Seven Kings and A Girl
K
Oleh : GoRA X GoHands
Seven Kings and A Girl
Oleh : Kawaihana
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Saat aku menolehkan pandanganku, aku melihat piring wagashi milik sang Kapten telah berubah posisi menjadi berada di sampingnya. Sepertinya memang dia enggan memakan makanan manis itu.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Chapter 14
Kini aku juga bingung harus kuapakan wagashi ekstra anko ini. Sejujurnya aku tak membenci wagashi maupun anko, tapi... kalau perpaduan jumlahnya segini besar... bisa-bisa aku sakit perut kalau memakannya. Tapi kalau menolak pun.... Aduh... bingung...
Selama aku memikirkan wagashi, ternyata percakapan mereka sudah selesai dan sang kapten mengajak si pemberi informasi itu untuk ikut duduk. Seperti yang kuduga dia menolak dan memilih tetap berdiri saja setelah melihat tumpukan anko yang tak masuk akal ini. Kalau bisa aku pun ingin ikut berdiri saja dan menjauh dari makanan manis ini.
Kini di layar besar ditampilkan foto selembar kertas bertuliskan '14:00'. Katanya itu adalah pesan yang ditinggalkan Shiro. Karena sekarang belum genap jam dua siang, semuanya menunggu apa yang akan dilakukan oleh Shiro pada saat itu. "Bagaimana kalau sambil menunggu langkah yang akan diambil oleh orang itu, kita lanjutkan interogasi atas dirimu, Yasakani Megumi. Kali ini aku yang akan menanyaimu." Kapten berkaca mata itu berkata memecah keheningan. Akhirnya dilakukan juga, interogasi lanjutannya. Aku menelan ludah mempersiapkan diri.
"Kita mulai dari awal lagi. Apa kau anggota clansman dari Raja tanpa warna?" dia menanyakan hal yang sama seperti yang ditanyakan wakilnya kemarin. "Bukan" aku menjawab singkat. "Bagaimana kau bisa mengenal mereka bertiga?" Dia bertanya lagi merujuk pada Shiro, Kuro, dan Neko. Aku agak ragu menjawabnya, karena sejujurnya aku juga kurang mengenal mereka. Sepertinya sang kapten menyadari perubahan raut wajahku. Karena aku terdiam sejenak, dia bertanya lagi "Kenapa kau diam?". "Emm... Shiro itu teman sekelasku... Err... Kuroh tiba-tiba datang ingin membunuh Shiro... Lalu Neko... dia... err..." aku menjawab terpatah-patah karena tak tahu bagaimana harus menjawabnya. "Kau sepertinya bingung untuk menjawabnya. Cobalah untuk tenang." aku mencoba mengikuti sarannya dan menenangkan diriku, lalu kucoba untuk menjawabnya lagi sejujur-jujurnya. "Sejujurnya... Saya belum lama mengenal Shiro. Bukan. Seluruh teman sekelas dan para guru mengenalnya, hanya saya yang tak ingat kalau Shiro bagian dari kelas kami. Begitu pula Neko. Aku mengenalnya karena dia selalu bersama Shiro. Kalau Kuro saat dia datang menyelamatkan kami dari preman aneh, itu pertama kali aku bertemu dengannya." Aku berusaha menjelaskan panjang lebar dan sejujur-jujurnya. "Hmm... Kalau begitu, pertanyaan terakhir, bagaimana kau bisa tak terpengaruh ilusi dari strain itu?". Strain? Maksudnya Neko ya... "Itu... Aku juga tak tahu..." Aku menjawab sambil menundukkan kepalaku.
Sebelum pertanyaan berikutnya dilontarkan, terdengar suara dering telepon. Baik Awashima seri, aku, maupun si pembawa informasi itu menyadari kalau yang berbunyi adalah telepon milik sang kapten. Tapi entah disengaja atau tidak sadar, sang kapten mengabaikan telepon itu dalam beberapa dering sebelum mengangkatnya. Sekarang sudah tepat jam dua siang. Sang kapten mengangkat telepon itu dan dari perbincangannya itu pasti telepon dari Shiro. Ternyata ini maksud dari pesan yang ditinggalkannya itu. Sambil menelepon, sang kapten memberikan isyarat dengan tangannya pada bawahannya yang sejak tadi berdiri itu dan langsung diterimanya tanpa mengeluarkan sepatah katapun.
Sepertinya selama berbincang, mereka melakukan sebuah kesepakatan. Sang kapten sepakat untuk menahan seseorang yang berada di kapal udara, dia bilang orang itu adalah raja pertama, Raja perak Adolf K Weissmann. Wah-wah... Ribet juga ini masalah. Perang antar raja tapi bukan perang antar negara. Tapi sepertinya dia todak benar-benar serius akan melakukan itu. Mungkin dia ingin menggunakan nama sang Raja pertama sebagai umpan untuk menangkap Shiro. Aku berniat berteriak dan mengatakan pada Shiro untuk tidak mendengarkan perkataan Raja biru ini agar terdengar lewat telepon, tapi belum sempat aku mengeluarkan suara, Awashima Seri menutup mulutku dengan tangannya hingga aku tak bisa mengeluarkan suara selain rintihan kecil. Dalam kesepakatannya, dia mengatakan kalau Shiro, Kuroh, dan Neko harus hadir ketiganya. Dia bahkan membawa-bawa namaku dan berjanji akan melepaskanku kalau mereka mengikuti syaratnya itu. Tentu saja itu pasti hanya rencana liciknya.
Saat sambungan telepon itu telah terputus, barulah sang wakil kapten melepaskan tangannya dari mulutku. Aku langsung mengambil nafas panjang karena selama mulutku dibekap, aku kurang mendapatkan oksigen yang cukup. "Apakah kau tak pernah diajari sopan santun untuk tidak banyak mengeluarkan suara saat ada yang sedang menelepon?" Sang kapten berkata sambil memasukkan teleponnya ke dalam saku bajunya. "Dari rau wajah dan gerak-gerikmu sepertinya kau tidak seratus persen jujur dengan kesepakatanmu dengan Shiro. Tentu saja aku ingin menghentikannya melakukan apapun kesepakatan itu denganmu!" aku berkata berusaha tenang.
Seperti mengabaikan perkataanku, dia malah membelokkan pembicaraan. "Bagaimana kalau kita lanjutkan interogasi kita yang tertunda tadi? Ini pertanyaan terakhir dariku. Kau tahu kalau Shiro bukan benar-benar temanmu karena Strain berambut putih itu yang mengacaukan pikiran orang-orang disekitarnya, tapi kenapa kau sangat mempercayainya?" Pertanyaannya yang ini benar-benar tepat sasaran. Aku tak mengenal Shiro dengan baik, tapi kenapa aku terus membelanya. Aku terus menolongnya hingga dirikulah yang tertangkap. Entah kenapa dari dalam lubuk hatiku aku tahu, Shiro, Kuroh, maupun Neko, mereka bukan orang jahat. Karena perasaan itu, tubuh dan pikiranku bertindak sendiri. "Memang benar aku tak terlalu mengenal Shiro. Tapi bagaimanapun dia temanku. Tak mungkin aku membeiarkannya begitu saja." AKu berkata berusaha tegas.
"Hmm... begitu ya... Tapi sayang sekali interogasi kali ini cukup sampai sini saja. Aku harus kembali bekerja. Awashima-kun, Tolong panggilkan dua orang untuk mengantarkan Yasakani Megumi kembali ke tempatnya. Lain kali kita akan bicara lagi, juga tentang dirimu yang tak terpengaruh oleh kekuatan petubah persepsi milik strain itu." Sang wakil menuruti perintahnya itu dan memanggil dua orang prajurit untuk mengantarku kembali ke sel penjara yang sempat kuhuni semalam. akhirnya aku kembali lagi ke Penjara yang tak nyaman itu. Satu-satunya yang kusyukuri adalah karena aku tak jadi memakan wagashi + ekstra tumpukan anko itu. Yang kusesali, aku harus menghabiskan hari di penjara yang tak nyaman ini lagi. Kuharap semua masalah ini segera selesai dan aku bisa kembali tidur di atas kasurku yang empuk.
Membicarakan tentang tidur... lagi-lagi suara dengkuran itu terdengar lagi. Apakah tetanggaku ini tak melakukan apapun selain tidur dan mendengkur ??
TBC
Chapter 14 Selesai setelah sekian lamanya...
Mohon Reviewnya ya ^_^
Salam,
Kawaihana
KAMU SEDANG MEMBACA
Seven Kings and A Girl
FanfictionMegumi adalah salah satu murid di Ashinaka Gakuen. Kehidupan sekolahnya biasa-biasa saja hingga suatu hari di kelasnya muncul seorang anak laki-laki yang belum pernah dilihat / dikenalnya sebelumnya. anehnya, semua guru dan murid mengenalnya. hanya...