1.7

20.6K 2.8K 148
                                    

"...Li."

"Lili."

"Qian Lian!"

Aku tersentak ketika namaku dipanggil, ketika aku mengangkat kepalaku mama dan papa sudah sama-sama menatapku bingung, Koh Kun malah lebih-lebih bingung dari mereka.

"Kenapa sih? Dari kemarin bengong mulu," ujar Koh Kun.

"H-Hah? Kapan? G-Ga kenapa-kenapa," kataku dan mulai menuangkan sirup maple ke piringku.

"Ini ga bener nih. Masa nasi goreng kamu siram sirup maple sih? Dikira pancake apa," kata papa.

Aku menengok ke piringku dan benar saja, nasi goreng untuk sarapanku sudah bercampur dengan sirup maple.

"Kamu kenapa sih, Lili?" tanya mama.

"G-Gapapa, Ma. Udah deh aku mau pergi aja. Dadah mama, dadah papa, dadah kokoh!" kataku meninggalkan ruang makan untuk menahan maluku.

"Heh, Lili! Kamu kan berangkatnya sama kokoh!" tukas Koh Kun yang membuatku makin malu karena kebanyakan salah tingkah.

"Ga! Hari ini aku berangkat naik bis aja. Udah yah, Koh, udah telat!"

"Heh, darimananya telat?! Ini masih jam enam, Lili! Qian Lian!" teriak Koh Kun dari kejauhan dan aku makin mempercepat lajuku untuk meninggalkan rumah. Kenapa sih aku ini?!

Aku duduk termenung di halte bis sambil menunggu bis yang akan mengantarku ke halte terdekat menuju cafe tiba. Aku menendang-nendang kakiku ke udara, memikirkan hal yang terjadi kemarin.


"Kayanya saya suka kamu."


Setelah perkataan Pak Wonwoo kemarin aku langsung saja kabur dari Pak Wonwoo setelah turun dari carousel. Semuanya terlalu tiba-tiba.

Suka? Ah yang benar saja.
Apa yang Pak Wonwoo sukai dari cewek ceroboh dengan mulut tidak bisa difilter seperti aku ini?
Pak Wonwoo itu orangnya tegas, bertanggung jawab, bisa diandalkan. Berbanding terbalik dengan diriku. Sangat berbanding terbalik.

Tinn tinn


Klakson bis membuyarkan lamunanku dan segera menarikku kembali ke kenyataan. Aku segera menaiki bis dan duduk di tempat yang tersedia.

Bagaimana reaksiku ketika ketemu Pak Wonwoo nanti yah?
Ah, masa bodoh dengan reaksiku nanti. Pokoknya nanti aku ga boleh ketemu Pak Wonwoo. Jangan sampai ketemu.

Skip_

Aku terkejut bukan main ketika hal pertama yang kulihat saat masuk cafe adalah orang yang benar-benar sangat tidak aku ingin temui.
Pak Wonwoo.

Dia sibuk melihat berkas-berkas di balik meja counter kasir dengan kacamata bulatnya. Dia tidak menyadari keberadaanku, walaupun bel pintu masuk sudah berbunyi.

Kesempatan itu aku gunakan untuk diam-diam menyelinap ke ruang staff dan mengganti pakaianku. Setelahnya aku tidak keluar dari ruang staff sama sekali sampai Kak Nayoung, Kak Joshua, dan Seokmin datang.

"Kamu daritadi udah disini? Pagi banget," komentar Kak Nayoung setelah dia mengganti pakaiannya.

"Engga kok, aku juga baru dateng," bohongku.

"Masa sih baru dateng? Biasanya kamu kan datengnya barengan sama Kyulkyung dan Vernon?" tanya Kak Joshua yang baru saja mengganti pakaiannya di toilet pria. Maklum ruang staff hanya digunakan untuk ganti baju staff wanita, kalau staff pria harus ke toilet.

"Engga kok, aku emang beneran baru dateng," kataku.

"Ya udah, yuk beresin cafe sebelum buka," ajak Seokmin.

Kami berempat keluar dari ruang staff dan menyapa Pak Wonwoo—walau aku menyapanya dengan kikuk. Setelahnya kami memulai pekerjaan kami disusul dengan kedatangan Kyulkyung dan Vernon yang hampir telat.

Sesaat setelah kami membalik papan CLOSED menjadi OPEN, para pengunjung mulai berdatangan untuk sekedar menikmati secangkir kopi sebelum berangkat bekerja atau breakfast set yang kami sediakan untuk mereka yang ingin mengisi perut.

"Lian, tolong cek taplak dan peralatan makan yang baru dateng dong," pinta Seokmin.

Aku mengernyit. Taplak dan peralatan makan baru? Memangnya cafe sedang kekurangan taplak dan peralatan makan sampai harus beli baru?
Tapi aku tetap menjalankan pekerjaanku dan segera mengeceknya.

Aku mengecek satu persatu kotak yang isinya adalah taplak meja baru untuk semua meja di cafe ini. Kalau dihitung aku tidak tahu berapa banyak, tapi yang jelas banyak. Belum lagi ada peralatan makan baru, seperti piring, mangkuk, cangkir, piring cangkir, sendok, dan garpu.

"Wah, taplak mejanya ada lubang."

Aku menengok dan mendapati Pak Wonwoo sedang mengamati taplak meja yang baru dipesan memiliki lubang yang lumayan besar entah bagaimana.

"Saya belum periksa yang itu, Pak. Mau telepon pihak penjualnya?"

"Ga usah, Nayoung bisa jahit kan? Nanti kita minta tolong dia aja," katanya sambil mengamati lubang di taplak meja yang baru dipesan.

Aku kembali fokus ke pekerjaanku. Harus profesional—walau aku ga yakin bakal fokus atau ga, karena keberadaan Pak Wonwoo saja sudah cukup mengacaukan pikiranku.

"Kayanya saya suka kamu."

Ah, apalagi kalimat itu! Makin membuatku tidak fokus.

"Kamu sakit? Kok bengong?"

Aku tersentak kaget ketika suara Pak Wonwoo berbisik di belakang telingaku. Aku buru-buru berbalik dan kakiku tidak sengaja menjatuhkan kardus-kardus yang sudah kuperiksa dan kutumpuk, membuat semua isinya berantakan.
Untungnya isinya hanya sendok dan garpu, kalau sampai piring, bisa mati aku.

Aku buru-buru membereskan semua sendok dan garpu yang berserakan itu, Pak Wonwoo juga membantuku. Hingga tanpa sengaja tangan kami meraih benda yang sama.

Aku diam selama beberapa saat sebelum akhirnya menyadari tanganku dan tangan Pak Wonwoo yang saling bersentuhan. Tapi kalian tau apa bagian tergilanya? Pak Wonwoo malah menggenggam tanganku.

"P-Pak?"

"Saya liat kamu kok tadi pagi, mengendap-endap ke ruang staff," katanya masih menggenggam tanganku dan melihatnya dengan dalam sambil mengelusnya dengan ibu jarinya.

Jadi Pak Wonwoo tau kalau aku datang dan mengendap-endap? Malu!

"Saya gatau kenapa kamu begitu, saya pikir kamu ga mau ganggu saya yang lagi cek laporan keuangan. Tapi sekarang saya tau kenapa kamu begitu..." katanya dan menatapku lekat.
"Kamu menghindar dari saya yah?"

-tbc-

Daddyable | Jeon Wonwoo [BOOKED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang