Closer.

1.3K 110 11
                                    

Part 10 (Closer)
.
Malam hari mulai menjelang, Naysilla baru saja selesai mandi. Begitu sampai kamar, ia sedikit tercengang melihat pemandangan indah di hadapannya. Sean sedang berbaring, mungkin tidur. Tapi hanya dengan menggunakan celana boxer, serta kaus dalam yang tipis. Tentu saja itu sedikit memperlihatkan lekuk otot tubuhnya yang cukup seksi. Ditambah lagi Ia juga sudah tidak memakai atribut wanita. Dia benar-benar tampan, dan keren dengan gaya rambut spike-nya.

Naysilla buru-buru menggelengkan kepalanya. Sekedar mengusir pikiran kotor yang menepi ke otaknya. Ia lalu memakai baju lengan panjang, serta cardigan miliknya. Setidaknya kini ia tahu, bahwa ia sedang berada di kamar, bersama seorang pria. Tentu ia tidak boleh buka-bukaan seperti dulu.

Mendengar sedikit keributan, Sean terbangun. Ia melirik Naysilla yang tengah menata selimut di kasurnya.

"Kamu sudah selesai mandi?" tanya Sean sembari mengucek matanya.

"Oh ... Emm, i -- iya sudah kok ...." jawab Naysilla gugup, tanpa menengok ke arah Sean.

Bukan tanpa arti ia melakukannya. Karena mendengar suara Sean saja, ia sudah salah tingkah. Apalagi jika berhadapan dengannya.

"Hey ... bukankah cuaca sedang kemarau? Apa kamu tidak kepanasan memakai pakaian dobel begitu?"

"Ya? Ah ... tidak ... tidak kok. Karena habis mandi, aku justru jadi merasa dingin." Naysilla beralasan.

Padahal sedari tadi tangannya sesekali mengibas-ngibas, kegerahan. Tiba-tiba terlintas ingatan mengenai insiden tali bra, sewaktu mereka berada di rumah sakit. Dan itu sukses membuat dirinya kembali mengutuk dirinya sendiri.

"Ah ... benar-benar bodoh. Kenapa aku baru menyadarinya???" gumam Naysilla.

Melihat Naysilla yang tak kunjung menatapnya, Sean jadi curiga. Ia lalu bangkit dari tidurnya, untuk menghampiri gadis itu. Setidaknya ia ingin menatap wajah Naysilla, dengan cara menarik lengannya.

"Hey ... ada apa denganmu? Apa ini gara-gara aku?"

"Ap -- apa maksudmu? Aku -- aku ngantuk, aku mau tidur."

Baru saja Naysilla mau berbaring, tapi gagal. Karena Sean kembali menahan tangannya.

"Ah ... apa mungkin kamu teringat akan insiden beberapa waktu yang lalu?"

"I -- insiden? Apa maksudmu?" Rona kemerahan menyembul di pipinya yang tirus.

"Tali bra, mungkin?" ucap Sean dengan senyum menggoda.

Mata gadis itu seketika terbelalak. Ia lalu buru-buru menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Malu.

Sean tertawa renyah. Ia lalu mengelus kepala Naysilla, sengaja membuat rambut panjangnya agak berantakan.

"Kamu sangat lucu."

"Itu sama sekali tidak lucu!" kata Naysilla dengan lirikan tajam

"Kamu tidak perlu khawatir, meski kita sekamar, aku tidak akan berlaku buruk padamu. Bukankah sebelum ini baik-baik saja?"

Naysilla terdiam, antara mengerti, takjub, atau bahkan terpesona melihat Sean di jarak dekat seperti ini.

"Nay ... Naysilla ...." panggil Sean.

Naysilla kembali menggelengkan kepalanya. Lagi-lagi pikiran aneh menyerang otaknya. Lalu dengan cepat ia mendorong Sean untuk menjauh.

"Jangan dekat-dekat!" kata Naysilla.

Meski gadis itu sudah bertindak kasar padanya, tapi Sean sama sekali tidak marah. Ia justru tersenyum melihatnya. Ia seperti menyadari apa yang di pikirkan Naysilla.

Beautiful ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang