"Ven, mau kemana lo?" Teriak Abay yang baru datang dan melihat Daven berjalan lurus melewati kelas.
"Si Daven kenapa?" Tanya Ravis yang membantu Audrey berjalan.
"Gak tau." Sahut Audrey. "Gue cuma ngingetin dia kalo dia udah putus sama Anza jadi gak punya hak lagi buat cemburuin dia. Eh, dia malah pergi gitu aja." Lanjutnya.
"Lagian lo salah kenapa ngomong itu ke dia." Kesal Ravis.
"Gue gak tau kalo dia bakal seperasa itu." Sahut Audrey.
"Lo ke kelas aja. Nanti kalo lo makin kenapa-napa gue juga yang disalahin sama Daven."
Audrey mengangguk.
Abay menyender ditiang besar yang tersedia didepan kelasnya. Dia hanya menyaksikan interaksi yang terjadi diantara Ravis dan Audrey didepannya.
"Cepetan balik lagi kesini kadal burik!" Seru Abay.
"Berisik lo titisan landak bruntusan!" Sahut Ravis tanpa menoleh ke arah Abay.
"..."
Selang beberapa menit berlalu, Ravis keluar dengan tanpa menenteng tas yang dia sampirkan dibahunya seperti waktu berangkat sekolah.
"Kenapa lo nyimpen tas sih?" Gerutu Abay heran.
"Ya gue mah niat sekolah, emang elo!"
"Alah, Pencitraan!"
"Itu lo tau," kata Ravis sembari memperlihatkan deretan giginya.
Abay hanya menanggapinya dengan muka bad khas-nya.
"Susulin Daven ah!" Seru Ravis sembari menarik tas yang tersampir dibahu Abay.
"Anjir, lo kira gue anak kucing apa!" Gerutu Abay tidak terima.
"Alah, banyak bacot lo!"
"Lo yang banyak bacot, goblok!"
"Lo!" Ucap Ravis tidak mau disalahkan.
"Lo!" Sahut Abay yang juga tidak mau disalahkan.
"Lo!"
"Udah deh kita damai aja gimana?" Kata Abay bernegosiasi.
"Karena gue lelaki sejati, gue menrima dengan senang hati ajakan lo untuk damai." Kata Ravis sembari mengulurkan tangannya untuk bersalaman.
Abay hanya melihat uluran tangan Ravis. Dia malah menepis kasar tangan Ravis lalu berlari kencang menjauhinya.
"GAK SUDI YA GUE DAMAI SAMA LO SAMPE KAPANPUN!" Teriaknya.
"SIALAN LO MANUSIA ABSURD!" Teriak Ravis yang juga mulai berlari menyusul Abay.
***
"Anza ku comeback!" Seru Vanya yang melihat Anza masuk ke dalam kelas.
"Apaan sih berisik deh lo!" Ketus Zara.
Vanya hanya mengerucutkan bibirnya tanda dia sedang kesal.
"Akhirnya kita kembali menjadi gengs jomblo permanen lagi." Kata Debi penuh antusias.
"Mata lo!" Cerca Vanya.
"Lo aja yang jomblo permanen. Gue mah gak mau!" Kesal Zara.
"Sialan lo semua!" Kata Debi.
"Oh iya?" Ucap Zara.
"Apa?" Sahut Vanya dan Debi berbarengan.
"Kemaren lo ditanyain Mala, Deb."
KAMU SEDANG MEMBACA
DEARANZA (Completed)
Teen Fiction(PENTING! CERITA INI SEDANG DALAM MASA REVISI) Cerita ini menceritakan tentang kisah cinta klasik antara seorang Kakak kelas yang menyukai Adik kelasnya. Perjuangan penuh liku yang di alami keduanya seakan sudah menjadi makanan setia. Dibumbui oleh...