IV

34 6 0
                                    

Hari-hari Joe dijalani dengan penuh rasa benci dan sepi. Tiap hal dalam hidupnya dianggap sebagai hal yang sia - sia.
Hari ini sama seperti biasanya,  Joe berangkat dengan motor merahnya yang selalu kinclong.( kampret...  Hari  ini gue bakal belajar sama pak Harman guru sastra bangsat.)
Tiga jam pelajaran dengan pak Harman terasa setahun bagi Joe. Dua jam pelajaran Joe habiskan untuk tidur. Tiba - Tiba terdengar kebisingan,  Saat Joe membuka mata ternyata seorang cewek aneh dengan wajah manja telah duduk di sampingnya.
Dengan paras sok ramah ia tersenyum padaku dan mengulurkan tanganya " hai aku Embun,  senang bertemu dengan mu "aku tak menggubris keramahan cewek aneh itu ( hhhhh....., berisik lu)
" dasar monyet jumanji"
" apa lu bilang?  Lo pikir gua ngak dengar?( dasar cewek manja)"
Bel istirahat berbunyi,  Joe lega setelah pelajaran sastra yang dulu sangat ia sukai berakhir. Joe lebih memilih menyendiri di taman sambil mendengarkan musik,  tak seorangpun yang berani mengganggu Joe,  apa lagi setelah perkelahianya dengan Doni.
Berbeda dengan Embun,  ia begitu bahagia,  karena  sekelas dengan Rebeca sahabat barunya.  Saat di kantin Embun bertanya  banyak hal pada Rebeca,  termasuk cowok kasar yang sebangku dengannya.
" oh iya,  gua mau nanya,  cowok kasar yang duduk di sebelah gua tadi namanya siapa?"
" oh,  itu namanya Joe,  dulu dia siswa terkeren yang ada si SMA, dia anak sastra yang punya banyak puisi indah,  tapi semua berubah Saat saudara perempuanya meninggal karena kecelakaan, Sejak Saat itu ia berubah jadi cowok kasar,  pendiam. Jangan- jangan lo suka sama dia? "
" Amit - Amit banget gua suka sama cowok kasar kayak dia"
Bel masuk mengakhiri percakapan panjang Embun tentang sosok Joe yang mengerikan. Setelah masuk kelas Joe masih sama seperti tadi, tetap dengan diamnya tanpa menghiraukan Embun yang berusaha ramah padanya.
( oh Tuhan.... cairkanlah hati monyet Jumanji ini, tapi kalo diliat-liat lagi dia lumayan,  tinggi, putih, rapi, trus dia juga wangi. Ia punya mata tajam dan hidung yang indah.  Astaga sadar Embun dia ngak lebih dari monster yang menjelma seperti manusia kayak di film -film.)
Semua khayalan ku hancur Saat Bu Rose  guru kimia memanggil namaku, " Embun...Embun...."
Kerena kaget aku langsung berdiri,  seluruh kelas heboh menertawaiku " maaf bu,  saya cuman lagi bayangin monyet Jumanji"
Sambil tertawa Bu Rose menggelengkan kepalanya " ibu ngak nanya kamu lagi apa,  ibu cuman mau ngambil absen lain kali jaagan terlalu sering ngayal ya."
" dasar cewek aneh"
Sekolah telah berakhir , seperti biasa aku selalu dijemput papa , tapi apa boleh buat, papa  punya pikiran aku ini masih terlalu kecil dan tak tau apa-apa. Memang sih aku punya tubuh mungil dengan tinggi 157cmdan berat 43kg. Itukah alasan mama dan papa bersikap berlebihan padaku.
Pulang sekolah papa mengajakku menemani mama di butik, tak banyak yang dapat aku lakukan , hanya. Bermain gadjet dan melirik kesana sini. Papa harus kembali ke kantor karena masih ada urusan dan akun terpaksa di butik,  karena tidak ada orang di rumah.
Saat telah sore mama dan aku Pulang dan papa Pulang sebelum solat isya.  Saat papa pulang kami langsung makan malam bersama. Sat makan mama menanyakan hari pertamaku di sekolah baru . Sebenarnya aku sangat benci menceritakanya , tapi apa boleh buat , mama dan papa paling tahu kalu aku bohong atau tidak.
"  giman sekolahnya tadi?"
" enak  tapi asal papa tau ya Embun tu sebangku sama cowok aneh yang tingkahnya kayak monyet Jumanji,  pokoknya hhhh, Embun gak suka ngeliatnya."
"  mungkin dia kayak gitu karna dia belum tau seberapa cantik dan baiknya Embun mama"
" mudah - mudahan aja kayak gitu ya ma,  Embun ke kamar dulu ya ma,  pa"
Sebelumtidur aku berdoa pada Tuhan mencairkan hati monyet Jumanji yang menyebalkan itu,  semoga ia bisa jadi teman yang baik kayak diHight Shcool Love On dan semiga aja besok akan jadi Hari yang indah dan menyenangkan bagiku. Aku berharap aku bisa jadi yang terbaik di sekoalh baruku, dan all about best.



Takdir punya kisahnya sendiri untuk menyatukan langit dan bumi,  begitupun dengan Embun yang selalu memberi kesejukan pada kabut.

Kabut dan EmbunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang