4. Street

4.3K 673 104
                                    

Sekolah kembali berduka atas hilangnya salah satu murid yang memang memegang jabatan OSIS di sana. Johnny Suh, sang ketua OSIS, ditemukan tewas di depan gedung IPS. Diketahui Johnny melompat dari atap pagi tadi. Semua orang menduga Johnny telah melakukan bunuh diri.

Lagi-lagi Jeonghan langsung berlari ke asal suara begitu mendengar seseorang berteriak dengan keras pagi itu. Jeonghan bertanya-tanya, sebenarnya hukuman apa yang sedang menimpa sekolahnya hingga memakan korban sebanyak tiga orang selama tiga hari berturut-turut ini.

"Misi, permisi, gue mau liat mayatnya bentar, permisi, thanks, misi." Jeonghan berusaha menerobos kerumunan.

Jeonghan memegang lengan Johnny yang sudah sangat dingin itu. Lantas Ia beralih ke mulut sang mayat, mengeceknya. Ia menghela napas, sama seperti kasus Chengxiao kemarin. Mereka menutupi pembunuhan yang mereka lakukan dengan membuatnya seolah-olah orang tersebut bunuh diri.

Jeonghan berdiri kemudian mendongak ke atas. Awalnya biasa saja, sampai ia melihat siluet seseorang yang sedang menatap ke bawah sini.

Sontak saja Jeonghan langsung berlari mengejar orang tersebut, mengabaikan kawannya yang hendak mengajak Ia berbicara sebentar. Sedangkan orang itu segera berlari menuruni tangga.

Jeonghan yakin dia akan berpapasan dengan orang itu. Pasti dia dalang dibalik semua kejadian ini. Jeonghan harus bisa menangkap dan menginterogasinya secepatnya.

Bruk

Tanpa sengaja Jeonghan menabrak seorang gadis. "Ah, maaf," ucap Jeonghan seraya lanjut berlari tanpa merasakan sesuatu yang aneh.

Namun, bahkan ketika Jeonghan sudah sampai di lantai atas pun Ia tidak bertemu seseorang mencurigakan ataupun yang mencolok. Jeonghan memutuskan untuk mengelilingi atap, merasa yakin jika orang tadi meninggalkan suatu petunjuk.

"Han! Jeonghan! Buset Lo cepet banget larinya, capek gue ngejernya," keluh Mingyu dengan napas yang menderu. Jaehyun dan Taeyong yang ikut berlari pun mengangguk setuju.

"Gue nggak minta buat diikutin. Salah sendiri kenapa ngejer gue," ucap Jeonghan tanpa penyesalan.

Jeonghan melanjutkan pencariannya hingga langkahnya terhenti pada sebuah tulisan di dinding. Jaehyun, Taeyong, dan Mingyu segera menghampirinya.

"Jeong—"

Panggilan Mingyu tersebut terhenti—

"Jeong? Tangan Lo..."

—lantaran Mingyu melihat lengan Jeonghan yang berlumuran darah dengan luka yang sedikit menganga.

___________________

"Jeonghan! Lo nggak papa!?" Nayeon, Jihyo, Yuta dan Bambam lari berhamburan ke dalam ruang inap Jeonghan.

Jeonghan sempat pingsan begitu Mingyu menyadarkan Jeonghan tentang tangannya. Mungkin karena sudah kehilangan darah terlalu banyak?

Jeonghan yang namanya dipanggil menoleh dan tersenyum kecil. Mingyu, Jaehyun, dan Taeyong yang masih menemani Jeonghan ikut menoleh ke arah pintu.

"Nggak, gue nggak papa. Cuma tadi luka aja sedikit,"

"Sedikit apanya sampe diperban begini," jawab Jihyo. "Lagian Lo abis ngapain, sih, nyampe luka sebegininya?"

Jeonghan juga tidak tahu. Ia tidak tahu, dari mana Ia mendapatkan luka sebesar itu. Jeonghan hanya mengecek mayat Johnny, lalu melihat orang misterius, mengejarnya ke atas, dan mencari-cari jejak orang tersebut.

"Eh, Lo bertiga ngikutin gue, kan, tadi?" tanya Jeonghan seraya menunjuk Mingyu, Jaehyun dan Taeyong bergantian. Mereka bertiga mengangguk kompak.

"Siapa yang paling deket sama lari gue tadi? Ada ngeliat kayak gue nabrak atau apa gitu..."

Jaehyun mengangkat tangannya. "Gue yang paling deket, dan gue tadi ngeliat ada anak kelas 10 tadi, sempet papasan. Lo nabrak dia tadi," jelas Jaehyun.

"Jadi maksud Lo adek itu yang ngelukain Jeonghan?" tebak Taeyong.

Jaehyun mengangkat bahunya. "Mungkin iya, mungkin enggak."

"Adeknya ada dendam tuh, sama Lo, Jeong. Hayolo abis Lo apain." Bambam bergurau, lantas tertawa. Jeonghan pun ikut tertawa. Ia yakin dirinya tidak pernah membuat masalah dengan junior-juniornya.

"Eh tapi Lo ngeliat apaan di atas tadi Jeong? Muka Lo kayak serem, aneh, gimana gitu bingung gue jelasinnya," celetuk Taeyong.

Jeonghan kembali teringat saat di atap tadi. "Ada tulisan, make darah, gue yakin darah punya Johnny." Jeonghan mengawali pembicaraan ini. "Tulisannya 'Sekolah. 19.30'"

"Maksudnya kita disuruh ke sekolah?" Yuta menebak.

"Jam 19.30? Ini aja dah mau jam delapan, Yut." Nayeon membantah.

"Lah ya nggak tau? Kan gue cuma nebak. Mau nyoba ke sana?"

_______________________

Pada akhirnya, mereka benar-benar pergi ke sekolah malam itu, tak peduli akan selarut apa mereka saat kembali ke rumah nanti.

Berhubung rumah sakit dan sekolah mereka tidak terlalu jauh, jadi mereka memutuskan untuk jalan kaki saja. Setelah selesai mereka akan kembali ke rumah sakit untuk mengambil mobil milik Nayeon untuk pulang kembali ke rumah masing-masing.

"Kenapa rasanya mencekam banget yak," celetuk Yuta kala mereka sedang berhenti di perempatan jalan karena lampu pejalan kaki masih menunjukkan warna merah.

Nayeon mengangguk setuju. Gadis itu mengusap lengannya. Hawanya terasa begitu dingin. Dingin yang menusuk.

Ponsel salah satu dari mereka berbunyi. Seakan tahu siapa pemilik nada dering tersebut, mereka berempat sontak menoleh ke arah Jaehyun. Jaehyun sendiri sudah merogoh saku celananya untuk melihat siapa yang meneleponnya.

"Siapa, Jae?" Tanya Taeyong.

Jaehyun langsung mundur tanpa berniat menjawab pertanyaan Taeyong. "Halo? Eunha? Kenapa?" Samar-samar mereka mendengar suara Jaehyun yang mulai sedikit menjauh.

Taeyong mengangkat bahunya. Mungkin pemuda itu sedang tidak mood untuk berbicara dengannya entah karena alasan apa. Taeyong menoleh ke arah Nayeon dan Yuta yang masih setia menunggu lampu pejalan kaki untuk berganti. Namun, ada yang mengganggu pikiran Taeyong sepergian Jaehyun yang sedang menjawab telepon itu.

Tanpa sadar pemuda ini melamun.

Hingga tanpa sadar Ia didorong oleh seseorang ke jalan. Lalu tangannya kembali ditarik ke trotoar, membuatnya selamat dari celaka.

Namun penyelamat nyawanya tersebut kehilangan keseimbangan, dan membuat dirinyalah sekarang yang ada di tengah jalan.

Semuanya terjadi begitu cepat. Mobil melaju dengan sangat kencang. Tubuhnya terbanting ke aspal dengan kencang. Darah mengalir dari badannya.

"Yu- YUTA!"

][][][

[#1] Play With Me || REVISI (95 - 00Line)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang