GUNDAH

13 1 0
                                    

Krik.. Krik.. Krik

Suara jangkrik semakin membuatku tidak bisa tidur malam ini. Disela-sela alunan jangkrik yang sahut-sahutan dengan dengkuran Vina-adikku yang sudah terlelap sejak tadi-terngiang kembali ucapan pak Oslan tadi siang.
Hanya ledekan

Nyuuuut
Hatiku kembali terasa sakit, aku butuh tempat cerita, segera kuraih HP ku dari atas meja, dan langsung saja aku mengetik pesan singkat (sms) yang akan kutujukan kepada Devi, sahabatku di sekolah.

23.10
Vi... Udah tidur belum?

23.12
Belum ni Yul... Kenapa sayang?

Pasti Devi sedang sms-an sama pacarnya makanya belum tidur.. Hmmm. Gak apa-apa deh sekali-kali ngeganggu.

23.15
Lagi sms-an sama Bang Heri ya?? Yuli mau curhat :'(

23.18
Heheh iyaa Yul, curhat tentang apa? Tentang kerjaan di PKL??

Sebegitu sibuknya aku akhir-akhir ini sehingga lupa memberitahu sahabatku sendiri bahwa aku sedang mengikuti karantina LKS. Ya ampun.. Pasti Devi marah.

23.20
Eeumm... Sebelumnya Yuli mau minta maaf, karna lupa kasih tau Devi, sebenarnya Yuli sekarang sedang karantina LKS jadi cuti PKL dulu Vi.

23.22
Ish... Anak ni lah... Berita sebesar gini gak dikasih tau kita. Benci Devi. Dah jangan sms2 lagi.

23.22
Vi...  Maaf

23.23
Vi......

23.24
Vi....  Maaf kali vi

23.56
Vi... Udah tidur ya? Maaf mengganggu ya Vi. Selamat tidur Vi

Aku tau sebenarnya sahabatku ini belum tidur, dia sedang marah, dan amarahnya malah membuatku semakin tidak bisa tidur malam ini.

Haruskah aku curhat sama mamak aja?? Aaaaaaaaah... Jangkrik diamlah kau...

============================

Hari ini aku benar - benar tidak bisa konsentrasi sedikitpun, bolak - balek aku melihat hp untuk mengecek apakah ada sms dari Devi.

Huuft...  Sahabatku ini memang sangat kuat merajuk, dia bisa merajuk berhari-hari, bahkan ia pernah merajuk berminggu-minggu hanya karena aku keceplosan menyebut nama gebetan Devi di kelas waktu kami kelas 1. Hihi...  Mulutku ini memang ember bocor pembuat onar.

Semoga hari ini bisa pulang cepat, aku harus bergegas bertamu ke rumah sahabatku ini untuk membujuknya dengan sebungkus mie pecal kesukannya.

Allah memang maha pengabul doa, belum pernah aku merasa kecewa saat berharap kepada Allah, seperti sakit yang kurasakan saat berharap pada manusia. Jadikanlah Allah satu-satunya tempat pengharapan, jangan pernah sekalipun kita berharap pada manusia yang hanya akan memberikan rasa sakit.

Pak Muhammad hari ini ada urusan, sehingga kami boleh pulang cepat.

"Yul, Afi, besok saya gak bisa datang, tapi kita harus tetap tanda tangan absen karantina, saya sudah minta tolong pak Oslan besok buat ngebimbing kalian, kunci Lab juga sudah saya titip pak Oslan, oiya ini nomor Pak Oslan 0813 **** **** kalau besok pak Oslan terlambat datang, telepon aja suruh datang terus yaa... Udah yaa saya duluan" titah pak Muhammad di depan Lab Komputer saat aku dan Afi akan berjalan ke halaman depan sekolah menunggu becak Afi, karna hari ini aku mau bergegas ke rumah Devi jadi aku menumpang becak Afi sampai ke jalan raya, karna kalau aku jalan seperti biasanya pasti akan memakan banyak waktu.

Entahlah ucapan pak Muhammad ini membuat perasaanku tak menentu, senang bisa dibimbing pak Oslan besok, deg-degan dapat nomor HP nya, namun sedih karna rasaku hanya bertepuk sebelah tangan, aku hanyalah sekedar bahan ledekan buat pak Oslan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 17, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Taivaan AaniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang