3 - Pengakuan

16 4 1
                                    

Hari ini hari Rabu.

Seluruh siswa memakai baju pramuka. Hm.

Karena ya memang seharusnya begitu.

Hari ini Deva datang lebih pagi dari pada Dian, biasanya sih Deva rada telat masuknya, Dian yang melihat Deva telah duduk di bangku sebelahnya lantas menaikkan sebelas alisnya.

"Tumben," sindir Dian.

"Ya ampun, gue masuk pagi salah masuk telat salah. Mau mbaknya ini apa ya?" Jawab Deva.

Dian menggeleng-gelengkan kepala. "Oya Di, jangan lupa.."

"Jangan lupa apaan?," tanya Dian bingung.

"Jangan lupa untuk senyum pepsodent. Keep smile😊..." ujar Deva dengan menirukan gaya Caesar yang suka joget-joget itu.

Tetetetetetereret jengjet🎺

Ok. Garing.

"Gue kadang suka serem ngeliat lo kalo masuk kelas, gue senyum ke lo,lonya malah ngeliatin gue ajah. Ya gue tau, gue itu cantik, manis, imut, dan sebagainya. Tapi senyumin gue balik lah." Tambahnya lagi.

Tiba-tiba Dian merasa mual mendengar pengakuan dari Deva yang mengalem-ngalem dirinya sendiri. Dan memasang wajah dengan mulut yang ingin muntah.

"Jangan sok gitu lo,"

"Mohon maaf, senyuman gue itu mahal, karena secara senyuman gue manisnya pake banget." Jawab Dian dengan pede.

Deva memutar kedua bola matanya.

Yeuu dasar pesut Ancol - Deva

"Gak nyadar lo kalo lo juga serem kayak hantuuu...." ledek Dian.

"Udah ah! Ngomong sama lo gak ada habisnya."

Dian hanya mengacungkan jempolnya.
Deva meninggalkan Dian dengan begitu saja.

Nasib orang cantik mah gini - Dian

Deva telah sampai di kelas beberapa menit sebelum
Dian datang,

"Diaaaaaann!!," teriak Deva memanggil sahabatnya itu.

Dian yang baru pun menginjakkan sebelah kakinya ke dalam kelas di buat kaget oleh teriakkan menggelegar Deva.

"Astaghfirullah salah apa gue punya temen kayak gini." Ucap Dian sambil mengelus dadanya, sabar.
"Apasih lo Dev, masih pagi jangan teriak-teriak!" Omelnya pada Deva.

"Engga kok cuma mau manggil nama lo aja." Balas Deva dengan cengiran kudanya.

Sinting

Dian hanya bisa menghela nafas kasar melihat tingkah laku Deva yang sangat menguji kesabarannya itu.

Sekarang ini Deva sudah berbaur dengan teman-temannya yang lain, dengan bernyanyi-nyanyi ria bersama. Biarkanlah, orang yang kurang bahagia di dunia ya jadinya kayak gitu.

Dianpun duduk di bangkunya dan mengeluarkan handphonenya untuk melihat updatean film-film terbaru, mau itu tentang Harry Potter atau sejenisnya.

15 menit telah berkutat dengan handphonenya bel sekolah telah berbunyi.

"Devaaa... cepet mau masuk gak? Kalo gak, gak gue izinin lo buat duduk," panggilnya pada Deva.

Deva hanya mendengkus kesal oleh Dian, "gak asik lo ah, lagian juga gurunya belum dateng." Dian hanya mengangkat bahunya acuh seakan tak peduli akan omongan Deva.

Karena mereka duduk di barisan yang paling dekat dengan jendela dan Deva yang duduk persis di samping jendela dan Dian di sampingnya jadi, Dian harus memanggilnya setiap hari karena pada saat Dian masuk kelas pasti Deva sudah ngayab ke barisan yang lain.

HistoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang