INIKAH NAMANYA CINTA?

22 4 0
                                    

"Maaaak... Keluarga kita ada yang punya riwayat penyakit jantung?" tanyaku ke mamak yang sedang sibuk di dapur dengan peralatan masaknya.

"Ah.. Gak ada... Kenapa rupanya?? Pulang-pulang kok nanya yang aneh-aneh"

"Ini mak eee... Dari tadi jantung awaq kog dug dug dug gitu,  sampe sesak napas mak"

"Bah... Kenapa pula bisa gitu? Jangan-jangan kau udah mulai cinta-cintaan yaa?? Hahahaah" gelak tawa mamak disambut teriakan bapak dari ruang TV

"Apaaa Yuli?? Udah mulai gatal kau cinta-cintaan yaa?? Mau ku kawinkan kau sekarang juga haaa??"

"Gak ada paaak, gak ada awaq cinta-cintaan, mamak aja yang suudzon"  rungutku seraya berjalan masuk kamar.

Apaan sih mamak... Cinta?? Cinta sama siapa? Pak Oslan? Diluar jangkauan lah... Gak mungkin.
Tapiiiii.... Apa iya? Mungkinkah? Karena memang sejak kejadian di Lab itu si jantung ini jadi tidak karuan iramanya. Ah tidak... Tidak... Mungkin jantungku memang ada gangguan. Kita lihat besok saat bertemu pak Oslan lagi, apakah si jantung semakin deg-degan.

Dug dug dug

Ish... Ini jantung kenapa sih, tadi udah baik-baik aja, kok kumat lagi... Sesak

============================

"yeeeeay selesai" pekikan Hafizah sontak membuatku kaget.

"Yuli belum siap ya?" tanya Afi padaku.

Aku hanya menggeleng sambil tetap fokus menatap layar laptop di depanku. Aku gak mau semakin tertinggal dari Afi, aku harus bergegas menyelesaikan ini.

"Yuli banyak melamunnya sih dari tadi makanya gak selesai heheh" santel pak Oslan.

Yuli banyak melamunnya sih dari tadi makanya gak selesai, fokus dong yul, heheh" santel pak Oslan.

Gimana coba aku mau fokus ngerjain ini, jantungku dari sejak pak Oslan masuk ruangan Lab ini dug dug dug terus. Haduh sepertinya pertanyaanku kemarin sudah terjawab. Memang si jantung ini selalu berulah setiap mataku menangkap sosok pak Oslan. Entah mengapa bisa begitu?

"Ahhh gak sia-sia Afi tadi malam begadang ngerjain ini, akhirnya bisa ngalahin Yuli hihi"

"Tiru tu Hafiza, malam tetap belajar Yul, ini Yuli tadi malam pasti gak belajar, nonton korea pasti kan? "

Aku langsung menghentikan aktifitasku mendengar ocehan pak Oslan barusan, dari mana dia tau aku semalam nonton korea?? Waaah jangan-jangan ni guru memang punya pengikut dan sekarang sedang mengikuti aku... Seraaamnyaa..

"Coba saya tebak lagi... Euum pasti nonton episode terakhir Surgeon Bong Dal-Hee kan? "

"Eh iya, bapak kok tau?" Aku semakin terkejut, kok tebakannya bisa tepat sekali.

"Loh benar ya?? Padahal saya cuma asal tebak aja lo, karna tadi malam saya juga nonton itu hehe"

"Bapak suka nonton itu juga? Seru kali kan pak, suka kita"

"Haha iyaa... Apalagi pas adegan yang di balkon RS, hayooo Yuli pasti senyum-senyum tu pas bagian itu"

"Enggak ah pak mana ada... Ahhaaha alaah, padahal bapak tu"

Entah mengapa tiba-tiba saja aku bisa ngobrol selancar air mengalir dengan pak Oslan, bagaikan aku tidak pernah mempunyai masalah apapun dengannya, bahkan Afi yang daritadi bertanya "Apa Yul? Film apa Yul? " terabaikan oleh kami berdua. Seolah di ruangan ini hanya ada kami berdua. Kami terus ngobrol dan ngobrol bahkan sudah berpindah dari satu drama ke drama lainnya, dengan sesekali bercanda, dan tertawa lepas, lepaaas, selepas-lepasnya, aku tuh kok gini ya? Aku kan benci pak Oslan, kok sekarang malah asik ngobrol dengannya, hingga mampu membuatku terlupa dengan slide powerpointku yang belum selesai, aku tak perduli lagi, aku sedang sangat menikmati obrolan ini.

Aneh

============================

"Ah sudah sampai" segera kutekan bel sehingga sudako yang kutumpangi langsung berhenti tepat di depan lorong rumahku. Aku lalu bergegas turun, menyebrang jalan dan jalan menyusuri lorong  rumahku yang dipenuhi semak belukar. Hari ini aku pulang agak sore, matahari sudah hampir terbenam, langit menjadi sedikit oranye.

Entah mengaoa pikiranku kembali melayang ke ruang Lab komputer saat dimana aku dan pak Oslan terlibat perbincangan seru dan tertawa bersama.

Dug dug dug

Hey jantung kamu berdetak hebat lagi? Kenapa? Karena aku sedang memikirkan pak Oslan? Apa benar ucapan guruku di ruang multimedia saat itu? Apa benar dugaan mamak?? Aku jatuh cinta? Sama guru sendiri? Guru angkuh dan songong itu? Guru bernama aneh seaneh orangnya itu? Guru yang sangat kubenci itu? Mengapa?? Bagaimana bisa? Apakah hanya karena sentuhan tangan tanpa sengaja di atas mouse itu? Apakah hanya karena perbincangan hobi nonton drama yang sama? Sekonyol itu? Seaneh itu? Sesederhana itu rasa cinta ini datang? Rasa cinta yang langsung menghapus segala kebencianku, menghapus segala rasa sakit hatiku yang disebabkannya, dan baru kali ini berani menghapus ketakutanku akan ancaman maut bapak. Tidak apa-apa, aku rela menikah muda, asalkan bisa hidup bersama dengan pak Oslan.

Senyumku tersungging di wajahku, lalu tiba-tiba jilbabku tersibak angin kencang yang membawa sebuah suara nan lembut, samar, tapi begitu nyata

"Yaa... Benar... Dia adalah jodohmu"

Dug dug dug

Inikah namanya cinta??

Taivaan AaniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang