu titik. Yaitu ke arah seorang laki-laki yang berdiri di dekat gerbang sekolah.

"Di, lo tau gak?," tanya Deva

"Engga."

"Kalo sebenarnya mata lo ada dua.." ucap Deva  dengan girang.

Dian yang mendengar itu melihat ke arah Deva dengan wajah datarnya dan menunjukkan jari telunjuk dan jempolnya yang di satukan.👌

Deva hanya menyengir. "Ih engga,engga kali ini gue serius. Lo liat gak cowok yang berdiri deket gerbang itu?," tanya ulang

Dian langsung mengarahkan pandangannya ke arah yang Deva maksud. Memang benar ada seorang laki-laki yang berdiri di situ.

"Kenapa emangnya?,"

"Ganteng." Jawab Deva

Dian melihat wajah Deva dengan tatapan meragukan namun,

"Item manis sih," jawab Dian dengan asal.

"Yeuu dasar..., punya gue!"

Mereka berduapun tertawa bersama.

Bucin🌝-Dian

Bucin🌚-Deva

.
.
.
.
.

Tbc💕

Karena sesungguhnya mereka ini tak jauh-jauh dari kata bucin.

Thank you❣

HistoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang