Setelah puas jalan jalan sore. Hanna terlihat kelelahan, dia duduk di tepi ranjang sembari mengoleskan minyak kayu putih di tubuhnya. Rasa pegal mulai menjaalr ditubuhnya. Kebiasaan kalau lelah pasti itu yang Hanna lakukan.Andra, sudah berbaring di ranjang sejak beberapa menit setelah sampai rumah. Jalan sore keliling kota Boyolali agaknya membuat beban Hanna tentang Hanni dan juga bapaknya sedikit terangkat. Hanna tampak bahagia.
"Ngelamun apasih? Aku liat dari tadi kamu diam aja" tiba tiba tubuh Hanna dipeluk dan juga bisikan itu membuat Hanna kaget. Bagaimana bisa, beberapa waktu lalu ia melihat suaminya tidur pulas tapi sekarang sudah memeluknya sembari bergumam tidak jelas. Kebiasaan jika lelah. Atau memang Andra sebenarnya tidak tidur?.
"Habis balurin minyak mas, pegel semua badanku. Capek ya jalan jalan naik motor" jawab Hanna sambil mengelus lengan kokoh yang sekarang memeluknya erat dari belakang. Kepala Andra sengaja di sandarkan di bahu istrinya. Hanna paham kalau sudah begini, artinya Andra ingin dimanja.
"Yang, aku kangen" bisik Andra parau. Hanna paham, kangen versi Andra adalah kangen berhubungan suami istri.
Selanjutnya Hanna sama sekali tidak bisa menolak ketik ciuman Andra sudah bersarang disekitar leher dan telinganya, titik sensitif seorang Hanna. Sudah bisa diprediksi kalau mereka pasti akan pergi kesurga dunia bersama.
"Aku mencintaimu Hann... Sangat" gumam Andra sebelum jatuh tertidur.
Hanna diam, ditatapnya wajah sang suami lekat lekat. Tangannya mengusap kening yang tampak berpeluh.
Hanna mendekat, dikecupnya kening itu lembut.
Hanna tidak bisa berkata apa-apa kalau Andra sudah begini. Ungkapan rasa cintanya yang selalu Hanna dapatkan dari pria baik yang kini memeluknya. Hanna tersenyum, tidak menyangka akan berakhir dengan Andra.
Kalau saja dulu Andra tidak menolongnya mungkin sekarang Hanna hanya tinggal nama. Hanna sudah pasti akan mengakhiri hidupnya, mengingat kejadian 8 tahun lalu yang begitu menyakitkan.
"Terima kasih Mas. Aku janji, aku nggak akan kemana mana" gumam Hanna sebelum jatuh tertidur juga.
***
"Kenapa sih Hann? udah jangan kayak gitu,
. Nggak enak dilihat tau" usapan hangat di jemari Hanna menyentaknya kembali kedunia nyata. Sejak tadi keluar dari pekarangan rumah orang tuanya,Hanna hanya diam tanpa mau membuka pembicaraan, Andra sendiri sedang memberikan waktu untuk Hanna, tapi melihat istrinya yang justru murung membuatnya tidak tahan untuk menyapanya juga."Bapak masih belum maafin aku Mas" gumamnya lirih.
Acara pamitan tadi cukup menguras emosional, ketika Inna yang bersikeras melarang Andra membawa pulang Hanna secepat mungkin, bahkan acara sahur pertama masih sehari lagi. Hanni yang memang tidak suka dengan Hanna justru tersenyum senang dengan keputusan Andra. Inna menangis sesenggukan. Anda berjanji tahun ini mereka akan pulang lagi untuk berlebaran.
Sampai sebuah kalimat yang Abdullah katakan membuat Andra semakin yakin untuk membawa Hanna pergi cepat cepat. Rencana untuk berlebaran di sana pun membuat Andra jadi ragu.
"Kalian bisa pergi, tanpa harus repot kesini untuk menengok. Lebih baik tidak usah datang kalau buat ribut seperti ini" saat itu Andra sudah akan membalas ucapan sang mertua ketika tangan mungil istrinya menggenggam lengan kokohnya sambil berbisik "Udah, jangan dijawab". Meskipun harus sekuat tenaga menahan air mata yang sudah akan turun. Hanna tidak mengeluarkannya. Sedang Inna terus terusan menangis memohon agar Andra tidak membawa Hanna tapi Andra tetap melangkah menjauh sambil membawa koper yang mereka bawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Name Is Rigita
Fiksi UmumTangan besar nan kokoh itu masih memeluk tubuh mungil Hanna,mengusap punggungnya berharap memberikan sedikit ketenangan. Beberapa menit kemudian tangis wanita mungil itu reda, menyisakan keheningan diantara keduanya. Mereka sibuk dengan pikiran masi...