Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ngapain berteman sama orang yang cuma ada saat butuh doang? Gak perlu woy !
🌟🌟🌟🌟
"Namaku Azara Chavali Danilova,"
Seketika bisik-bisik yang terdengar di telinga Aza langsung lenyap entah kemana. Semua langsung menatap ke arahnya dengan pandangan yang sulit diartikan.
Bu Ratna tersenyum. "Jadi Aza ini adalah putra dari Dalson Danilova kalian pasti sudah tau bahwa pemilik sekolah ini adalah keluarga Alcander dan Danilova. Ibu harap kalian bisa berteman baik dengan Aza," mendengar perkataan Ibu Ratna membuat Aza melongo. Dia bahkan tidak tau bahwa ayahnya Dalson pemilik sekolah ini. Ternyata dia memang anak orang kaya. Aza tertawa dalam hati saat melihat semua mata yang tadi menatap horor kini berubah menjadi lembut. Benar-benar palsu.
"Jadi Aza kamu mau duduk dimana ?" tanya guru yang sedang mengajar di kelas itu.
"Sama gue aja, lo pindah sana !" ucap salah satu cewek dengan pita merah di rumbutnya. Udah ketahuan banget mau manfaatin.
"Saya sama Adela aja Bu,"
🌟🌟🌟🌟
Askara tidak tinggal diam disaat ada yang berani berhadapan dengannya. Dengan segala kekuasaan yang dia punya dia bisa mendapatkan berbagai informasi tentang gadis yang melawannya tadi pagi.
"Gimana ?"
"Namanya Aza Chavali Danilova. Benar dia ternyata anak pemilik sekolah ini As, umur 16 tahun. Suka coklat putih, mobil warna putih dengan model persis sama mobil lo. Dia nggak akan tidur sebelum jam 10. Suka banget sama warna putih, dia juga benci sama sayuran. Dia sekarang ada di kelas XI Mipa 2. dari semua informasi yang gue dapat yang paling penting dia masih jomblo,"
Askara terdiam. Ternyata dia bukan gadis main-main. Jika Askara mengusiknya sedikit saja dapat dipastikan keberadaan Askara terancam.
"Jadi apa rencana lo ?"
"Sederhana, bikin dia jatuh cinta sama gue terus tinggalin dia disaat dia udah jatuh ke dalam pesona gue,"jawab Askara penuh penekanan.
"Ada hal yang perlu lo tau. Dia belum pernah dekat dengan cowok manapun,"
"Bagus,"
"Kalau lo gagal ?"
Askara meliriknya tajam. "Bukan Aggressor namanya kalau mengenal kata gagal,"
Cowok itu menatap Askara sambil tertawa. Askara dan ketiga temannya membentuk sebuah geng yang bernama Agressor yang memiliki arti penyerang tanpa mengenal kata kalah. Menang kalah bukan masalah namun menurut mereka menang adalah tujuan jika kalah berarti mati.
"Kita lihat aja. Dia bukan cewek main-main As,"
"Sialan lo,"ucap Askara sambil menoyor kepala temannya itu.
"Anjing gue nggak main fisik," ucapnya tidak terima.
"Biasa aja Mail nggak usah ngegas,"
"Nama gue Meilse bukan Mail,"
Askara mengeluarkan sebatang rokok lalu menyalakannya.
"Ketahuan guru BP baru tau rasa lo,"
"Nggak takut,"
"Anjir yakin lo ? Yang ada lo takut sama sepatunya yang tingginya ngalahin tiang bendera itu,"
Keduanya lalu tertawa.
🌟🌟🌟🌟
Keadaan kantin yang sangat ramai membuat Adela malas untuk berada disana. Jika Aza tidak memaksa mana mungkin dia mau duduk di antara kerumunan para cabe itu.
"Kalau kamu gini terus yang ada mereka bakal rendahin lo eh maksudnya kamu terus,"
Adela tersenyum lalu menarik napasnya. Jujur memang baru pertama kali ini dia menginjakkan kakinya di kantin. Bukan hanya karena dia tidak punya teman tapi makanan kantin memang bisa di bilang tidak ada yang murah. Air putih yang biasanya harganya 3 ribu, disini dijual dengan harga 7 ribu. Mungkin karena pemilik kantin tau kalau murid disini berasal dari keluarga kaya dan dia tidak mau mensia-siakan kesempatan berlian itu.
Kabar bahwa Aza adalah putri semata wayang keluarga Danilova langsung menyebar begitu saja. Aza tidak heran dengan banyaknya akun sosmed membuat berita apa saja langsung menyebar dengan mudahnya.
"Itu masih ada yang kosong," tunjuk Aza ke arah bangku kantin yang terletak paling pajok.
Adela terlihat ragu. Tempat itu paling nyaman tapi kenapa tidak ada yang menempatinya ?
"Ayo Del,"
🌟🌟🌟🌟
Setelah memesan makanan Aza dan Adela menunggu pesanan mereka dengan sabar. Dari tadi Adela sudah mengatakan bahwa dia tidak lapar namun Aza tetap keras kepala memesankan Adela makanan. Karena Aza tau Adela belum makan apapun dari tadi.
Brakkk
Aza langsung menoleh ke sumber suara. Ternyata Askara dan keempat temannya sedang berdiri tepat di samping meja.
"Siapa yang suruh lo duduk disini ?"
"Hati nuranilah,"jawab Aza enteng. Walaupun mata Askara sangat menakutkan namun Aza tidak merasa takut sedikit pun.
"Berani kibarin bendera perang nih cewek,"kompor salah satu temannya yang bertato.
Askara masih diam dan tetap memandang ke arah Aza. Semua orang yang berada di kantin langsung melihat ke arah mereka.
Dua anak pemilik sekolah bertengkar. Keren nih kalau dibikin cerita. Kalau dijodohin bisa roboh kali ya rumahnya.
Mereka saling menatap begitu lama.
"Ayo pergi," semua orang terkejut saat Askara mengatakan itu. Baru kali ini mereka lihat secara langsung Askara kalah dengan murid baru yang baru saja mengibarkan bendera perang.
Ketiga teman cowok itu bahkan lebih terkejut saat Askara sudah pergi meninggalkan mereka.
"Banci," ucap Aza pelan namun mampu di dengar oleh ketiga temannya itu.