1.2

21.6K 2.7K 98
                                    

"Kamu lagi nga—Uhuk! Uhuk!—pain?"

Aku menengok ke arah Pak Wonwoo yang sedang berada di balik meja pantry dan menuang air.

"Masak sarapan, Pak," kataku yang fokus pada kegiatan memasakku.

Semalam aku benar-benar menginap disini. Aku tidur di sofa. Tadinya memang disuruh tidur dikamar tamu, tapi aku ga enak, jadi aku memutuskan tidur di sofa.

Aku sudah telepon ke rumah kok. Walaupun Koh Kun marah besar padaku karena menginap di apartemen Pak Wonwoo.
Berbeda dengan mama dan papa, mereka setuju-setuju saja. Asal bisa jaga diri katanya.

"Buat sarapan apa?" tanya Pak Wonwoo.

"Di kulkas ada sayur, jadi saya buat salad. Terus buat bekalnya Emma saya bawain salad sama tumis daging."

"Sarapan cuma salad?" tanya Pak Wonwoo dengan efek suara batuk-batuknya.

"Bapak itu lagi sakit tenggorokan, jadi ga boleh makan yang berminyak. Oh, saya ga bermaksud buat ceramahin bapak, cuma kesehatan itu penting. Kalau ga sayang diri, nanti bapak malah—"

"Iya, iya. Saya juga gamau protes kok, Lili," potong Pak Wonwoo.

Aku menghentikan aktivitas memasakku dan menengok ke arah Pak Wonwoo yang baru saja menyelesaikan aktivitas minum airnya dan duduk di lantai ruang tamu sambil membaca koran.

Aku menghentikan aktivitas memasakku dan menengok ke arah Pak Wonwoo yang baru saja menyelesaikan aktivitas minum airnya dan duduk di lantai ruang tamu sambil membaca koran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tadi ... Pak Wonwoo memanggilku "Lili"? Ga salah? Apa telingaku mulai kehilangan fungsinya?

"Eonnie! Sarapannya apa?" tanya Emma ceria dengan rambut kuncir duanya yang bergoyang-goyang mengikuti langkah riangnya.

"Salad, Em," jawabku lalu meletakkan dua mangkuk salad di meja makan makan. "Pak, sarapan dulu."

Pak Wonwoo menutup korannya dan menuju meja makan. Berbeda dengan Pak Wonwoo yang langsung makan sarapannya, Emma justru memainkan makanannya.

"Em, kenapa tidak dimakan?" tanyaku.

Emma menggeleng. "Aku ga suka sayur."

"Emma emang ga suka sayur. Saya pernah buatin dia sayur, tapi ga dimakan. Dia cuma bisa makan brokoli dan wortel, sayur lain tidak bisa," ucap Pak Wonwoo.

Aku memutar otakku. Masalahnya salad buatanku ini isinya ada daun selada dan jagung, lalu disiram dengan mayonaise.

"Em, daun selada sama jagung enak loh kalau dicampur roti dan saus tomat."

Emma menatapku. "Emang iya, eonnie?"

"Iya. Jadi sandwich," kataku lalu segera menuju dapur dan mengambilkan dua lembar roti, sebotol saus tomat, dan sebuah pisau.

Aku lalu menuang semua isi dari mangkuk salad itu ke roti, menuangkan saus tomat, dan menutupnya. Tidak lupa memotongnya menjadi dua bagian menggunakan pisau yang aku bawa.

Emma menatapnya dengan ragu sebelum akhirnya menggigitnya. Aku menunggu reaksinya, berhasil tidak yah?

"Eonnie, enak!"

Aku bernafas lega. Untung berhasil.
"Besok harus biasa makan sayur yah, Em," kataku sambil mengelus-elus rambut Emma.

Emma mengangguk penuh semangat sambil mengunyah rotinya dengan lahap.

"Yuk, ambil tasnya. Kita be—Uhuk!—rangkat."

"Ga boleh," cegahku. "Bapak ga boleh keluar, biar saya aja yang anter Emma sekolah sekalian saya pulang buat mandi. Nanti saya kesini lagi."

"Kamu ngapain kesini lagi?" tanya Pak Wonwoo.

"Saya harus awasin bapak. Soalnya kalau ga diawasi bapak pasti pergi ke cafe padahal masih sakit. Soalnya Vernon sama Seokmin lagi flu. Nanti virus penyakitnya makin banyak."

"Jadi maksud kamu saya virus penyakit?" tanya Pak Wonwoo.

"Nah, iya—Eh! Engga! Maksudnya ga gitu!"

Lian kebiasaan ah mulutnya!
Wahai mulut, kenapa dirimu sulit sekali untuk difilter?!

"Daddy, aku pergi sama eonnie aja. Daddy kan lagi sakit," ujar Emma.

Makasih yah, Emma.
Kamu sudah menolongku dari akibat mulutku yang susah difilter ini.

"Kami pergi dulu yah, Pak," kataku. Pak Wonwoo hanya merespon dengan anggukan dan melambaikan tangannya pada Emma.

Saya ga dikasih lambaian tangan gitu, Pak?

●■●

Aku dan Emma turun dari bis dan berjalan ke sekolah Emma yang tidak begitu jauh dari halte bis.

Saat memasuki gerbang sekolah, banyak teman Emma yang menyapanya. Emma ternyata punya banyak teman, kukira sikap dingin Pak Wonwoo akan menurun ke Emma, untungnya tidak.

"Emma, kok ga sama daddy?" tanya seorang Ibu dari teman Emma.

"Daddy lagi sakit, Tante."

"Yaampun. Cepat sembuh yah. Ngomong-ngomong ini siapa, Em?"

"Oh, ini Lian eonnie. Pegawai di cafe daddy."

Tante-tante itu menatapku. "Hai, namaku Yeonwoo. Aku tantenya Naeun," ujarnya sambil mengulurkan tangannya padaku.

Aku menjabatnya dan tersenyum padanya. "Namaku Lian. Salam kenal."

"Kamu mau kerja kan? Biar aku aja yang anter Emma. Kebetulan Emma sekelas sama Naeun."

Aku menengok ke arah Emma dan Emma mengerti arti tatapanku. Dia mengangguk, tanda setuju.

"Eonnie pergi dulu yah. Nanti eonnie jemput. Jam 12 kan?"

"Iya, eonnie. Hati-hati yah, eonnie," ujar Emma dan melambaikan tangannya padaku.

Aku pun membungkukkan badanku kepada Tante Yeonwoo lalu segera pergi menuju halte untuk menuju rumahku.

House_

Aku membuka pintu rumah dan melepaskan sepatuku lalu menaruhnya di rak sepatu.

Baru saja kulangkahkan kakiku untuk menaiki tangga menuju kamar, suara menggelegar Koh Kun sudah menginterupsiku.

"KAMU NGAPAIN AJA DISANA HAH? KENAPA JAM SEGINI BARU—Hachi!—PULANG?!"

Mampus, Li.
Bakal diceramahin sampe besok pagi.

-tbc-

Daddyable | Jeon Wonwoo [BOOKED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang