07 : Malam yang indah

229 7 6
                                    

"Lo mau ikut gue engga ?" Tanya Cowok itu sambil melihat Alana yang sedang menetralkan detak jantungnya.

"Kemana??" Jawab Alana tanpa menatap cowok disampingnya.

"Gue laper, pengen makan sate ayam."

"Lah terus? Tinggal masuk sana gar, makanan banyak."

"Gue ga suka, lo kelamaan deh, ikut apa engga nih? Yakin berani sendirian disini?" Memang benar kan dari tadi Alana memang berada di taman ini sendirian. Namun kenapa sekarang hawanya berubah menjadi tidak enak.

"Yodah ikut deh. Naik apa ?"

"Jalan kaki aja." Ucap Tegar sambil berdiri dan berjalan menuju gerbang keluar. Alana yang menggunakan heels berusaha untuk menyeimbangkan langkahnya dengan Tegar, namun nihil ia terkilir dan berujung terjatuh yang sangat memalukan.

"Awhhh," rintih Alana, ia pun meluruskan kakinya, dan memijatnya pelan. Tegar yang mendengarnya pun segera berbalik badan dan berjalan mendekati Alana.

"Lo ceroboh banget sih, Ga usah kebanyakan gaya makanya pake ginian." dengan membantu melepaskan heels setinggi 7 cm itu. Alana hanya menatap Tegar yang sibuk memarahinya, hatinya senang, sangat senang. Jika ia boleh memilih, ia lebih menyukai Tegar yang memarahinnya daripada mendiamkannya.

"Duduk ke situ lagi aja, bisa berdiri enggak?"

"Sakit..." tak disangka Tegar membantu Alana berdiri dan memapahnya. Tangannya merengkuh pinggang Alana, lengan Alana pun merangkul Tegar. Jangan tanyakan detak jantung Alana yang sekarang sedang berdangdutan di dalam.

"Lo tunggu sini, gue cari es batu ke dalem." Tak lama ia kembali dengan membawa es batu yang di balut kain ditangannya.

"Ya tuhan, apa ini mimpi? Jika iya aku tak ingin bangun saat ini." Batin Alana. Tanpa sadar air mata Alana jatuh ke pipi gembilnya.

"Lo nangis?" Namun Alana hanya diam, ia hanya masih tak percaya dengan semuanya.

"Nangis gue tinggal nih,"

"Ehh, iya engga, jangan tinggalin gue." Dengan cepat ia mengusap air matanya.

"Garr, makasih ya."

"Hmmm...."

"Udah sini gue aja." Dengan berusaha meminta es batu yang sedari tadi Tegar tempelkan di kaki kirinya.

"Gakkk, lo diem aja."

"Kamu gak jadi beli sate? Kan kamu laper." Namun cowok itu tetap diam dan masih fokus pada kaki Alana, gadis itu pun masi menatap wajah tampan cowok itu.

"Na, lo sesuka itu sama gue?"

"Haa, maksudnya?"

"Ga usah sok ga ngerti gitu, lo kenapa bisa suka sama gue sih?" Jawab Tegar dengan menatap Alana.

"Aku engga suka, tapi sayang. Dan aku engga tau kenapa aku bisa sesayang ini dan secinta ini sama kamu. Kalau aku pake alasan artinya itu bukan cinta kan? Tapi obsesi." Namun seketika Alana menutup mulutnya karena menurutnya ia terlalu berlebihan.

"Eh sorry, gue engga..."

"ALANA???" Suara berat itu menghentikan ucapan Alana.

"Alvin? Ngapain lo disini?"

"Gue juga ikut mama kesini, terus ketemu sama Om Bram, terus disuruh nyariin lo." Jelas Alvin panjang lebar. Saat ia melihat ada sesuatu yang aneh karena ada cowok yang berjongkok di bawah Alana sambil mengompres kaki gadis itu.

"Lah ada lo gar?? Kaki lo kenapa al?"

"Keseleo tadi." Jawab Tegar sambil berdiri.

"AL...." ucap Alvin sambil menatap jengah Alana yang selalu ceroboh. Yang ditatap hanya tersenyum tak punya dosa.

"Yaudah yuk sini, pegangan gue." Tawar Alvin.

"Garr, thanks." Sambil menepuk pundak cowok itu.

"Emmm makasih ya gar."  Ucap Alana Dengan  tangan yang sudah merangkul pundak Alvin dan berjalan meninggalkan Tegar. Tanpa disangka cowok yang sering mengacuhkan Alana mengucapkan sesuatu yang membuat lengkungan indah di wajah gembil Alana.

"Cepet sembuh Al."

Demi tuhan, Alana tak akan melupakan  malam yang indah ini. 

Tbc.

Makasih yang udah baca GARLA huhuhu 😘😘

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 25, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GARLA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang