"Gue cinta lo bukan karena siapa diri lo, tapi karena apa yang terjadi pada diri gue saat bersama lo."
- Daven
Happy Reading
Anza terbangun dari tidurnya yang terjaga. Dengan segera dia mencari-cari ponsel miliknya dengan jiwa yang masih belum terkumpul sepenuhnya.
Ketika menemukan ponselnya dengan segera dia membuka aplikasi chat berwarna hijau utu. Ternyata ada tiga pesan yang belum terbaca dari pengirim yang sama.
| Yah, udah tidur ya?
| Gue ditinggal nih:(
| Yaudah deh good night bidadari. Gue
cuma minta satu permintaan sama lo,
semoga besok lo bantu wujudin
keinginan gue ya
21. 49Anza membacanya dengan bergeridik ngeri, tapi entah kenapa hatinya bersorak gembira di saat dia kembali dan kembali lagi membaca pesan yang di kirim oleh Daven.
Kenapa ini? Apa Anza menyukai Daven? Ah, entahlah. Semuanya masih terasa abu-abu.
***
Anza turun ke bawah mencari Meira untuk berpamitan, tapi terlihat Meira sedang berada di ruang tamu tengah berbincang dengan seseorang yang tak tahu itu siapa.
"Bunda..." sapa Anza terhadap Meira. "Lha?" lanjutnya kaget. Anza membulatkan matanya sempurna ketika melihat dengan siapa Meira mengobrol saat ini. Kak Daven.
"Anza ini Daven sudah nunggu kamu dari tadi loh," kata Meira.
Anza masih mengumpat sendiri di dalam hatinya. Kenapa Daven menjemputnya dan berani menghampirinya sampai ke sini? Menemui Meira? Untuk apa?
"Kamu belum sarapan kan, Za? Ayo sarapan sekalian ajak Daven," pinta Meira.
"Nggak usah, Bunda. Nanti kita sarapan di sekolah aja," kata Anza beralasan. "Iya kan, Kak?" lanjutnya sembari mengkode Daven dengan kedipan matanya seolah-oleh menyuruhnya untuk mengiyakan perkataannya.
"Iya Bunda kita langsung pamit aja.." ucap Daven.
Anza tersenyum kemenangan, akhirnya Daven mau menuruti kodenya. Eh, tapi ada satu hal yang membuat dirinya mengernyitkan dahi. Bagaimana bisa Daven memanggil Meira dengan sebutan Bunda? Padahal Meira hanya memperbolehkan orang-orang yang di percayainya yang bisa memanggilnya dengan sebutan seperti itu.
Apa Daven juga termasuk di dalamnya? Kok bisa?
Meira menganggukan perkataan Daven. "Bunda titip Anza ya, Daven?" Ucap Meira sembari menepuk-nepuk pundak Daven.
Daven mengangguki perkataan Meira.
Banyak segudang pertanyaan yang timbul di benak Anza sedari tadi. Dia berniat akan mengintrogasi Daven setelah ini.
Ketika berada di mobil, Anza langsung to the point mengenai hal yang saat ini berputar-putar di kepalanya.
"Kak, berani banget sih nemuin Bunda aku? Kok bisa manggil Bunda juga sih?" tanya Anza heran.
"Itu tandanya gue serius sama lo."
"Eh?"
"Terus kata Bunda lo gue gak boleh manggil dia Tante, panggil Bunda aja biar lebih akrab." kata Daven tanpa menatap Anza.
Anza tambah mengernyitkan dahinya keheranan.
"Tanyain aja sama Bunda lo alesannya kenapa." anza hanya mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEARANZA (Completed)
Teen Fiction(PENTING! CERITA INI SEDANG DALAM MASA REVISI) Cerita ini menceritakan tentang kisah cinta klasik antara seorang Kakak kelas yang menyukai Adik kelasnya. Perjuangan penuh liku yang di alami keduanya seakan sudah menjadi makanan setia. Dibumbui oleh...