SEBUAH KEKAYAAN DIBALIK KESEDERHANAAN

65 2 0
                                    

Siang itu matahari menampakkan cerianya. Aku beranjak meninggalkan kampus menuju perpustakaan wilayah, panasnya terik matahari membuat keringatku membasahi sekujur tubuh. Aku berniat untuk menyelesaikan bacaan buku yang telah aku pinjam beberapa hari yang lalu dan segera untuk mengembalikannya. Sesampainya di perpustakaan aku mencari tempat yang nyaman dan hening. Yaa.. aku memilih tempat itu karena aku baru bisa merekam apa yang ku baca saat dalam keadaan hening.

Saat membaca, sesekali aku menguap dan merasakan sedikit kantuk. Belum selesai membaca satu halaman tiba-tiba mataku telah terpejam, lalu tersadar dan melanjutkan bacaan. Setengah halaman yang dibaca kembali mata ini terpejam, lalu tersadar dan kembali melanjutkan bacaan. Berulang kali terjadi seperti itu. Kalau begini caranya, apa yang bisa direkam dari hasil bacaan ? dan tidak bisa menyelesaikan bacaan sesuai dengan targetku. Mengingat target ini adalah menyelesaikan bacaan buku tersebut hari ini juga, maka akupun menguatkan mata ini untuk melihat kepadatan huruf di buku itu. Ada sekitar 30an halaman lagi yang belum dibaca.

Beberapa waktu kemudian, akhirnya akupun bisa menyelesaikan bacaannya. Berhubung aku masih ngantuk, maka akupun memutuskan untuk pulang. Aku segera menuju tempat antrian pengembalian buku. Sambil mengantri mataku-pun liar melihat orang-orang sekitar. Terlihatlah sosok bapak-bapak yang umurnya sekitar 67 tahun sedang berada di meja peminjaman buku. MashaAllah... dan buku yang dipinjaminya seperti buku manajemen. Aku tak begitu jelas melihat bukunya. "Pasti bapak ini punya banyak ilmu". Gumamku dalam hati. Penampilannya begitu sangat sederhana.

Tibalah giliranku untuk mengembalikan buku. Aku tepat berdiri di sebuah kanan beliau. Masih saja aku penasaran dari sosok bapak ini. Sembariku menunggu ibu penjaga pengembalian buku itu mendata diriku, akupun sempat melirik dan melihat catatan data peminjaman buku bapak tersebut. Sudah banyak buku yang telah dipinjamnya. Saat beliau mengisi nomor buku di riwayat peminjaman, ia tidak menggunakan kacamata. MashaAllah luar biasa.

Selesainya proses pengembalian buku, akupun langsung menuju loket untuk mengambil tas. Ketika aku mengembalikan kunci loket kepada petugas, aku mendengarkan ada seseorang yang sedang ngobrol menggunakan bahasa inggris. Saatku menoleh mencari sumber suara, ternyata dia adalah bapak-bapak yang ku jumpai tadi. Oh my God, aku merasa begitu malu pada diriku sendiri. Aku yang masih muda banyak kesempatan untuk belajar, terkadang masih saja merasa malas untuk belajar. Terlebih lagi berbahasa inggris, sungguh aku malu.

Terkadang tak sedikit dari kita, jika baru pertama kali bertemu dan ia adalah orang yang tak kita kenali, mudah sekali untuk menilai seseorang dari penampilan luarnya saja. Namun, apakah kita melihat bagaimana megahnya istana dalam dirinya ? Yang perlu kita perhatikan adalah bahwa untuk menilai atau mengambil simpulan atas diri seseorang butuh pendekatan dan bukan hanya sekali pertemuan. Bagiku seseorang yang memiliki kualitas diri yang sangat baik tetapi ia penuh dengan kesederhanaannya, maka hal itu adalah sebuah kekayaan.

MEMAHAMI, MENIKMATI, DAN MENEMUKAN HIDUPWhere stories live. Discover now