"Rose......."
Rose yang tadinya berjalan santai menelusuri lorong kelas sembari bersenandung kecil harus berhenti saat mendengar suara melengking sahabatnya, Lisa. Yang entah kenapa selalu menggingatkan dia pada Kittun kucing kesayangan nya yang selalu antusias dalam segala hal.
"Apa yang membuatmu berlarian di masih pagi ini Lalisa?"
"Ka-u," ucap Lisa dengan nafas yang masih terengah.
"Kenapa kau tidak pernah bilang jika kak Taehyung itu masih anggota keluargamu, maksudku tepatnya sepupumu." Ucapnya dengan susah payah.
"Ah," jawab Rose singkat sebelum kembali melanjukan langkahnya.
Lisa hanya bisa berdecak, "Astaga..., kenapa bisa aku berteman dengan cewek secuek dia."
Tak ingin tertinggal lebih jauh, Lisa pun terpaksa harus berlari kecil.
"Rose tunggu, kau harus dan wajib pokoknya menceritakan hal ini." Kata
Lisa begitu berhasil berjalan disisi Rose."Itu bukanlah hal penting, jadi tidak akan rugi kalaupun tidak diceritakan. Lagi pula, meskipun dia berstatus sepupuku...," Rose membuat jedah, seakan mengginggat sesuatu sebelum akhirnya melanjutkan ucapanya yang kini terkesan marah dan dingin. "Aku tidak pernah berbicara dengannya."
"Why?" Tanya Lisa yang menurut Rose terkesan tak peracaya.
"Aku kurang suka melihat wajah sok tak berdosanya itu."
"Kau serius? Rose. Kak Taehyung itu cowok idaman dikampus kita. Dia dikenal dengan cowok tertampan. Bahkan mungkin diseluruh penjuru kota kita."
Rose tersenyum kecut. Harus memang diakui jika ucapan sahabatnya itu benar adanya. Namun tetap saja, saat ini sisi yang mendominasi pada diri- nya adalah rasa benci sehingga Rose membuang jauh-jauh fakta tersebut meski dengan tenaga ekstra.
"Pasti ada alasan dibalik sikap yang sepertinya benci pada kak Taehyung ini kan?" Tanya Lisa penuh sidik.
Rose memasang wajah datar kearah Lisa, "Tidak ada alasan apapun. Aku hanya kurang suka bersosialisasi, bahkan dengan keluarga sendiri. Jadi
Lalisa, berhenti dan jangan lagi kau membahas tentang orang tersebut. Karena aku tidak akan meresponmu. Ku harap kau mengerti. Ayo cepat, matakuliah pertama akan segerah di mulai."Lisa hanya pasra. Percuma memaksa
Rose untuk becerita, dia hanya harus bersabar meski sebenarnya ia benar- benar penasaran. "Baiklah-baik."230 adalah nomer kelas yang akan keduanya tujuh. Tinggal menaiki satu anak tangga lagi untuk sampai di lantai 3. Namun sepertinya pagi ini akan menjadi hari menyebalkan untuk Rose. Bagaimana tidak, diujung tangga sudah berdiri segerombolan cewek memegang bingkisan masing- masing ditangan. Dan benar saja. Begitu mereka melihat Rose serentak ketujuh cewek tersebut antusias dan saling berbisik yang cukup bisa Rose dengar bahwa inipun masih tetap sama berkaitan dengan kabar yang ia dengar dari Lisa.
"Hai Rose, selamat pagi." Sapa salah satu dari mereka bernama Joy begitu Rose telah sampai di atas.
"Ada apa?," Dan sejujurnya Rose tidak begitu mengenal mereka meski pada kenyataanya teman sekelas. "Saat ini aku sedang buru-buru_"
"Hey, tidak bisakah kau sedikit rama Rose? kita satu kelas. Dan pagi ini matakuliah pertama kita libur." Selah cewak bernama Seulgi.
"Oh, lalu ada perlu apa kalian dengan ku?"
Dengan gerakan cepat cewek tadi mendorog salah satu temanya yang diakui Rose sangat cantik. Terlihat jelas bahwa cewek berambut hitam ini sedang gugup. Dan sekarang Rose ingat, cewek ini bernama Irene. Ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY
Romance10 tahun berlalu namun Rose masih mengingat bagaimana ia mendapat ciuman pertamanya, hingga akhirnya membuat ia merasakan juga cinta pertamanya. Saat itu usianya 12 tahun. Tapi ia sama sekali tidak ada pikiran untuk bertanya pada anak laki-laki si p...