"Leen ayo sarapan!" panggil Lina dari lantai dasar.
Merasa terpanggil, gadis mungil itu bergegas menyelesaikan kegiatan paginya
Setelah merasa cukup Aeelen pun segera turun ke lantai dasar dan bergabung bersama keluarganya di meja makan.
"Pagi mah, pah." seru Aeelen senang. Sedari tadi, senyum tak luput dari bibir mungilnya.
"Pagi sayang." balas kedua orangtua Aeelen bersamaan.
"Mahh, Seva mau itu!
"sama itu!
"Makasih Mamah!"
Kegiatan pagi yang seperti biasanya. Aeelen memang seperti ini.
Aeelen adalah anak sematawayang dari Lina dan Zio. Aeelen tumbuh menjadi gadis yang cantik dan pintar. Aeelen anak yang ramah, penyayang dan peduli terhadap sesama. Keluarga Aeelen memang termasuk keluarga yang harmonis, bahkan bisa dibilang sangat harmonis. Zio dan Lina memang sibuk bekerja, namun sama sekali tak melupakan Aeelen, sesibuk apapun mereka selalu meluangkan waktu untuk Aeelen.
Pulang setiap jam 7 malam, dan berangkat kerjapun mereka berangkat setelah Aeelen berangkat sekolah. Tujuannya hanya satu, mereka ingin Aeelen tak pernah merasa sendiri karena Aeelen anak sematawayang. Sebisanya mereka menyempitkan waktu bekerja hanya untuk menemani Aeelen dirumah. Ntah itu hanya berkumpul atau menonton bersama.
Aeelen ini unik, menurut Zio dan Lina. Pasalnya, Aeelen selalu berpenampilan nerd ke sekolah. Meskipun Lina dan Zio tahu alasannya, dan mengizinkan putri sematawayangnya itu. Tetap ada rasa gelisah dan takut didalam hati mereka. Crystalia Aeelen Sevara, anak kandung dari seorang Lina Tamara yang notabenenya adalah pemilik SMA PEMUDA. Lina khawatir disekolah ada murid yang membully Aeelen tentang penampilannya. Pasalnya Lina paham, bullying sudah tak aneh di SMA PEMUDA. Setiap bulannya, Lina selalu mengecek pelanggaran apa saja yang dilakukan oleh siswa siswi SMA PEMUDA. Meskipun tak begitu berarti, menurutnya untuk memajukan SMA PEMUDA dimulai dari para siswa dan siswinya. Makadari itu ia rutin melakukan pengecekan guna memastikan perkembangan moral murid SMA PEMUDA.
"Mah, pah Aeelen berangkat dulu ya!." ujar Aeelen sembari membetulkan letak kacamata kotaknya itu.
Sebenarnya Aeelen memang minus, tapi hanya minus 1. Tak besar, hanya saja Aeelen memilih berpenampilan nerd yang berarti mengharuskan Aeelen berpakaian seperti anak cupu. Memakai kacamata kotak, rambut dibelah dua lalu dikepang, baju kedodoran, dan berangkat sekolah menggunakan motor tua.
Aeelen menyalami Zio dan Lina secara bergantian, kemudian berjalan keluar rumah menuju garasi dan membawa Jemmy keluar garasi.
"Hati-hati sayang!"ingat Zio dan Lina secara bersamaan ketika melihat Aeelen mulai melajukan motornya.
Aeelen dan Jemmy mulai meninggalkan komplek perumahan, dan Aeelen segera memacu Jemmy untuk sedikit lebih cepat.
*****
"Leen, kamu kok berangkat? Emang udah sembuh?" tanya Rima, ketika Aeelen mendaratkan tubuhnya dibangku.
"Yaampun Rin, aku gak sakit tau"jelas Aeelen membetulkan letak kacamatanya.
"Kamu kemarin dibawa sama ka Raja ke UKS, Leen. Aku denger dari Michelle. Dia kemarin heboh sama temen-temennya."
"masa? Aku gatau, pas aku bangun UKS sepi tuh Rin, gak ada orang malah. Tapi di meja samping tempat tidur ada roti, sama teh manis. Eh ada stickynote kecil gitu juga."
"Tulisannya apa Leen?"
"Cuma suruh makan aja"
"Oh gitu, yaudah. Eh temenin aku ke kantin yuk! Mau beli air mineral nih, aku lupa bawa minum" ajak Rina
"Hmm, masih pagi, Rin. Aku tumggu depan kantin aja ya!"mohon Aeelen.
"OK, deh!"
Rina, sahabat satu-satunya Aeelen, Rina ini introvert. Dia terlalu pendiam, tapi pengecualian untuk Aeelen. Rina memang pendiam, tak banyak dikenal, dan tak banyak mengenal. Rina tak begitu cantik, standar lah. Tapi menurut Aeelen dia baik, Rina juga tak berpenampilan nerd seperti Aeelen. Rina memang menggunakan kacamata, tapi hanya digunakan ketika belajar. Rambutpun hanya di kuncir kuda, seperti anak kelas 10 pada umumnya.
Aeelen kemudian mengikuti Rina yang berjalan keluar kelas menuju kantin. Letak kantin hanya disebrang kelasnya, Mipa 1. Hanya terhalang lapangan basket. Tapi memang dasarnya Aeelen dan Rina ini termasuk cewek biasa di sekolah, mereka tak berani berjalan melintasi lapangan basket, mereka lebih memilih memutar. Alasannya? Mereka tak begitu nyaman ketika ada yang memperhatikan. Apalagi pagi-pagi seperti ini, banyak anak kelas 12 yang menongkrong di koridor lantai 2.
"Bentar ya, Leen" ujar Rina.
Sedangkan Aeelen hanya membalas dengan deheman singkat. Aeelen sendiri suka bosan ketika menunggu Rina dikantin, pasalnya memerlukan waktu yang cukup lama. Bukan, bukan Rina yang lama memilih makanan, tapi kondisi kantin yang hampir selalu ramai membuat antre untuk membayar.
Sekarang ini, Aeelen hanya bersender ditembok samping pintu kantin dan menatap sepatunya memikirkan sesuatu.
Tapi kemudian, sepasang sepatu terlihat oleh matanya. Apa Rina sudah kembali? Secepat itukah?
Perlahan Aeelen mendongakkan kepalanya. Manik Aeelen bertubrukan dengan manik gelap milik siswa bertubuh tinggi dan berisi.
"E-eh, ada apa kak?" tanya Aeelen setelah melihat lokel siswa tersebut yang ternyata kelas 12.
Bukannya menjawab, siswa tersebut hanya menatap Aeelen dengan diam.
Sedangkan Aeelen yang kebingungan, menjadi kikuk dibuatnya karena diperhatikan sampai segitunya. Aeelen heran, siapa kakak kelas dihadapannya ini? Dan, tak ada nama yang tertera di kemeja sekolahnya.
"Kenalin, gue Raja." akhirnya lelaki itu mengeluarkan suaranya dan mengulurkan tangannya mengajak bersalaman.
"H-hah?" Loh? Memangnya ada ya lelaki tampan yang mau berkenalan dengan gadis cupu seperti Aeelen?
"Kenalin, nama gue Raja."ulangnya lagi, masih dengan tangan yang terulur.
"I-iya kak, n-nama saya Aeelen." balas Aeelen gugup menjabat tangan Raja.
Kemudian, Raja melepaskan genggaman tangannya dan melenggang pergi.
Tak berapa lama Rina-pun kembali dengan sebotol air mineral ditangannya.
"Ayo, Leen!" ajak Rina kembali ke kelas.
Sementara Aeelen masih bingung atas kejadian barusan, maksudnya ini ada apa? Siapa raja? Kenapa dia bersikap aneh?
"Ehh, kok gue kayak pernah denger namanya ya? Tapi dimana?"Aeelen membatin
"Leen, kamu mikirin apa? Ayo balik ke kelas bentar lagi bel." tegur Rina bingung melihat Aeelen diam sedari dari.
"E-eh iya, maaf Rin."sadar Aeelen dan mengikuti Rina kembali ke kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake
Teen FictionHanya sebuah cerita yang berawal dari seorang gadis yang menerima 'dare' yang kemudian akan merubah seluruh hidupnya.