unexpected

1.2K 142 18
                                    

Part 20

Unexpected

Setelah menyusuri alamat yang diberikan pembantu di rumah Clara, mereka akhirnya menyadari bahwa sebenarnya, rumah sakit yang mereka tuju, adalah tempat yang sama dengan tempat Syahnaz di rawat.

"Kenapa Mrs. Clara di rawat di rumah sakit ini? Bukankah rumah sakit ini agak jauh dari tempatnya tinggal?" Naysilla merasa heran.

"Hanya ada satu cara untuk mengetahuinya, kita harus bertanya langsung padanya."

Naysilla menganggukan kepalanya.

"Kamu tunggu di sini, aku akan menanyakan keberadaannya pada resepsionis."

Seraya menunggu, Naysilla mengecek hp nya. Ternyata Hervian cukup sering menghubunginya. Ada rasa takut pada dirinya. Namun mengingat janji yang Sean katakan, bahwa ia akan baik-baik saja, gadis itu berusaha untuk tetap tenang.

"Dia di rawat di ruang Mawar, nomor dua, Nay," kata Sean tiba-tiba.

Naysilla langsung menyunggingkan senyumnya, "Ayo kita ke sana."

Mereka lalu pergi menuju lantai dua. Tempat dimana Clara berada. Ketika akan melewati lift, sesaat Sean melihat ke arah ruangan ICU. Tempat dimana Syahnaz masih terbaring koma. Tentu ia begitu merindukan adiknya. Tapi mengingat persoalan Clara, Sean memilih menahan rasa rindu itu.

Tak lama kemudian, mereka pun sampai di depan ruang inap Clara.

"Ini tempatnya. Ayo kita masuk!" ajak gadis itu.

"Tunggu, Nay ... aku tunggu di luar."

"Ada apa, Sean?"

"Kamu tidak ingat, dulu Clara terlihat ketakutan dan gelisah ketika melihatku. Lebih baik aku tunggu di luar dulu. Kamu masuklah ke dalam."

"Baiklah, pelan-pelan akan ku coba tanyakan kepadanya."

Sean mengangguk setuju. Tapi belum sempat Naysilla masuk, seorang dokter dan susternya baru saja keluar dari ruangan Clara.

"Om Lukman?" panggil Sean kaget.

"Sean. Kenapa kamu ada di sini? Apa orang yang di dalam ruangan itu juga kerabatmu?" tanya Lukman.

"Tidak juga. Tapi ada sesuatu yang perlu ku tanyakan kepadanya."

"Ah begitu," merasa perbincangan mereka akan lama, Lukman menyuruh susternya pergi duluan.

"Om baru saja memeriksa keadaan pasien. Sekarang jadwal kontrol, Om."

"Oh begitu. Jadi ... apa yang menyebabkan Clara sakit, om?"

"Dia ... melakukan upaya tindakan bunuh diri."

"Apa?!" ucap Sean sama terkejutnya dengan Naysilla.

"Dia menenggak sekitar tiga puluh pil tidur. Hingga menyebabkan gadis itu hampir mengalami overdosis."

"Mengapa Mrs. Clara seperti itu?" Naysilla merasa kasihan.

"Depresi. Tapi om sendiri belum menanyakan, mengapa ia sampai depresi. Karena pasien sendiri, cukup tertutup. Dan kebetulan, dia juga
pindahan dari rumah sakit lain."

"Pindahan?"

"Ya, begitu dia sadar, pasien menginginkan pindah ke rumah sakit ini."

"Tapi kenapa, Om? Apa rumah sakit sebelumnya kurang bagus?"

"Entahlah ... itu keinginan dari pasien sendiri."

"Baiklah Sean. Aku rasa, aku akan masuk ke dalam terlebih dahulu," ucap Naysilla, tak ingin berlama-lama.

"Ya masuklah. Aku akan mengobrol sebentar lagi dengan Om Lukman."

Naysilla mengangguk setuju. Ia pun langsung masuk ke dalam.

"Hemm ... ngomong-ngomong siapa gadis itu, Sean?"

"Oh, dia Naysilla Om."

"Pacar?" goda Lukman.

Sean menggeleng heran, "Ish ... Om kepo sekali."

Mendengar itu Lukman pun tertawa. Sifat iseng dan kepo pamannya, belum berubah ternyata.

"Dia hanya teman dekatku, Om. Aku tidak mungkin berpacaran, apalagi ketika keadaan Syahnaz masih belum stabil," lanjut Sean

"Ya ... masih belum ada perkembangan berarti pada diri Syahnaz." Lukman menambahkan.

"Dan sebenarnya, aku mencurigai Clara. Dulu dia adalah pengajar di akademi Syahnaz. Dan dia mengundurkan diri, satu hari setelah Syahnaz di nyatakan koma."

"Itu memang aneh. Mungkinkah itu sebabnya dia pindah ke rumah sakit ini?"

"Aku juga memiliki dugaan seperti itu, Om"

"Jika demikian, baiklah ... Om akan bantu memperhatikan gerak geriknya. Bagaimanapun juga, kalian adalah keponakan Om. Sebisa mungkin, pasti akan Om bantu."

"Terimakasih, Om ...." Sean terlihat lega.

*****

Di dalam ruangan, Naysilla melihat Clara yang masih terpejam. Mungkin ia masih tidur.

Gadis itu mencoba mendekatinya. Ia melihat kantung mata Clara yang sedikit menghitam. Seolah mantan gurunya itu sedang mengalami insomnia.

"Mrs. Clara ... sebenarnya ada apa denganmu?" gumamnya pelan.

Dulu Clara adalah guru yang paling di sukai Naysilla. Wajar jika sekarang ia merasa iba pada keadaannya.

"Cepatlah sembuh ...." gumam Naysilla.

Mengetahui ada seseorang yang datang, Clara seperti tahu dan sedikit terusik. Ia pun membuka matanya.

Samar wanita itu akhirnya menemukan sosok Naysilla, di sebelah tempat tidurnya.

"Naysilla ... kamukah itu?"

"Mrs. Clara ... ya, ini aku."

Clara mencoba untuk duduk dari pembaringannya. Tapi karena keadaannya yang agak lemah, ia pun gagal.

"Tiduran saja, Mrs. Clara. Jangan terlalu banyak bergerak. Beristirahatlah."

"Naysilla ... bisakah kamu membawaku menemui Syahnaz? Aku tahu ia masih di rawat di rumah sakit ini."

"Syahnaz? Tapi untuk apa?"

Bukannya menjawab, Clara malah menangis. Hingga membuat gadis itu bingung karenanya.

"Mrs. Clara ...." panggil Naysilla pelan.

Lagi-lagi Clara kembali menangis tersedu-sedu. Naysilla memberikan tissue miliknya pada wanita itu. Entah apa yang menyebabkan ia begitu bersedih. Tapi Clara masih saja menangis.

"Jika anda terus menangis, itu berarti ... anda memiliki kesalahan pada adik saya, Syahnaz. Bukan begitu?" kata Sean yang baru saja masuk.

Meski awalnya Clara sempat terkejut dengan kedatangan Sean, tapi akhirnya wanita itu mengangguk, dan kembali menangis lagi

"Aku -- aku bersalah padanya, Naysilla ... Aku ingin meminta maaf padanya ... Akulah yang menyebabkan ia koma!"

"Apa?!" pekik Naysilla kaget.

*****

To be continued

Maaf updatenya dikit ya pemirsa ... Saya lagi mudik hehehe. Kalo sempet nanti ku lanjut lagi yaa. Makasih ...
Bonus pict Naysilla 😁

Beautiful ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang