03: Selalu saja

176 4 2
                                    

"Jika hati bisa memilih ke siapa ia mencintai, aku tak akan menyelipkan namamu di dalam pilihannya."

☆☆☆

Pagi hari, Alana sudah siap dengan sepeda yang ia tumpangi untuk ke sekolah. Hari ini ia terlihat sangat ceria,  dengan headset yang melantunkan lagu 2002 Anne-Marie dan senyum yang manis masih setia  di bibirnya.

Jalanan pagi ini sudah begitu ramai, para pekerja atau anak sekolah sudah memadati jalanan. Namun Alana menikmati itu, ia senang tak merasa sendirian lagi. Karena sebagai anak tunggal dan kesibukan orang tuannya membuatnya selalu kesepian dirumah.

Setelah memarkirkan sepedanya, Alana  mengambil susu kotak di tasnya dan langsung meminumnya. Saat berada di lorong menuju kelasnya, tatapan mata orang orang tak membuat Alana merasa risih, ia tetap berjalan tanpa memperdulikan sekitarnya.

Alana memasuki kelas, dan melihat seseorang yang masih setia berada di hatinya. Ia ingin menghampirinya, namun langkahnya terhenti, saat melihat Dinda berjalan menghampiri cowok itu sambil membawa roti ditangannya. Cowok itupun menyambutnya dengan senyuman yang sangat sulit Alana dapatkan.

Dengan langkah gontai, Alana berjalan ke kursinya. Dan tiba tiba....

Bruk......

"Awhhh, sakit Rizky." Teriak Alana. Ya, ia terjatuh saat ingin menduduki kursinya, namun dengan sengaja Rizky menarik kursi itu membuat Alana terjatuh.

"HAHAHAHA, MASAK SAKIT SI? LEMAK LO KAN BANYAK, HARUSNYA GAK KERASA."

Dengan menahan air matanya, Alana berdiri sambil membenarkan bajunya. Dan memberanikan diri menatap Rizky.

"Salah gue apa sih ky?"

"HAHAHA, LO GAK SALAH KOK GUE CUMA KASIAN AJA SAMA KURSINYA BAKAL DIDUDUKIN SAMA LO." Alana hanya bisa diam, tangannya sudah mengepal menahan emosinya.

"HEH, NA LO TU..."

"RIZKY, LO APA APAAN SIH." Bentak seseorang di belakang.

"Wehh, Alvin ini loh gue barusan habis nyelametin kursi dari bencana."

"OTAK LO DIMANA SI ??" Bentak Alvin membuat Rizky diam, dan memilih pergi dari kelas. Sedangkan Alana sudah meneteskan air matanya. Kenapa ia selalu saja mendapatkan  bullyan, apakah dirinya seburuk itu. Ia butuh dihargai, kenapa ia selalu dipandang sebelah mata. Apakah orang gendut tak berhak bahagia?

Dengan cepat Alvin menggenggam tangan Alana dan menenangkan gadis itu.

"PAGI PAGI UDAH BUAT DRAMA AJA LO." Sindir Seseorang yang sekarang sedang menikmati roti pemberian temannya.

☆☆☆

Mood Alana benar benar hancur, sudah beberapa cara Rara lakukan untuk membuat mood Alana membaik, seperti membuat lelucon kecil, melihatkan abs oppa yang terbaru. Namun Alana tetap diam seribu bahasa.

"Na, nanti kalau diem mulu, babang Tegar diambil orang lo." Ucap Rara membuat Alana mengalihkan perhatiannya dari buku novel yang ia baca.

"Hemm Ra, apa gue kudu diet ya? gue gendut banget ya?" Ucap Alana nada putus asa.

"Menurut gue tu enggak, lo cuma berisi bukan gendut Alana."

"Sama aja, apa ini ya, yang buat Tegar gak pernah bales perasaan gue?"

"Huss, pikiran lo, dia itu cuma kurang peka sama sekitarnya. Dia bakal nyesel kok g udah sia siain  lo kayak gini. Percaya sama gue."

"Hemm, semoga. Makasih ya Ra lo emang sahabat gue paling the best." Ucapnya sambil memeluk sahabatnya itu.

"Jelas Rara gitu lohhhh, hahahaha." Merekapun menjadi saling tertawa  meskipun di dalam hati Alana masih sangat gelisah.

Tbc.

Makasih semuanya 🖤🖤

GARLA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang