Sebuah tarikan kursi membuat Rose yang sedari tadi asik dengan bukunya sejenak mendongak keatas. Dan Rose hanya tersenyum begitu melihat Lisa dengan muka kesal segera saja duduk disamping diikuti kedua temannya_ Jenni dan Jisoo.
"Eh, tumben sekali kau apsen pada matakuliah dan dosen favoritmu? Ada apa? Dan apa yang terjadi kau dan kak Taeh?"
Rose menghembuskan nafas berat sebelum akhirnya menghentikan aktivitasnya. "Maaf yah. Tadi aku~ meninggalkanmu begitu saja."
"Oh, aku benar-benar marah padamu. Kau melupakanku begitu saja begitu pangeran kampus mengajakmu, aku memang bukanlah_"
"Berhenti bermain teater disini Lisa. Kau membuatku gemas." Sela Jiso sembari menarik kedua pipi Lalisa.
"Aduh sakit tahu Jis. Santai aja Rose. Tapi kali ini kau benar-benar jadi trending topik dikampus. Sumpah. Bahkan aku saja ikut- ikut terkenal, yah walau sedikit dan menyedihkan."
"Apa maksudmu? Aku tidak faham. Bisa kau jelaskan Lalisa?" Tanya Jenni
"Jadi saat aku lewat ada segrombolan cewek yang kasak kusuk seperti ini, wah itu bukankah teman cewek yang diajak kak Taehyun. Itu cewek yang ikut bersama cewek yang diajak kak Taehyung dan bla, bla, bla."
"Lalu sedihnya dimana?"
"Makanya kalau orang bicara jangan kau potong. Aku kan belum selesai. Sedihnya itu, akhir kata mereka. Oh yah, yang ditinggalkan begitu saja itu kan."
Rose yang mendengar, antara mau tertawa dan menyesal pun mencoba ikut menjailih Lisa. "Oh~, aku sangat- sangat menyesal Lisa ma...af...kanlah aku..."
Jiso menghembuskan nafas melihat tingkah ketiga sahabatnya. "Ya. Kalian berhenti membicarakan hal yang tak ada gunanya ini. Sebaliknya, Rose aku boleh bertanya sesuatu?"
"Serius amat jeng,?" Goda Lisa. "Pakai tanya segala. Biasanya juga langsung cus."
Jiso memutar bola matanya. "Kali ini serius. Kau yakin membiarkan dua bocah tengil ini mendengar apa yang bakal ku tanyakan?" Tanya Jiso yang segera mendapat toyoran pelan di kepala oleh Jenni.
"Soplak. Tadi aja ngatain Lisa ngga boleh teater. Sendirhnya...
Rose hanya tersenyum melihat per- debebatan ini, "Mau tanya apa si Jis?"
"Tauh nih mak-mak" Celetuk Lisa
"Aku tidak sengaja tadi melihat mu," Jiso sengaja memberi jeda. "Menagis begitu menyedihkan."
Ucapan Jiso sukses membuat Jenni dan Lisa merapatkan bibir dan segera beralih memandang Rose sendu. Ya. Rose bukan tipikal orang yang dengan mudah menceritakan tentang dirinya meski pada sahabatnya sendiri. Ia selalu menjadi curhatan dari ketiga sahabatnya, bahkan telah mengetahui rahasia yang dimiliki ketiganya.
"Jis, kau tidak salah lihat?" Tanya Lisa yang sedikit tidaka percaya. Pasalnya, Rose itu bukan tipikal orang mudah tersentuh menurutnya. Bagaimana tidak, saat ketiganya menagis melihat film yang begitu menyayat hati, ia justru memandang bingung dan berkata, "Dibagian mana sedihnya yang sampai membuat kalian menagis seperti ini. Aku pikir tidak ada yang menyedihkan. Bukankah wajar jika orang sakit meniggal?." Itulah alasan Lisa berkata seperti itu.
"Penglihatanku masih sangat baik Lis. Dan aku tidak mungkin salah. Rose. Jika saja tadi aku tidak sedang ada janji dengan dosen pembimbing. Aku pasti akan turun dan mungkin bisa sedikit menghiburmu."
Kini pandangan ketiganya tertuju ke arah dimana Rose yang sedari tadi hanya menunduk, sampai akhirnya terdengar helaan nafas berat. "Aku tidak bisa ceritakan sekarang. Maaf." Tanpa menuggu respon ketiganya, Rose sudah terlebih dahulu beranjak pergi meniggalkan sahabatnya yang memandang nanar kepergian dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY
Romance10 tahun berlalu namun Rose masih mengingat bagaimana ia mendapat ciuman pertamanya, hingga akhirnya membuat ia merasakan juga cinta pertamanya. Saat itu usianya 12 tahun. Tapi ia sama sekali tidak ada pikiran untuk bertanya pada anak laki-laki si p...