Seven Kings and A Girl
K
Oleh : GoRA X GoHands
Seven Kings and A Girl
Oleh : Kawaihana
Di ujung kalimat yang diucapkan Shiro, Kuroh menambahkan satu kemungkinan lagi. Yaitu kemungkinan kalau ada yang salah dengan ingatannya.
Chapter 10
Megumi POV
Suasana murung terus berlanjut. Shiro terus meyakinkan dirinya sendiri kalau dirinya itu benar-benar dirinya sendiri yang memiliki nama Isana Yasiro. Bukan yang lain. Tapi setelah semua yang terjadi, memang sulit untuk dipahami. Lagipula, aku merasa ada satu lagi yang aneh. "Kuroh, entah apa yang kupikirkan ini benar atau bukan tapi..... Rasanya semau menjadi aneh sejak Neko menghilang..." Aku berkata pada Kuroh. Kuroh yang mendengarnya sedikit terkejut dan Shiro yang sedang dalam suasana murung itu pun ikut terkejut seakan menyadarinya. "Kalau dipikir-pikir memang benar. Sejak Neko pergi, semuanya menjadi kacau. Bahkan Kukuri pun mengatakan kalau dia tak mengenalmu kan, Shiro?" Kuroh mengutarakan pikirannya sambil memegang dagunya khas orang berpikir. Shiro memang mendengarkannya, tapi dia tak berkata apapun. Hanya raut wajahnya yang berubah dan mata yang sedikit membelalak terkejut yang mengartikan kalau dirinya pun memahami perkataanku dan Kuroh. Setelah itu, kesunyian menghampiri hingga kereta yang kami naiki sampai pada tujuan, yaitu rumah keluarga Shiro.
Ternyata keanehn yang membuat kami terkejut belum selesai. Setelah turun dari kereta, kami bertiga pergi ke alamat rumah yang Shiro katakan. Tapi begitu kami sampai, ternyata bukan sebuah rumah yang kami temui melainkan sebuah lapangan sepak bola. Hujan yang tiba-tiba turun seperti menambah kemuraman suasana. Shiro dan Kuroh berdiriditengah-tengah lapangan membelakangiku, sedangkan aku menunggu di sisi lapangan yang memiliki atap agar terlindung dari hujan, jadi aku tak begitu mendengar apa yang sedang mereka bicarakan. Tetapi, saat Shiro membuka dan memakai payung meranh yang selalu dibawanya itu, entah mengapa diriku seperti tahu, kalau Shiro sedang menangis. Jadi sebetulnya, Isana Yashiro itu siapa? Semua bukti yang ada cukup menguatkan untuk mengeluarkan suatu kesimpulan. Termasuk diriku dan ingatanku tentang Shiro.
Entah berapa lama aku melamun, saat aku kembali pada kesadarnku, aku melihat Kuroh yang siap menarik pedangnya. Tentu saja otomatis aku beranjak dan berlari ke arah mereka berdua, tak memedulikan tubuhku yang basah terkena hujan. Tapi tiba-tiba, tangan Kuroh yang tadinya memegang pedang dan siap menarik pedangnya keluar dari sarungnya itu berpindah dengan cepat ke saku bajunya dan mengeluarkan perekam suara keramat miliknya itu. Kakiku berhenti berlari saat hampir sampai ke tempat mereka berdua berada. Suara rekaman puisi aneh yang biasa kudengar kini kembali terdengar. Dan pujian akan puisi itu kembali terdengar dari bibir Kuroh.
Dengan menggunakan puisi milik master nya itu, dengan tidak langsung Kuroh menyuruh Shiro untuk tidak menyerah. AKhirnya suasana murung yang sejak tadi tercipta pun mulai meleleh. Walaupun hanya suara tawa kecil dari Shiro, itu cukup merubah keadaan. Ditambah juga dengan wajah Kuroh yang selalu tersipu jika sedang membicarakan master nya itu.
Merasa sedikit lebih lega karena ketegangan dari suasana muram yang ada sejak tadi telah berkurang, aku berjalan dari tempatku berada yang jaraknya hanya tiga meter dari tempat mereka berada. Aku menghampiri mereka berdua dan entah kenapa aku merangkul mereka berdua. "Nah, begitu dong. Wajah kalian berdua sama sekali tak pantas untuk dipasangkan tampang murung". Kuroh dan Shiro terkejut karena aku merangkul mereka, tapi setelah itu mereka berdua tersenyum, walaupun tak lama Shiro malah menunduk dan meneteskan airmata. "Hei-hei ! aku baru saja mengatakannya dan kini kau malah menangis". Kataku pada Shiro sambil melepaskan rangkulanku pada mereka.
Keheningan tercipta, tetapi keheningan kali ini bukanlah karena suasana yang muram, melainkan karena kami bertiha kini tersenyum tanpa mengeluarkan kata-kata apapun. Tapi suasana itu tak berlangsung lama, karena lampu-lampu yang ada di lapangan itu menyala tiba-tiba. Sinarnya membuat mata perih karena silau. Setelah mata kami terbiasa dengan cahaya lampu itu, terlihatlah di depan kami pasukan berseragam biru dan membawa pedang.
Belum selesai aku terkejut, kini terdengar suara perempuan yang berbicara menggunakan pengeras suara. Diantara para pasukan itu, hanya ada satu perempuan, yaitu orang yang berbicara menggunakan pengeras suara itu. Dia memperkenalkan dirinya dan pasukan berpakaian biru yang lainnya itu sebagai Scepter 4 dan ingin menangkap kami. Aku menarik jas milik Kuroh, lagi. "Kuroh. Ada apa lagi ini ?" Aku bertanya tetapi Kuroh tak menjawabnya seakan serius terhadap para pasukan yang mengaju dirinya sebagai Scepter 4 itu. Sama seperti diriku, Shiro pun tak mengerti apa yang terjadi dan tampang polosnya kembali kambuh. Dengan suara lantang dank eras Kuroh mengatakan kalau dirinya menolak untuk menyerahkan diri.
Sepertinya karena Kuroh menolak, Pasukan Scepter 4 itu masing-masing menarik pedang yang mereka bawa sati persatu. Aku yang takut dan terkejut langsung bersembunyi di belakang Kuroh sambil mencengkram jas miliknya itu dengan erat.
Tiba-tiba saja suasana berubah. Shiro, Kuroh dan Scepter 4 bertingkah aneh. Mereka seperti melihat sesuatu yang tak bisa kulihat. Lalu tiba-tiba pula Neko datang entah dari mana. Dan lagi-lagi tanpa pakaian ! Ini seperti saat di akademi. Tapi aku tak punya waktu untuk bertingkah kaget. Neko menarik tangan Shiro membuatnya mengikuti Neko. Kuroh pun mengikutinya, begitu pula diriku.
TBC
Chapter 10 Selesai.
Mohon Reviewnya ya ^_^
Salam,
Kawaihana
KAMU SEDANG MEMBACA
Seven Kings and A Girl
FanfictionMegumi adalah salah satu murid di Ashinaka Gakuen. Kehidupan sekolahnya biasa-biasa saja hingga suatu hari di kelasnya muncul seorang anak laki-laki yang belum pernah dilihat / dikenalnya sebelumnya. anehnya, semua guru dan murid mengenalnya. hanya...