0.7

23.8K 3K 190
                                    

Lian Pov

Cafe kembali sibuk lagi. Kami berenam harus bolak-balik ke dapur dan ke meja pelanggan, bekerja ekstra cepat, bahkan harus berlarian kesana kemari.
Dunia orang dewasa memang melelahkan. Rasanya aku mau kembali jadi bayi saja.

Clingg

Bel pintu cafe berbunyi, tanda ada pelanggan yang datang. Sosok Emma muncul—

—Tapi siapa cowok asing yang bersamanya?

Belum sempat aku menghampiri Emma dan cowok asing itu. Kyulkyung yang berada di dekat pintu cafe sudah lebih dulu menyambar lengan Emma dan menyembunyikannya di belakangnya.

"Kamu siapa? Penculik yah?" tanya Kyulkyung sambil bersiap dengan nampan kosong ditangannya sebagai senjata.

"Hah? Penculik apanya? Aku ini yang jemput Emmi di sekolah gara-gara si brengsek—AW! AW!"

Kyulkyung langsung memukuli cowok asing itu dengan nampan kosong ditangannya hingga cowok asing itu mengaduh-aduh kesakitan.

"Dasar penculik! Namanya itu Emma tau, bukan Emmi! Kamu penculik kan? Ayo ngaku!"

"Aduh! Aduh! Hei, cewek gila! Aku ini temannya bosmu! Salahin si brengsek itu nyuruh aku jemput anaknya padahal dia gatau kemana!"

Ini cowok siapa sih? Masa manggil Pak Wonwoo brengsek? Seberani itu dia?

Pertengkaran mereka menjadi tontonan seru seluruh pengunjung cafe yang melihatnya. Namun pertengkaran itu harus terhenti karena Emma menarik lengan kemeja Kyulyung.

"Eonnie, ini Om Mingyu. Temannya daddy."

Kyulkyung menengok bergantian ke arah Emma dan cowok bernama Mingyu itu. "Beneran, Em? Om buluk ini temennya Pak Wonwoo?"

"Hei! Siapa yang buluk? Dasar cewek zombie!"

Kyulkyung mendelik. "Cewek zombie? Dasar buluk!"

"Aku ga buluk! Kamu tuh kaya zombie! Kulit pucet kaya mayat hidup!"

"Udah deh stop," kataku menghampiri mereka berdua lalu mengambil ahli dua tas Emma yang ada di tangan Om Mingyu.

"Om kan udah tua, harusnya ngalah sama yang muda. Lagian ga malu apa berantem kaya anak SD?" tanyaku.

Om Mingyu langsung melotot padaku. "Om? Tua? Kaya anak SD? Hei! Emang Wonu ga ngajarin sopan santun ke pegawainya? Jangan mentang-mentang aku seumuran Wonwoo, aku dibilang tua!"

Aku menutup telingaku karena Om Mingyu berteriak. Sumpah suaranya tuh nyakitin telinga banget. Aku mengabaikannya dan membawa Emma ke ruangan Pak Wonwoo.

Tidak lama setelahnya, Om Mingyu justru masuk ke ruangan Pak Wonwoo dan tiduran di sofa. Emma naik diatas tubuh Om Mingyu dan asyik bercanda. Kalau seperti ini dia tidak terlihat seperti seorang penculik.

"Hei, nama kamu siapa? Cian Lian?" katanya dengan mata menyipit, membaca namaku di nametag yang kupakai.

Aku menghela nafas dan memutar kedua bola mataku malas. Sedangkan Emma hanya cekikikan.
"Qian Lian. Bukan Cian Lian."

"Qian? Jangan bilang kamu adiknya si Cina itu. Si Kun."

Aku mengerjapkan kedua mataku bingung. Dia tahu darimana? Terus kenapa harus dipanggil "Si Cina" coba? Mentang-mentang kami ada keturunan Cina.

"Om siapanya Koh Kun?" tanyaku.

"Temen kantor."

"Kok Om ga kerja? Om bolos yah? Jangan sering-sering bolos deh, Om. Nanti kalo pengangguran susah nyari kerjanya loh."

"Kamu mau gaji kakak kamu aku potong gara-gara mulut tanpa remmu itu? Yang punya perusahaannya itu aku!"

Aku langsung menutup mulutku rapat-rapat. Mampus Li, sekarang Koh Kun bisa kena masalah gara-gara mulutmu!

●■●

Wonwoo Pov

Aku menatap acara tv dengan malas, tidak ada acata tv yang bagus. Sedangkan Ayah sibuk membaca koran.

Setelah mengantar Emma ke sekolah, aku langsung pergi ke rumah orangtuaku di Incheon. Tidak lupa aku menelpon Mingyu untuk menjemput Emma dan mengantarkan ke cafe, karena aku tidak akan punya cukup waktu untuk itu.

"Hyung, kau harus datang ke acara kelulusanku nanti," Jungkook langsung duduk disampingku setelah dia selesai membantu Ibu di dapur untuk membuat cookies.

"Acara kelulusan? Memangnya kau sudah mau lulus?" tanyaku.

Jungkook memutar keduanya malas.
"Memangnya aku kelihatan bodoh banget sampai hyung lupa umurku sudah 22 tahun? Aku sudah skripsi!"

Aku terkekeh.
"Iya, iya, hyung pasti datang ke acara kelulusanmu dengan Emma, Kookie."

"Berhenti memanggilku dengan sebutan itu, hyung!"

"Wonu, kenapa tidak ajak Emma hm?" tanya Ibu yang baru saja keluar dari dapur dan membawa sepiring cookies buatannya yang baru saja matang.

"Dia kan sekolah, Bu. Weekend nanti kuajak kesini," ujarku.

Kami berempat berkumpul diruang tamu sambil menonton acara tv yang entah apa itu seperti layaknya sebuah keluarga. Tentu saja tujuanku datang kesini bukan untuk menikmati waktu keluarga seperti ini. Ada hal lain.

"Bu, kata Emma, Ibu menelpon tadi? Ada apa?" tanyaku basa-basi, walaupun aku sudah tahu kemana arah pembicaraan ini.

"Oh, Emma sudah bilang. Kamu tau kan maksud Ibu apa?" tanya balik Ibuku.

Aku memakan cookies buatan Ibu dengan santai. "Tidak."

Atmosfer di ruang tamu mulai berubah karena aku dan Ibu. Bahkan Jungkook mulai mengambil remote tv dan mengganti-ganti channel tv secara random.

"Cukup basa-basinya, Wonu. Ibu tau kamu mengerti maksud Ibu," kata Ibu sambil menatapku. "Apa susahnya menikah lagi?"

Aku menghela nafasku. Pembicaraan paling kubenci adalah topik pernikahan. Kenapa semua orang selalu memaksaku menikah? Memang apa bagusnya menikah jika pada akhirnya harus bercerai juga?

"Apa susahnya membiarkanku mengatur hidupku sendiri?" tanyaku balik.

"Empat tahun, Bu. Butuh waktu empat tahun bagiku untuk memperbaiki hidupku lagi. Ibu lupa bagaimana wanita itu meninggalkanku dan Emma saat dia masih tiga tahun? Jangan paksa aku menikah lagi, aku sudah tidak tertarik."

"Wonu, ini juga—"

"Ini bukan untuk kebaikanku. Ga ada hal baik yang datang lewat pernikahan," potongku.

-tbc-

Daddyable | Jeon Wonwoo [BOOKED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang