0.1

56.2K 4K 235
                                    

"Lili, bangun. Telat kerja loh!"

Aku bisa mendengar suara teriakan Koh Kun dari bawah. Sumpah, suara kokoh aku itu kelewat bagus kalo cuma buat jadi toa alarmku.

Clek

"Lili, bangun. Ini udah setengah tujuh. Katanya cafe bukanya jam tujuh."

Aku langsung melek dan liat jam di nakas samping tempat tidurku. Mampus, Li, ini mah udah kelewatan ngebonya!

Tanpa babibu, aku langsung bangkit, mengambil handuk, dan masuk ke kamar mandi di dalam kamarku.

Di rumah ini hanya kamarku yang ada kamar mandi di dalam kamar. Kamar Koh Kun ga ada, jadi dia biasanya mandi di kamar mandi di lantai bawah. Berbagi bersama orangtuaku yang kamarnya ada di lantai bawah.

Singkatnya, rumahku itu dua tingkat. Lantai pertama sudah jelas ada ruang tamu, ruang makan, dapur, kamar orangtuaku, dan kamar mandi. Di lantai dua ada kamarku, kamar Koh Kun, dan ruang baca.

Segitu aja perkenalan tentang rumahku. Yang jelas sekarang aku beneran telat ini!!

●■●

Aku langsung lari secepat kilat menuju halte bus setelah berpakaian seadanya, hanya berlapiskan celana jeans dan sweater rajut pink. Lalu berdandan—aku bukan tipe cewek yang suka dandan, jadi cuma poles bedak aja. Itu juga bedak bayi sih. Ga lupa pamit sama orangtuaku dan Koh Kun.

Saat aku sampai di halte, busku datang tepat waktu. Aku langsung naik dan duduk sambil mengigiti kukuku, kalau panik aku memang suka menggigiti kukuku.

Ponselku berdering ketika ada panggilan masuk.

Kokoh💞
Accept✔ | Decline❌

Accept✔

"Halo, Koh?"

"Kamu udah naik bus?"

"Udah. Nih baru naik. Kenapa?"

"Kamu dipanggilin sama kokoh
daritadi malah lari aja."

"Lah emang kenapa, Koh?"

"Kan kita biasanya berangkat
kerja bareng. Kokoh yang anterin
kamu. Gimana sih?"

Aku menepuk jidatku. Astaga kok bisa aku pikun begini? Efek buru-buru dan telat nih.

"Kebiasaan deh Lili mah."

"Maaf yah, Koh, hehe.
Berangkat kerja sana. Entar telat."

"Engga dong. Kan masuknya jam
delapan hehe. Ya udah, kamu hati-hati."

"Iya. Kokoh juga."

Skip_

Sesampainya di cafe, aku langsung meminta maaf pada Vernon, Kak Nayoung, dan Kyulkyung—teman karyawanku. Cafe tempatku bekerja baru mempekerjakan empat pegawai, sialnya belum ada pegawai baru. Pinggang kami berempat selalu encok setiap hari. Karena cafenya selalu ramai.

"Lian, kok tumben telat? Kamu kesiangan?" tanya Kak Nayoung.

"Atau kokoh kamu ga bangunin kamu?" tanya Kyulkyung.

"Atau kamu udah bosen kerja disini makanya ditelat-telatin biar dipecat?" tanya Vernon.

"Heh, mulutnya jaga!" kata kami bertiga. Vernon cuma garuk-garuk kepala aja sambil masang muka tablonya.

Aku langsung ke ruang staff, menaruh tasku diloker, mengganti pakaianku, dan mengikat rambutku. Aku segera keluar dan membantu mereka bertiga bekerja.

Clingg

Bel pintu cafe berbunyi nyaring setiap ada pelanggan yang datang. Bahkan baru berbunyi sedetik yang lalu, detik berikutnya sudah berbunyi lagi. Pokoknya cafe ini selalu ramai. Malah cafe ini dua lantai+balkon lagi, makin encok deh pinggang kami berempat turun naik tangga.

Untungnya udah biasa kerja kaya gini.

"Lian, gantian sebentar sama aku yah. Aku mau makan," kata Vernon.

Aku melirik jam dinding dan benar saja, sudah mendekati waktu makan siang. Tadi perasaan masih jam 07.35. Waktunya cepat sekali.

Aku mengacungkan jempolku dan mengambil alih nampan berisi pesanan pengunjung yang ada di tangan Vernon.

"Selamat menikmati," ujarku.

"Owner Jeon belum datang yah?" tanya pelanggan wanita itu padaku.

Waduh, mulai lagi deh virus addicted bosku beraksi. Sebenarnya alasan cafe ini ramai pengunjung karena owner cafe aku itu ganteng banget!

Emang yah kalo orang ganteng itu selalu dicari di setiap kesempatan.

Cling

Hm, panjang umur tuh si Pak bos.

"Saya permisi dulu," ujarku setelah fokus pelanggan wanita itu tertuju pada bosku.

"Lian-eonnie~~!"

Aku merasakan ada yang memeluk kakiku, aku menunduk dan mendapati seorang gadis kecil berambut panjang hitam legam tengah tersenyum manis kearahku.

Aku mengelus rambutnya penuh sayang. "Gimana sekolahnya hari ini, Em?"

Em—tepatnya Jeon Emma Jewelry. Putri semata wayang dari bos gantengku, Jeon Wonwoo. Usianya belum sampai kepala tiga kok, tapi sudah menduda dan jadi wirausahawan sukses.

Pak Wonwoo itu tipe ideal semua para kaum hawa. Duda juga termasuk tipe ideal cewek jaman sekarang yah kayanya?

"Wonwoo-sshi, saya mau bicara boleh?" tanya pelanggan wanita itu ke Pak Wonwoo.

"Bicara apa?" tanya Pak Wonwoo, niatnya mungkin ramah tapi mukanya datar jadi kesannya kaya ga tertarik.

"Boleh bicara berdua? Di ruangan anda?"

"Di ruang staff gapapa? Saya gamau ada pengunjung masuk ke ruangan saya kalau bukan melayangkan kritik dan saran."

Nah ini baru ga tertarik beneran. Gaya ngomong Pak Wonwoo itu susah dimengerti. Makanya harus terbiasa sama dia. Aku udah kerja disini sekitar dua tahun, jadi paham.

"Emma, taruh tas dulu di ruangan daddy, oke?" kata Pak Wonwoo ke Emma sambil senyum. Dia senyumnya ke Emma doang, ke yang lain engga.

Emma menggangguk.

"Lian, temenin Emma."

"Siap, Pak."

Pak Wonwoo sama pelanggan wanita itu masuk ke ruangan staff. Jalannya mereka berdua cepet banget, kaya flash.

"Yuk," ajakku ke Emma untuk menaruh tasnya di ruangan Pak Wonwoo.

Karena ruangan Pak Wonwoo ada di samping ruang staff, aku sekilas mendengar ucapan Pak Wonwoo.

"Saya ga tertarik untuk jadi pacar ataupun pendamping hidup kamu. Hubungan kita hanya sebatas owner cafe dan pelanggan."

Ini mah kelewatan dinginnya.

-tbc-

Ini dia part 0.1 nya gaes.
Vomment juseyo🙏

Daddyable | Jeon Wonwoo [BOOKED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang