Karakter

1K 160 12
                                    

Hallo~
Lama tak muncul di sini tapi akhirnya aku kembali. Hehehe

Oke, sekarang kita lanjut ke tahapan menulis yang selanjutnya dalam cheating ways ini.

Ini adalah tahapan yang paling penting karena ini adalah apa yang bakalan jadi sesuatu yang kuat di dalam tulisan kamu.

Yap, itu adalah karakter.

So, awalnya mungkin orang bakalan mikir, "Apaan sih? Karakter doang, kita bikin aja sambil jalan sama alurnya."

Nah, untukku, that's a big no.

Penokohan dan pembentukan karakter itu harus dari awal, kenapa? Karena kalo gak dibentuk dari awal nanti kita 'melenceng' di sepanjang jalan sejak awal cerita sampe ke akhir cerita.

Waktu nulis itu ada banyak banget faktor yang dijamin bakalan mempengaruhi kita dan tulisan kita. Entah itu mood, writer block, situasi dan kondisi, ataupun komen dari reader.

Ketika kita nulis, kalo mood lagi bagus terkadang kita pasti secara otomatis maunya nulis yang fluffy-fluffy lucu padahal ff yang harus kita lanjutin itu ff hurt. Terus nanti mood bagus ini kebawa di ff kita yg hurt dan ujungnya merubah karakter yang tadinya antagonis jadi protagonis.

Apakah reader akan menyadari? Ya, reader sekarang tidak lagi "Baca apapun yang diberikan authornya", jadi daripada karakternya mendadak 'jomplang' karena mood dan membuat reader bingung atau bahkan kecewa, karakternya harus benar-benar dibentuk dari awal.

Aku dulu belajar ini dari J.K Rowling yang nganggap karakter Harry itu seperti anaknya sendiri dan juga dari Stephenie Meyer yang bikin karakter Edward bener-bener mantap sampe dia bikinin warna favorit dan lagu kesukaan Edward.

Jadi, kalo kalian menganggap karakter kalian sebagai 'sesuatu yang hidup' dan bukannya nama dalam tulisan, kalian pasti akan memberikan 'feel' tambahan dalam tulisan kalian.

Misalnya, ketika kalian nulis, kalian maunya si karakter A (sebut saja begini), itu anak baik, pintar, dan dia perfect dari segala sisi.

Oke, kalian tetapkan dulu dia kaya gini, posisikan diri kalian sebagai 'anak pintar dan perfect' tiap kali mau nulis soal si karakter A. Tiap nulis soal si A, entah itu dialog, POV, atau bahkan gestur, kalian harus menempatkan diri sebagai si A.

Misalnya ada situasi di dalam ff dan si A berperan, nah dialog si A disesuaikan dengan karakternya sebagai anak baik-baik ini. Contoh, si A ini kan anak baik-baik, dia gak akan teriak dan ngumpatin semua orang secara langsung, tapi mungkin kalo dalam POV dia, dia ngerasa ini gak benar, tapi gak semuanya dia ungkapin di luar, dia hati-hati dalam berbicara karena memang karakter dia kaya gitu.

Lalu progress tiap karakter juga diperhitungkan, kalian sebaiknya memahami sisi psikologis tiap tokoh supaya bisa memahami karakter yang kalian buat untuk dia di cerita ini.

Misalnya, sisi psikologis manusia manapun gak akan mau diam dalam luka mendalam tanpa melawan, dia pasti bakalan survive dan melawan kondisi yang ngukung dia.

Selain itu, tiap manusia punya sisi egoisnya masing-masing, jadi gak mungkin ada manusia yang penyabar banget dan diem aja kalo apapun miliknya direbut paksa.

Iya ini emang cuma cerita, tapi kalian harus buat ini masuk akal. Nah, karakter yang dibentuk dari awal dengan mantap membuat itu jadi lebih mudah.

Kalo karakter si tokohnya dibentuk dengan kuat dari awal, kalian gak akan 'kebawa angin', mau mood lagi gimanapun juga, kalo emang karakter dan ffnya itu hurt, kalian bisa nulis hurt, mood happy dan bahagia tidak akan berpengaruh karena kalian pake acuan karakter di dalam cerita.

Contoh nyata dari aku, waktu nulis Heaven and Hell, karakter Seokjin itu adalah observer, dia harus bertahan hidup dalam situasi yang sulit dan itu membuat karakter dia tumbuh menjadi sosok yang kuat untuk hal yang paling dia sayangi, tapi di luar selalu berhati-hati dan lebih milih untuk memahami situasi dulu sebelum bertindak. Ketika dia merasa aman, baru Seokjin di situ mulai bergerak.

Karakter Seokjin yang itu aku tetapin dari awal dan progressnya muncul perlahan-lahan di setiap chapternya. Dari yang awalnya dia takut banget, sampe yang akhirnya dia mulai berani karena dia merasa 'aman'. Pembentukan karakter yang mantap ini juga bantu banget di plot karena jadinya kita gak akan melenceng dari jalur, alur ceritanya tetap seperti itu dan gak akan berubah.

Makanya aku selalu bilang plot ceritaku gak akan bisa diganti karena ya emang itu adalah plot yang udah disusun dari awal sampe akhir dengan kondisi karakter tokoh yang tertera. Penambahan bumbu-bumbu masih mungkin buat pemanis, tapi karakter dan plotnya gak akan berubah.

Pemanis yang ditambahkan pun harus masuk akal dan nyambung sama alur ceritanya. Misalnya, NamJin yang sama-sama musuhan sampe akut gak mungkin tiba-tiba langsung baikkan dan siap untuk pacaran, pemanis untuk menurunkan ketegangan paling cuma sampe di mereka gak sengaja tatapan lama dan Seokjin mikir 'Oh, ternyata Namjoon ganteng. Ah, tapi dia tetep nyebelin sih.', udah sampe situ aja. Wkwk

Progress mereka sampe ke akhirnya pacaran pun perlahan, gak bisa langsung 'guling-guling bareng di kasur', kecuali keduanya emang punya karakter agresif.

Lagipula, dengan pembentukan karakter yang mantap ini bakalan bikin reader ikut 'gregetan' sama cerita kalian. Karena gestur mereka berpengaruh juga.

Misalnya, karakter Namjoon itu laki-laki yang dingin, gak mungkin dia langsung sebar PDA ke Seokjin, skinship yang mungkin Namjoon kasih paling cuma sekedar usapan di kepala, itupun jarang.

Tapi gestur kaya gitu justru bakalan membuat reader mikir "Duh, manis banget sih." karena Namjoon di cerita jarang kaya gitu. Gestur yang dibentuk dengan berdasarkan karakter ini juga membantu untuk jalannya cerita.

Intinya urutannya itu karakter - gestur.

Kalo karakternya udah kebentuk mantap, gestur dia pasti mengikuti. Karakter yang dingin gak mungkin banyak sebar skinship, karakter yang malu-malu gak mungkin mendadak blak-blakan.

Dengan kalian memahami karakter tiap tokoh dan membuat gestur serta kata-kata mereka mengikuti karakternya itu, reader akan lebih mudah meresapi cerita dan nantinya mungkin akan merasa 'sepaham' dan mengerti kenapa si tokoh ini maunya begini, atau kenapa si tokoh ini maunya begitu. Gitu~

Reader bisa merasa seperti ini karena mereka merasa 'kenal' sama si tokoh dengan liat karakternya dan pandangan dia terhadap situasi.

So, alasan kenapa aku menempatkan karakter setelah Tema/AU adalah karena dia juga termasuk pondasi yang membentuk cerita menjadi lebih 'hidup'.

Aku biasanya kalo nulis, aku bakalan meragain ekspresi yang lagi dibuat sama si tokoh. Misalnya Namjoon dihadapkan sama situasi dimana Seokjin tiba-tiba nari-nari random di depan dia, karakter Namjoon adalah pria biasa.

Apa yang bakal Namjoon lakuin? Aku menempatkan diriku sebagai Namjoon dan reaksi pertamaku pasti 'mengerutkan dahi dengan ekspresi bingung', karena itu adalah reaksi refleks kalo kamu liat orang nari-nari random di depan kamu.

Intinya kamu harus menempatkan diri kamu sebagai si tokoh sesuai dengan karakter mereka, bayangkan perasaan dan sisi psikologis mereka jika si tokoh dihadapkan dalam situasi tertentu dan wujudkan itu dalam gestur atau tindakan mereka di dalam cerita.

Ini akan membuat pembaca secara tidak sadar lebih 'masuk' ke dalam cerita yang kita buat.

Oke, semoga ini membantu. Hehehe

Kalo ada yang ingin ditanyakan, tanyakan saja, nanti di part selanjutnya kita bahas ^^

See you next time~

Next Part: Plot

***

Big Love,
Luna

Black Luna: Paw PrintsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang